Lazy Dungeon Master Light Novel Bahasa Indonesia Vol 16 : Side Chapter
Lazy Dungeon Master Light Novel Bahasa Indonesia Volume 16 : Side Chapter |
||
---|---|---|
Pertarungan Pelayan Loli Bertelinga Anjing | ||
Font Size :
|
|
|
Beastkin anjing. Kecenderungan mereka lebih condong seperti anjing daripada hal lain. Dengan demikian, mereka sangat menghargai hierarki, dan ketika seorang anggota baru diperkenalkan ke dalam kelompok mereka, mereka secara tegas menetapkan atasan dan bawahan. Kebenaran itu seakan jadi berlipat ganda ketika anggota baru tersebut juga merupakan beastkin anjing.
Kesimpulannya, sekarang Toi telah datang ke [Cave of Greed] untuk melayani orang yang sama dengan Niku, prioritas tertinggi mereka adalah membangun dominasi.
Kedua pelayan loli bertelinga anjing dan berkulit coklat itu berjalan berdampingan. Ada Niku yang terkenal secara lokal, dan Toi yang tampak identik. Satu-satunya hal yang membedakan mereka secara visual adalah ekspresi atau kekurangannya, dan warna atau kekurangannya. Seorang penduduk desa yang melewati kediaman Walikota ketika mereka pergi jadi tampak terheran-heran, menampar pipinya sendiri, dan mengalihkan arah ke gereja sehingga dia bisa pergi berdoa (tidur) untuk pulih dari kelelahannya yang tampak.
“Mari kita selesaikan ini di taman... tidak, coliseum. Aku akan bertarung habis-habisan,” Kata Niku.
“Ya ampun, apakah kau benar-benar menipu dirimu sendiri dengan berpikir kau bisa mengalahkanku? Sungguh menyedihkan. Gadis kecil, apakah kau yakin dirimu tahu harus pergi ke mana? Apakah kau membutuhkan ibu untuk membimbingmu? Teeheehee!”
“...Apakah ini emosi yang disebut kesal?”
Maka, Niku membawa Toi ke dalam dungeon. Ada resepsionis guild di sana, tapi dia mengenal Niku dan membiarkannya begitu saja saat ia melihatnya, dan Toi terlihat seperti niku jadi dia juga membiarkannya saat melihatnya. Tunggu. dua anak anjing? Mereka menyelinap masuk sementara resepsionis tampak terheran-heran.
Mereka berdua berlari dari pintu masuk Dungeon ke coliseum.
Dalam perjalanan ke sana, Niku (yang memimpin) dengan sengaja mengaktifkan jebakan panah supaya mengenai Toi, tetapi Toi tidak goyah dengan antagonisme terang-terangan seperti itu. Dia dengan santai menangkis panah ke samping dan menjaga kecepatan dengan senyuman, membalas dengan sopan dengan melemparkan Golem ke Niku dari belakang, yang dia hindari. Pertengkaran ini berlanjut sampai mereka berdua mencapai coliseum, benar-benar tidak terluka dan bernapas dengan normal.
Coliseum diterangi dengan cahaya alat magis dan diawasi oleh penonton yaitu para Golem. Di dalam arena pusat, dua pelayan loli berkulit coklat, bertelinga anjing saling berhadapan. Akhirnya tiba saatnya untuk menyelesaikan masalahnya.
“Aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi, Aku Toi. Kakak perempuanmu.”
“Aku Niku. Niku Kuroinu. Aku dakimakura master, dan akulah yang kakak perempuan di sini,” Balas Niku, membusungkan dadanya dan membangun dominasi. Kebetulan, hierarki kekuasaan di dalam [Cave of Greed] dimulai dengan Keima (sejauh yang diketahui Niku) dan diikuti oleh Rokuko, lalu Soto. Niku ada di urutan berikutnya, lalu Ichika, lalu hewan peliharaan Rokuko, lalu gadis monster, lalu semua bawahan lainnya.
Dalam hierarki mental yang dia bentuk ini, di mana seorang pemula akan cocok? Dibagian bawah mutlak, tentu saja! Toi termasuk dalam kelompok “bawahan lain”, bahkan di bawah gadis monster! Jika dia bisa merangkak naik melalui ketabahan dan kekuatan, maka baiklah, Niku akan mengizinkannya untuk bergabung dengan gadis monster. Tetapi pada awalnya, dia berada di bawah. Begitulah pemahamannya. Paling tidak, tidak mungkin Toi berada di atasnya.
“Dakimakura. Astaga, tugas yang mulia! Mungkin aku akan bergabung denganmu dalam upaya mulia ini? Ahaha, jika produk gagal sepertimu saja bisa melakukannya maka itu akan sangat mudah bagiku. Bahkan, aku percaya aku akan membuat tuanmu kecanduan tubuhku dan membuat hidupmu lebih mudah dengan menggantikan dirimu sepenuhnya,” Kata Toi, cekikikan dengan tangan di mulutnya.
Toi ingin bergabung dengan kawanan Keima di sini (walaupun Leona akan selamanya berada di posisi paling tertinggi dalam hierarkinya), dan tidak akan mengeluh tentang posisi apa pun yang cocok untuk kekuatannya; jika dia menugaskannya di antara gadis-gadis monster, posisi administratif yang cukup rendah tapi tetap saja, dia akan baik-baik saja. Namun, semua kerendahan hati itu tersebar seperti debu di angin saat berhadapan dengan percobaan yang gagal (Niku) menjadi otoritas dungeon nomor empat. Toi dengan semua keahliannya ternyata berada di bawah si produk gagal tak berguna yang tak tertahankan, bahkan jika itu atas perintah Leona. Oh, tapi dia pernah kalah sebelumnya? Tidak dihitung, itu bukanlah duel satu lawan satu.
Toi menganggap dirinya sangat kompeten setelah semua yang dia lakukan di Daide, dan jika seseorang ingin membantah bahwa mereka hanya memiliki hak setelah membuat negara bertekuk lutut seperti yang dia lakukan. Secara alami, dia tidak akan pernah mengenali seseorang yang kurang terampil darinya sebagai atasannya. Dia merasa itu adalah haknya untuk diberi peringkat nomor tiga di Dungeon, atau sebagai alternatif mengalahkan si eksperimen yang gagal ke bawah, sehingga Toi akan berada di atas.
“Kebetulan, anak anjing. Hanya untuk memastikan, aku harus mengalahkanmu hingga seperti apa? Aku merasa ragu untuk memusnahkan dakimakura Lord Keima sepenuhnya tanpa izinnya.”
“Jangan sampai kita bertindak terlalu jauh sehingga kita menyusahkan Master.”
“Begitu juga bagus bagiku. Dia memang mengatakan untuk tidak saling menyakiti.”
Niku mengambil dua pisau pelatihan kayu dari {Storage} miliknya. Toi, sebaliknya, mengeluarkan tongkat kayu dari {Storage} miliknya. Itu besar dan segi delapan, cukup tebal untuk digenggam dengan dua tangan.
“Oh, kamu tidak akan menggunakan pisau?” Tanya Niku. Dia ingat bahwa Toi telah menggunakan pisau yang lebar dan cukup besar sebelumnya. Dia pun menunjukkannya supaya Toi tidak bisa beralasan saat kalah dengan mengatakan dia tidak menggunakan persenjataan terbaiknya.
“Aku ahli dengan pisau biasa dan efisien, tetapi aku telah menyimpulkan bahwa demi latihan, sebuah tongkat pemukul seperti ini akan ideal. Lebih mudah menahan diri ketika itu bukanlah pedang,” Kata Toi, menyiratkan bahwa dia lebih pintar dari Niku dan lebih baik dalam berpikir ke depan. “Kalau begitu, bisakah kita mulai? Anak anjing."
“Ya.”
Maka dimulailah duel antara dua pelayan loli bertelinga anjing.
Niku pun bergerak duluan. Dia berlari mendekat untuk melancarkan serangan jarak dekat ke Toi dan mengayunkan kedua pisaunya secara melintang. Tapi Toi mengelak dengan membanting tongkatnya ke tanah dan melompatinya. Dia meluncurkan kakinya ke bawah untuk menginjak kepala Niku, tetapi Niku berguling dan menendangkan kakinya sendiri untuk memblokirnya. Mereka berdua saling menginjak, dan Toi melompat dengan tongkatnya untuk menjaga jarak.
“Ahaha, sekarang pakaian yang kamu terima dengan penuh syukur dari Mastermu jadi kotor. Apakah kau tidak merasa malu?”
“Aku hanya cukup menggunakan {Purification}. Ini bukan masalah."
“Oke, ada benarnya juga.” Toi bersenandung dengan tawa. Lingkaran sihir muncul di sekelilingnya. “∎∎,∎∎∎∎∎∎∎∎∎,∎── {Fireball}. "
“Nn.”
Niku menghindari bola api yang mendekat dengan berguling ke samping. Secara alami, dia tidak ingin pakaiannya benar-benar terbakar.
“Ya ampun, jika kau tidak ingin pakaianmu terbakar, mengapa tidak melepasnya saja?”
“Jangan bodoh. Aku hanya harus menghindar supaya tidak terkena.”
“Oke, oke, kamu adalah gadis sudah besar yang kuat, bukan? Teeheee!” Toi menjentikkan jarinya. Kali ini bola api muncul dan meluncur sendiri tanpa merapalkan apapun.
“Ah! Ngh!”
“Astaga. Itu adalah rapalan ganda sederhana dengan menunda perapalannya; trik kuno di buku penyihir mana pun. Ah, tapi kurasa Nona Soto mengalahkanku sebelum aku bisa menggunakan sihir apa pun saat itu. Itu Nona Soto, loh ya,” Ulang Toi, menekankan bahwa dia hanya kalah dari Soto sementara Niku menangkis bola api dengan pedang kayunya.
“Tidak buruk, tidak buruk sama sekali. Bagaimana dengan ini? ∎∎,∎∎∎∎∎∎∎∎∎,∎∎ —{Fireball}.” (Toi)
“…!”
Lima bola api muncul di udara... lalu terbang menuju Niku, satu demi satu. Dengan bersalto dan menebasnya, Niku berhasil menghadapi semuanya tanpa ujung roknya hangus. Tapi Toi hanya terkekeh melihat pakaiannya yang semakin kotor.
“Itu adalah quintuple, lima rapalan bersamaan. Kau harus merasa terhormat telah melihatnya. Bisakah si gagal sepertimu berhasil melakukan hal yang sama? Bukankah ini bukti bahwa aku lebih unggul?”
“...∎∎,∎∎∎∎∎∎∎∎∎∎∎ —{Fireball}.”
Namun, Niku meluncurkan lima bola api ke Toi. Toi tertawa puas saat melihat hal itu meluncur kearahnya.
“∎∎∎∎,∎∎∎∎,∎∎— {Ice Bolt}.”
Toi pun membalas lima bola api dengan bongkahan es. Hal itu pun saling membatalkan.
“Tidak buruk untuk eksperimen yang gagal. Ahaha, dan sebagai produk akhir yang sukses, aku akan memeriksa kualitasmu lebih jauh!”
“Aku akan membuatmu mengerti bahwa aku lebih unggul,” Jawab Niku, menyiapkan pisau kayunya lagi dan menatap tajam ke arah Toi.
“Aku mengerti bahwa bahkan si produk gagal pun setidaknya bisa dianggap lumayan dalam sihir. Tapi bagaimana dengan seni bela diri fisik?”
“Aku tidak akan kalah.”
“Oh, tapi kau tidak berniat untuk menang? Kukira kurangnya ambisi cocok untuk anak anjing yang gagal. ”
“Aku hanya selalu bersikap waspada seperti biasa dalam pertarungan.” Niku lagi-lagi berlari ke arah Toi saat Toi mengejeknya.
“Lambat...”
“Bodoh.”
Toi bereaksi terhadap serangan Niku dengan menyodokan tongkatnya. Niku, bagaimanapun, menagkisnya ke samping dengan berputar dan menggunakan momentum untuk menghasilkan tusukan yang kuat. Pisau melesat menuju sisi tak terlindungi Toi dari kedua sudut.
“{Leap}!”
Toi melakukan lompatan mustahil dari posisinya yang tidak menguntungkan dengan sebuah skill. Itu adalah jenis skill yang baru saja meningkatkan kemampuan melompat seseorang, tetapi dalam praktiknya itu dapat digunakan untuk situasi darurat seperti ini.
“Oh, menggunakan skill? Kau pasti lemah.”
“Whew... Kenapa tidak menggunakan hal-hal yang begitu nyaman? Mengabaikan alat adalah tindakan bodoh. Oh, tapi kurasa kau bodoh,” Kata Toi dengan nada mengejek. Niku menatapnya dengan mata dingin.
Namun, keduanya benar-benar mencari celah di posisi masing-masing.
“∎∎∎∎∎∎∎∎,∎∎∎∎∎,∎∎∎∎∎,∎∎—{Cursed Lance}.”
“∎∎,∎∎∎∎∎∎∎∎∎∎∎∎—{Fireball}.”
Niku menembak jatuh beberapa tombak hitam pekat yang dibuat Toi dengan lima bola api. Mantra-mantra itu bertabrakan dan meledak.
“Aha! Tunggu, apakah itu satu-satunya mantra yang bisa kau gunakan? Kurasa sebagai produk gagal, kau tidak memiliki banyak teknik yang bisa kau gunakan?
“Aku hanya menyembunyikan kemampuanku. Mengapa aku harus menunjukkannya kepadamu?”
“Ada benarnya juga. Namun, aku perlu menunjukkan kemampuanku kepada Lord Keima dan menunjukkan kegunaanku sepenuhnya, jadi aku akan terus menggunakannya. ∎,∎,∎∎∎∎∎,∎∎∎∎—{Cursed Pillar}.”
Tanah pun terbelah, dan pilar setebal pria dewasa melesat ke udara. Kabut ungu memancar darinya, membuatnya sangat tidak bisa didekati.
“Jangan takut, ini tidak memiliki kekuatan membunuh... Aku hanya akan mengendalikanmu melalui kutukan. Ahaha, aku tahu, aku bisa memintamu menari tarian penari telanjang yang kasar. Bukankah itu akan menyenangkan?” (Toi)
“∎∎∎∎,∎∎∎∎∎∎∎∎,∎∎∎∎—{Summon Skeleton}.”
Tapi Niku menyerang pilar dengan tentara tulang. Skeleton terkutuk itu mulai menari sambil mengoyangkan pinggul mereka ke depan dan ke belakang, tapi yah, abaikan itu.
“Oh, mantra pemanggil. Begitu ya jadi kau menguasai dasar-dasarnya.”
“Aku akan memulai pertarungan habis-habisannya,” Kata Niku.
“Astaga. Maka kurasa aku akan menggunakan sebagian kecil, sangat kecil dari kekuatan penuhku. ”
“Setengah dari setengah kekuatanku seharusnya bisa, kalau begitu.”
“Hm? Maka aku akan menggunakan setengah dari setengah dari setengah kekuatanku.” Kata Toi.
“Aku akan bertarung dengan setengah dari setengah dari setengah dari setengah dari kekuatanku,” Balas Niku, melotot padanya. Itu seperti kontes hinaan antara dua anak... meskipun pada kenyataannya mereka adalah anak-anak, jadi memang begitu.
“Kalau begitu aku akan menggunakan... sepertiga puluh dua dari kekuatanku,” Kata Toi setelah jeda singkat untuk menghitungnya.
“Oke. Aku akan menggunakan... seperenam belas dari kekuatanku. Terkesan? Aku juga bisa melakukan pembagian dua digit. Master-lah yang mengajariku,” Kata Niku dengan bangga, tapi Toi hanya mendengus dan hampir tidak bisa menahan tawa dengan tangan menutupi mulutnya.
“Ohoho… Jadi kau akan menggunakan dua kali kekuatanku!”
“Nn? Dua kali adalah enam puluh empat. Kau mencoba berlagak bodoh sekarang.”
“Ahahaha! Ini adalah pecahan! Pecahan, dasar anak anjing bodoh! Aaaha, kau bahkan tidak bisa mengerjakan matematika setingkat anak sekolah dasar, sungguh menyedihkan!” Seru Toi, sedikit terbata-bata pada 'anak sekolah dasar' seolah itu bukan ungkapan yang sebenarnya dia kenal. Bagaimanapun, semakin besar penyebut suatu pecahan, semakin kecil jumlahnya, tetapi sayangnya Niku belum belajar tentang pecahan atau desimal. Tidak ada yang memalukan tentang itu, karena sebagian besar di dunia ini dibuat hanya dengan penambahan dan pengurangan. Ada lebih banyak orang yang tidak bisa melakukan pembagian dan perkalian daripada yang bisa.
“...Aku tidak mengerti apa maksudmu sebenarnya, tapi aku mengerti kau mengejekku. Aku akan memukulmu.”
“Aku tidak mengejekmu, karena memang benar bahwa kau memang anak anjing yang bodoh dan tidak tahu apa-apa, bukan? Ahahaha!”
Dan pertempuran pun dimulai lagi.
Niku menusukkan pisau kayunya tepat ke wajah Toi. Dia bermaksud untuk memotong seringai sombongnya, tapi tentu saja Toi menghindarinya dan bahkan meluncurkan tendangan. Niku membalas dengan menendang tongkat pemukul. Toi sudah menduga hal itu dan melemparkan tongkatnya ke samping untuk meraih kaki Niku.
Toi meninggalkan tongkat pemukul yang ditendang dan mencengkramkan jari-jarinya ke bagian belakang tempurung lutut Niku melalui kaus kakinya untuk menahan cengkeramannya... tapi Niku tidak roboh. Golem Assistance. Kekuatan yang tidak diketahui Toi ini membawa hasil yang tidak terduga baginya.
Hanya sesaat dia berkedip karena terkejut. Tapi segitu saja adalah waktu yang lebih dari cukup bagi Niku untuk mengarahkan tendangan kakinya ke kepala Toi.
“Guaaah!”
“Maaf, aku bermaksud berhenti tapi tidak jadi. Sengaja.”
“...Ngh. Tidak buruk untuk sebuah produk gagal. anak anjing.” Kata Toi.
“Aku telah berlatih. Ngomong-ngomong, ini sudah terlambat, tapi apa nama panggilan yang tepat yang harus kuberikan untukmu? Pecundang yang sakit, mungkin?”
“Tentu saja tidak, karena aku bukan pecundang. Tipuan busuk apa yang kau gunakan untuk mendaratkan pukulan itu?”
“Trik memiliki kontrol sempurna atas tubuh seseorang, dan karena itu tidak membiarkan lawan mengeksploitasinya.”
“Cih, gaya Demon King!”
Toi sudah akrab dengannya. Gaya Demon King ditujukan untuk rasa kesatuan yang utuh. Kontrol sempurna dari bentuk yang tidak bisa digoyahkan oleh yang lain. Setelah dikuasai, seseorang akan memiliki kendali penuh atas tubuh, hati, dan bahkan jiwa mereka. Ini hanya setengah dari gertakan Niku, tapi memang benar bahwa gaya Demon King memang memiliki teknik seperti itu. Toi tidak akan pernah mengira bahwa Niku memiliki penguasaan seperti itu.
“Kurasa kali ini aku akan benar-benar menganggap ini serius. Gaya Kekacauan (Chaos) adalah gaya yang menghalalkan segala macam hal. Semua yang tersedia harus digunakan, bahkan musuh seseorang. Seribu perubahan yang berubah, sepuluh ribu bentuk yang mengalir—{Kaleidoscopet}!” Teriak Toi, lalu membelah dirinya menjadi empat salinan.
“Terkesan, anak anjing bodoh?” Tanya salah satunya.
“Itu hanya membuat tiga salinan ilusi sekaligus—”
“—Tapi mereka semua memancarkan energi makhluk sejati, bukan? Itulah kekuatan dari tekniknya.”
“Itu adalah gaya dari beberapa sekolah seni bela diri yang terkenal, tapi... Aku lupa namanya. Itu adalah teknik pamungkas mereka, aku percaya,” Kata tiruan Toi terakhir, setelah dengan sopan menjelaskan semuanya padanya.
...Itu benar-benar tampak seolah-olah ada empat darinya.
“Sekarang,” kata mereka berempat serempak. “Persiapkan dirimu.”
Keempat Toi melompat ke arah Niku sekaligus-tapi tanpa ragu-ragu, Niku menyikut yang kedua dari kanan, yang merupakan Toi yang asli.
Tiga yang palsu memudar dan menhilang sia-sia.
“Ngah, nffu! Bagaimana... bisa kau... melihatnya?!”
“Kau sangat fokus pada mempertahankan teknik sehingga lebih mudah untuk memukulmu. Itu tentu teknik yang bagus,” Kata Niku.
“...Hanya untuk referensi di masa mendatang, bagaimana kau tahu diriku yang asli?”
“Mikir-lah. Tidak masalah jika aku salah menebaknya. Itu hanya ilusi, jadi mereka akan menghilang,” Kata Niku. Jadi, serangan yang dilancarkan akan menembus dinding ilusi, membunuh dua burung dengan satu batu. Ulangi sampai kau mengenai yang asli. Fakta bahwa dia memukul yang benar pada percobaan pertama hanyalah keberuntungan.
“...Kau ada benarnya. Astaga, teknik pamungkas yang terburuk,” Kata Toi, menjatuhkan diri ke tanah dengan senyum jengkel. “Baiklah. Aku kalah hari ini, karena terlalu fokus pada teknikku sendiri. Adalah tugas yang kalah untuk menopang pemenang.”
“Keputusan yang bijaksana. Sekarang, berlututlah.”
“Begini?”
Toi dengan patuh berlutut. Niku menekan kakinya ke punggungnya, lalu kepalanya. Dia dengan bangga berdiri di atasnya dengan stok masih terpasang. Itu adalah pelayan anjing di atas pelayan anjing.
“...Mm. Berdiri di atas pecundang itu nyaman.”
“...Nmm.”
Mungkin tampak mengejutkan betapa patuhnya Toi, tetapi wajar saja bagi yang kalah untuk mematuhinya. Itulah cara dunia sejauh menyangkut mereka berdua. Niku memberi kepala Toi dua, tiga hentakan untuk penekanan, lalu turun, setelah mendominasi dengan kuat.
“Sekarang mari kita kembali, Toi.”
“Sesuai keinginanmu, Nona Niku."
Toi dengan lancar mematuhi Niku. Dia membersihkan debu dari pakaian dan wajahnya, lalu mengikuti Niku dengan langkah yang mantap dan tampak senang.
Dengan demikian mengakhiri pertempuran untuk dominasi, dengan Toi berakhir di injak Niku.
TL: Gori-Chan EDITOR: Drago Isekai | ||
<<-PREV | TOC | NEXT->> |