Lazy Dungeon Master Light Novel Bahasa Indonesia Vol 16 : Chapter 1 - Part 1
Lazy Dungeon Master Light Novel Bahasa Indonesia Volume 16 : Chapter 1 - Part 1 |
||
---|---|---|
Font Size :
|
|
|
Aku menyaksikan anjing loli berkelahi di monitor, termasuk kemenangan Niku.
…Tapi kapan Niku mempelajari rapalan untuk mantra Fireball quintupleku? Aku benar-benar tidak menyangka dia bisa melakukannya begitu saja sekarang.
“Oh, aku ingat dia meminjam salah satu Golem perekam suara dari Neruneh,” Kata Rokuko.
“Ah. Salah satu benda yang aku berikan Neruneh sebagai hadiah. Dia meminjamkannya?”
Niku benar-benar serius dengan pelatihannya. Aku memiliki perapalan lain yang direkam; Aku ingin tahu apakah dia juga mengingatnya? Dia bisa belajar banyak jika aku turun tangan untuk mengajarinya.
“Jadi, Keima.” Kata Rokuko, tersenyum padaku. Anehnya dia tampak senang. “Aku kalah taruhan. Yang berarti sudah waktunya bagi kita untuk berkencan.”
“Tunggu, bukankah seharusnya aku yang memberimu perintah?” Aku cukup yakin siapa pun yang menang akan mendapatkan hak untuk meminta sesuatu dari yang lain.
“Kupikir mendengar permintaanmu akan lebih baik di tengah kencan, atau mungkin di akhir. Karena maksudku, kau tahu, aku adalah Dungeon Core yang bisa membaca suasana, jadi kau tahu, aku bisa menebaknya.”
“Hm? Apa, Kau kira aku akan memintamu untuk melepas kaus kakimu dengan malu-malu di akhir kencan setelah semuanya erotik?
“Keima?”
“Bercanda, bercanda. Aku hanya tidak ingin kau bertingkah seperti aku meminta ciuman selagi benar-benar kaku,” Kataku, menarik kembali permintaan bercandaku setelah Rokuko menatapku dengan dingin. Aku seorang Dungeon Master yang bisa membaca suasana hati.
“Grrr, ketika kau mengatakannya seperti itu, sepertinya kau bahkan tidak ingin menciumku!”
“Lebih dari itu aku takut apa yang akan terjadi jika aku melakukannya... Apalagi dengan Dolce yang masih mengawasi kita. Kau seidiri tahu lah orang yang memiliki mata dan telinga di mana-mana. Dia akan mengawasi kita sepanjang kencan. Tentu saja, tidak diragukan lagi.”
“Grrr…”
Dolce adalah monster tipe Hantu, jadi skenario terburuknya dia bisa menghilang dan tidak terlihat olehku. Kamera pelacak otomatis yang tidak terlihat adalah hal yang paling menakutkan di sini.
“Kalau begitu, kita bisa berkencan di dungeon. Bahkan Dolce tidak dapat dengan mudah menembus dinding di [Cave of Greed], dan aku akan tahu begitu ada penyerang. Itu artinya kita bisa berciuman!”
“Tapi kalau begitu Elka dan monster lain yang mengelola Dungeon akan melihat kita.”
“Aku bisa menggunakan fungsiku untuk memblokirnya!”
“...Serta, tidakkah kamu ingin pergi ke tempat yang lebih menyenangkan? Kita sedang berbicara tentang dungeon di sini.”
“B-Bisakah kamu tidak menghina tubuhku seperti itu?! Kau membuatnya terdengar seperti aku tidak menarik!”
Oh benar, dungeon secara harfiah adalah tubuh Rokuko dari sudut pandangnya. Kurasa itu memang bisa dianggap menghina, kalau begitu.
“Ngggh... Aku akan membuat tempat yang menyenangkan di dalam dungeon, kalau begitu! Kau memaksaku untuk turun tangan kalau begini, tapi lihat saja! Tak lama lagi kau akan berlutut mengatakan itu jauh lebih baik daripada tempat kencan mana pun yang dibuat Leona!”
“Tunggu, Rokuko. Kaulah yang kalah. Kaulah yang kalah, di sini. Masuk akal jika dungeon secara harfiah tidak akan menjadi tempat kencan yang bagus. Ini tidak seharusnya menjadi salah satunya. Jangan membuatku menghentikanmu; Aku tidak ingin menggunakan permintaanku yang hanya sekali untuk menghentikanmu bertindak gila di sini.”
“Grrrr…” Rokuko menggembungkan pipinya untuk menunjukkan betapa tidak senangnya dia. Tapi dia mengerti maksudku, dan menyerah untuk membuat tempat kencan.
Di sinilah tantangan sebenarnya dimulai. Aku harus memikirkan permintaan apa yang sebenarnya ingin aku ajukan.
Aku agak setuju dengan taruhan Rokuko dan tidak ada yang perlu diubah, tetapi setelah dipikir-pikir sebenarnya tidak ada yang ingin aku minta. Rokuko biasanya akan mendengarkan permintaan apa pun yang bakal aku katakan. Bahkan tanpa aku menggunakan Otoritas Absolutku. Meskipun itu membantu bahwa aku biasanya hanya membuat permintaan kecil yang tidak penting.
Meski demikian, jika aku meminta ciuman atau sesuatu di sini Haku pasti akan mendengarnya, jadi meminta hal-hal romantis semacam itu agak sulit. Siapa yang bisa meramalkan bahwa hak untuk meminta apa pun ini sebenarnya akan menyusahkan? Rokuko pasti tidak akan puas jika aku hanya meminta sesuatu yang acak juga. Eeeh...
“Oke. Rokuko. Aku memiliki sebuah permintaan.”
“T-Tunggu, di sini? Maksudku, silakan, kurasa?” Rokuko mulai gelisah. Maaf, tapi ini bukan untuk ciuman.
“Biarkan aku menggunakan Dungeon Core sebagai pemanas tubuh nanti. Sebenarnya, aku sebenarnya ingin mencobanya selama ini.”
“S-Serius, Keima? Itu yang akan kau minta...? Y-Yah, oke. Kukira.” Kata Rokuko, sedikit tersipu saat dia mengangguk. Baiklah bagus, Aku mendapat ide dengan sesuatu yang memuaskannya. Wah. Aku menang kali ini.
“Baiklah kalau begitu, mari kita mulai merencanakan perjalanan.” Kata Rokuko. “Kita perlu memilih monster untuk dirasuki.”
“Sebelum itu, kita harus mencari tahu seberapa efektif fungsi merasuki itu.”
“Oh, benar.”
Jadi, kami harus mencoba bereksperimen dengan fungsi merasuki. Kami telah lama mengetahui bahwa kami dapat merasuki monster di dungeon kami, untuk lebih jelasnya; pertanyaannya hanyalah kondisi untuk melakukannya, dan jangkauannya. Pertama, aku merasuki salah satu Tikus Abu-abu produksi dungeon kami, yang secara teknis dianggap monster. Itu bekerja tanpa hambatan, seperti yang diharapkan. Tetapi ketika aku mencoba berjalan di luar dungeon, pengendalian pada monster yang dirasuki terputus.
“Hm, sepertinya itu tidak bekerja di luar wilayah dungeon.”
Aku membuka Katalog DP, berpikir kami tidak punya pilihan selain hanya membeli skill Possess, tetapi ketika aku mulai memilih-milih hal itu, Rokuko menghentikanku.
“Tunggu, Keima. Tidak mungkin skill bodoh bisa mengalahkan fungsi dungeon. Mungkin itu tidak berhasil karena itu adalah monster tanpa nama?”
“Kurasa aku akan menjadikannya monster Bernama dan mencobanya lagi, kalau begitu.”
Aku menamai tikus itu Hektaro, lalu mencoba lagi, dan berhasil merasukinya di luar wilayah dungeon. Tampaknya Rokuko benar; untuk merasuki monster di luar dungeon, kami harus menamainya.
“Eheeh, bagaimanapun juga, aku adalah dungeon! Masuk akal jika aku tahu ini!”
“Eh, baiklah. Ya, kurasa.”
Kami tidak tahu seberapa jauh jangkauannya, dan jika tidak mencapai sampai ke Kerajaan Suci, aku harus mengambil risiko dengan pergi ke sana sendiri. Meskipun pada skenario terburuk, kami memiliki dungeon Storage Soto untuk digunakan sebagai jalan pintas.
Dan kemudian aku menyadari bahwa mungkin saja Leona dapat merasuki Succubi Gereja Beddhist kapan saja. Mereka semua bernama... Biarawati Suilla, murid magang Michiru, dll. Yang lainnya tentu saja tidak bekerja sebagai biarawati tanpa nama.
“Haku juga mengawasi Succubi, jadi mungkin tidak apa-apa,” Kata Rokuko.
“Ya... aku, eh, ya. Pastinya. Tidak mungkin Haku mengabaikannya.”
Belum lagi, Haku saat ini memiliki Leona di penjara, jadi mempertahankan status quo mungkin yang terbaik.
Aku memilih untuk menyelidiki ini lebih lanjut nanti, dan berfokus pada mendapatkan monster dengan bentuk manusia untuk dirasuki oleh Rokuko dan aku. Mengingat bahwa Kerajaan Suci adalah rumah bagi supremasi manusia, akan lebih baik bagi monster yang terlihat seperti manusia bahkan jika transformasi manusia mereka tidak aktif. Biaya skill humanifikasi akan jadi semakin murah jika rupa monster itu semakin mirip dengan manusia (aku telah melihat bahwa itu akan menghabiskan biaya 500.000 DP untuk Phenny si Phoenix untuk mendapatkan humanifikasi, sementara itu hanya membutuhkan biaya 10.000 untuk Neruneh karena dia pada dasarnya sudah manusia), jadi dengan pertimbangan itu…
“Mari kita habiskan masing-masing 300.000 DP,” Kata Rokuko.
“Apakah yang kau sebutkan itu sudah termasuk biaya humanifikasi juga?”
Kami memiliki pembayaran DP yang Haku berikan kepada kami untuk pekerjaan Daide, dan dengan penghematan kami menggunakan sebanyak itu sepertinya tidak terlalu boros. Mengingat hal itu akan berfungsi sebagai tubuh untuk Rokuko dan aku, menghabiskan banyak DP sepertinya logis. Rokuko dan aku membuka katalog dan mulai mencari-cari kandidatnya.
“Kupikir Keima bertelinga kelinci akan menyenangkan di sini,” Kata Rokuko. “Seperti War Rabbit atau semacamnya. Cait Sith juga terlihat bagus. Kau akan terlihat sangat imut dengan telinga kucing, Keima. Lucu sekali.”
“Tentu, tapi kita hanya mencari manusia di sini, oke? Kita ingin mereka terlihat seperti manusia semirip mungkin.”
Supremasi manusia dari Kerajaan Suci akan menganggap beastkin sebagai bukan manusia, bahkan jika core dungeon seperti Rokuko mengira mereka semua sama.
“Semuanya akan sama dengan humanifikasi. Mungkin seorang Doppelganger atau semacamnya akan berhasil?”
“Itu saja harganya 500.000 DP. Sudah melebihi anggaran.” Jawabku. Melebihi anggaran yang ditetapkan secara sewenang-wenang tidak akan menjadi masalah, tetapi aku tidak ingin mengabaikannya segera setelah memutuskannya.
“Seorang Shapeshifter, kalau begitu! Kedengarannya sangat nyaman, dengan versi mini {Ultra Transformation}mu.”
“...Itu juga melebihi anggaran. Malah lebih mahal dari Doppelganger.”
Shapeshifter bisa berubah menjadi apa saja, bukan hanya manusia, yang membuat mereka lebih menyerupai Slime daripada Doppelganger. Aku pun jadi makin penasaran berapa biaya humanifikasi untuk Slime tingkat tinggi.
“Mungkin sebaiknya kita memilih Living Armor, kalau begitu? Aku bisa meminta seorang gadis yang kurasuki memakai baju besi yang kau rasuki.”
“Oh, tidak buruk.”
Rokuko dan aku tidak akan berakting secara terpisah sejak awal, jadi memulai dengan bentuk gabungan akan benar-benar berhasil. Kami bisa menganggap Living Armor sebagai perlengkapan sihir bahkan tanpa memberinya humanifikasi, atau kami bisa memberikannya humanifikasi dan membuatnya seperti Sally. Living Armornya Haku.
Di atas semua itu, itu akan memenuhi permintaan Haku agar kami tidak menggunakan laki-laki. Living Armor tidak memiliki jenis kelamin. Meskipun mungkin baju besi untuk pria akan berubah menjadi pria saat berubah menjadi bentuk manusia?
“Baiklah kalau begitu, dengan asumsi aku setuju dengan itu... Akan jadi apa yang kau pilih, Rokuko?”
“Nah, jika kau bakal memilih armor, aku ingin menjadi manusia seutuhnya... Mungkin Apprentice Witch seperti Neruneh? Atau seorang Vampir seperti Rei.”
“Kau mungkin harus menyerah menjadi seorang Vampir. Menutupi semua titik lemah mereka cukup mahal... Rei satu-satunya yang kita butuhkan dengan kekuatan serangan nol.”
“Oh, benar.”
Kami pun mencari-cari di katalog, menyimpan Apprentice Witch di benak kami sebagai pilihan. Kebetulan, kami mengecualikan Silkies dari kandidat karena mereka terpaku pada rumah dan tidak terlalu cocok untuk perjalanan jauh.
“Mungkin sebaiknya kita menyerah dan memilih Goblin saja? Kita bisa menghidupkan kembali Gobsuke, atau memanggil Hobgoblin... Mungkin Gobrina?” Kataku menyarankan.
“Tidak mungkin. Goblin bukan manusia. Juga, aku benar-benar tidak ingin merasuki Gobsuke.”
Tampaknya Rokuko dengan fetish Goblin-nya tidak terlalu ingin menjadi salah satunya. Mungkin aku seharusnya menyarankan menjadi Goblin... meskipun humanifikasi untuk Goblin terdengar mahal, dan boros. Seluruh daya tarik Goblin adalah bahwa mereka murah dan berlimpah; menghabiskan satu ton emas pada satu Goblin tidak ada gunanya. Tidak diragukan lagi itulah yang sebenarnya ingin dikatakan Rokuko. Tidak ada keraguan sama sekali.
Heh, sepertinya aku agak ceroboh di sini. Cari lagi.
“Hei, apa-apan makhluk Nurarihyon ini?”
“Yang terlihat seperti lelaki tua dengan dahi yang sangat besar? Kupikir mereka sebenarnya pandai menyusup. ”
“Tapi aku tidak benar-benar ingin merasukinya, karena aku akan merasa seperti berubah menjadi orang tua. Mm... Nymphs, Ice Queen... Oh, Kitsune ini terlihat sangat lucu, bukan begitu?”
“Kitsune jelas tidak akan menjadi pilihan di sini.”
“Kita juga bisa meminta Toi memakai baju besi, lalu aku bisa bersembunyi di baju besimu…? Oke, tidak, hal itu jelas tidak relevan. Lupakan. Aku akan terus mencari.” Kata Rokuko, membolak-balik katalog. Jarinya berhenti, dan aku mendongak untuk melihat apa yang menarik minatnya, hanya untuk melihatnya di halaman untuk Succubi dan Incubi. Aku diam-diam membungkuk dan menekan tombol halaman berikutnya.
Dari sana, Rokuko terus berburu, dan akhirnya menemukan sesuatu yang membuatnya geli.
“Jaaadi, Kerajaan Suci adalah rumah dari Gereja Cahaya, kan? Lalu bagaimana dengan Malaikat?” Katanya menyarankan.
“Malaikat? Adakah pilihan itu?”
“Kelihatannya begitu. Lihatlah,” Kata Rokuko, menunjukkan halaman yang dia pilih. Hal itu memiliki biaya dasar sekitar 100.000 DP, dengan statistik dasar dan opsi penyesuaian yang secara dramatis memengaruhi biaya.
Kurasa ini masuk akal, mengingat mereka juga memiliki iblis di katalog.
“Tapi tunggu, bukankah kau mengatakan sebelumnya bahwa kau tidak menyukai Malaikat?”
“Uh huh. Mereka dianggap sebagai pelayan dari Dewa Cahaya dari Gereja Cahaya. Itu membuat mereka menjadi musuh Father, pada dasarnya, jadi bahkan aku terkejut melihat mereka di katalog monster dungeon. Apakah ini bahkan ada di sini sebelumnya?” Tanya Rokuko, memiringkan kepalanya. Mungkin tidak, mengingat bagaimana katalog menambahkan halaman baru tanpa peringatan sepanjang waktu.
Mengesampingkan itu, seorang Malaikat tampak sempurna di sini. Bahkan jika humanifikasi mereka dibatalkan, mereka akan diperlakukan sebagai pelayan Gereja Cahaya, yang mungkin akan membuka lebih banyak pintu daripada menutupnya. Halaman berikutnya mulai memiliki beberapa monster yang cukup mahal seperti Dagon dan Shoggoth, yang agak menggelitik rasa ingin tahuku, tapi yah, tidak sopan membicarakan monster di halaman lain di sini.
“Mau mencobanya dulu?” Tanyaku.
“Aku agak ragu, tapi Malaikat akan sangat berguna mengingat misi kita di sini. Aku akan mencobanya dulu. Aku tidak tahu seberapa mahal humanifikasi itu, dan untuk membuatnya lebih kuat... Oh, humanifikasi hanyalah pilihan dalam menu, tidak apa-apa.”
“Oh ya, itu adalah Malaikat. Masuk akal itu akan menjadi pilihan.”
Juga, sepertinya opsi humanifikasi lebih mahal, semakin kuat monster itu secara default. Dan kita akan tetap menginginkan monster berkekuatan sedang. Sesuatu yang terlalu kuat akan sangat tidak manusiawi sehingga orang bisa menyadarinya dengan mudah. Maksudku, itu trik tertua dalam buku ini. Aku tidak akan jatuh karena kalah misi siluman dengan mengirimkan tank.
“Pertanyaannya adalah, berapa biaya humanifikasi untuk Living Armor... Untuk saat ini, kita akan memilih yang lemah dan melihat seberapa banyak kita bisa memperkuatnya. Setidaknya kita tahu pasti kalau mereka bisa berubah wujud menjadi manusia berkat Sally,” Kataku.
“Aku akan membagikan sebagian DPku padamu jika kau rasa tidak bakalan cukup,” Kata Rokuko.
“Bagus. Oke, mari kita buat dasar dari baju besi seluruh tubuh dan... membuatnya dari besi. Itu lebih murah daripada material lainnya, mungkin karena dungeon kita.”
“Oh, kau boleh memilih yang baju besi untuk pria ini.”
“Bukankah seharusnya baju besi gadis untuk monstermu?”
“Dengan baju besi pria, kau bisa memakainya sendiri jika perlu. Ditambah lagi, jika itu berukuran lebih besar tidak berarti itu mustahil untuk dipakai, dan ada skill yang membuatku penasaran juga... Sungguh, aku ingin kau memilih yang baju besi pria.”
“Lebih baik terlalu besar daripada terlalu kecil, kan?”
Set laki-laki mungkin akan lebih berat dan lebih sulit untuk digerakan, tetapi untuk Living Armor itu mungkin tidak masalah, dan tentu saja ada daya tarik yang mendalam untuk seorang gadis imut yang mengenakan baju zirah besar.
“...Oh tunggu. Aku ingin tahu apakah kita bisa menghemat DP dengan mengubah baju besi yang sudah ada menjadi hal monster itu?”
“Mungkin? Enggak tahu dah,” Jawab Rokuko.
Aku pun pergi dan mengambil baju besi anti-Haku yang akhirnya tidak aku gunakan. Aku sudah mengubahnya menjadi Golem, tapi mungkin aku masih bisa menggunakannya sebagai basis untuk Living Armor... Oh, kurasa aku bisa. Bagus, mari kita lakukan. Sepertinya hanya 50.000 DP juga. Cukup bagus. Biaya Living Armor sepenuhnya mungkin 50.000 ditambah biaya baju besi apa pun yang kau pilih.
“Oh, aku tahu baju besi itu. Kau membuatnya sebelum kita pergi.”
“Yup. Ini cukup kuat berkat pelapisan orichalcum. Meski tersembunyi di balik lapisan cat.”
Sayangnya, setelan orichalcum murni yang mengkilap dan berkilauan tidak terlalu cocok untukku. Aku telah membuat helm menjadi seperti kacamata VR inset, jadi aku harus menggantinya dengan helm biasa. Kebetulan, aku mengecatnya dengan warna abu-abu. Aku memilihnya dengan berpikir bahwa itu akan membosankan dan tidak terlalu menonjol. Namun, satu bagian dilapisi emas, jadi tidak ada yang akan berpikir untuk mengejeknya. Aku membuat helm dengan warna yang sama. Splash splash, {Dry}. {Create Golem}, dan selesai.
Aku mengesampingkan Rokuko, yang sedang berpikir keras di sampingku mencoba mencari cara untuk mendistribusikan sisa 300.000 DP miliknya, dan mengubah set baju besi menjadi Living Armor. Baju besi itu adalah ukuranku sejak awal, jadi merasukinya mungkin akan menjadi hal yang paling alami di dunia. Potongan baju besi yang sekarang hidup terbentuk bersama di depanku, lalu berlutut dengan suara dentingan logam.
Bisakah aku membiarkan potongan-potongan itu terbentuk di sekitarku dengan sendirinya sehingga aku bahkan tidak perlu memakainya sendiri? Nyaman juga.
Bagaimanapun, aku dengan cepat menamai Living Armor Narikin (karena kau tidak dapat memperkuat monster tanpa nama), lalu memilih opsi Perkuat. Harga untuk memberikan humanifikasi padanya adalah... 150.000 DP. Itu membuat total biaya hingga 200.000 DP, yang memungkinkan aku untuk mengajarkannya {Storage}, {Create Golem}, dan mantra lainnya sesuai anggaran.
Oke, mari mulai... Tunggu, aku bisa memodifikasi penampilan manusianya? Ohoho. Kurasa aku akan membuatnya terlihat seperti diriku. Aku mungkin bisa mengerjai Wataru dengan mengatakan “Lihat, aku bukan orang Jepang” atau semacamnya. Aku akan mengubah beberapa warnanya agar dia terlihat lebih seperti kakak laki-laki Neruneh. Memperkenalkan: Narikin, kakak laki-laki Neruneh. Terdengar bagus untukku. Jika aku menambahkan mantra yang sesuai dengan alter ego pesulap yang kubuat, yah, ini terlalu sempurna untuk tidak dilakukan.
Jadi, setelah menyesuaikan penampilan, aku menerapkan penguatan. Lingkaran sihir muncul di bawah Narikin yang berlutut begitu aku memilihnya di menu. Lingkaran sihir bertambah cepat saat berputar sambil bersinar, lalu terangkat dari kakinya ke kepala sebelum menghilang. Itu mungkin saja.
“Narikin, berubahlah ke wujud manusia,” Perintahku.
“(Clink)… Selesai, humanifikasi selesai. Master.”
Sepertinya tidak ada yang berubah, tapi begitu Narikin melepas helmnya, aku melihat kembaranku, dengan warna berbeda di sana. Seperti diriku yang berambut cokelat. Dia pasti akan dianggap sebagai kakak laki-laki Neruneh.
“Yooo, kau sudah selesai?” Tanyaku, menuju ke Rokuko.
“Sudah selesai, Keima..? Oooh! Dia terlihat seperti Dirimu! Tunggu dulu, Narikin? Bukankah itu nama yang selalu kau gunakan? Ini seperti Keima 2: Tapi Warnanya Berbeda!”
“Aku pun menyadarinya juga. Dan karena dia mirip, aku bahkan bisa menggunakannya sebagai body double.”
Bahkan jika seseorang melihatku bekerja sebagai Narikin, aku hanya cukup mengatakan bahwa mereka salah mengira kami tanpa menyadarinya. Oh ya, sekarang itu terasa cocok jika digabungkan.
“Eheheh, lihatkan, nggak sia-siakan kau memilih yang baju besi pria!”
Hah? Tunggu, apakah dia secara halus membimbingku untuk membuat monster yang mirip denganku...?! Astaga. Rokuko menakutkan!
“Jadi, bagaimana Malaikatmu?”
“Mm, yah... Aku memilih statistiknya dan menyesuaikan penampilannya, tapi jika dia akan menjadi istri Narikin, aku harus membuatnya terlihat persis sepertiku. Jangan berargumen. Oh, dan aku juga akan mengubah warna rambutku. Sekarang aku hanya perlu mengubah namanya. Keima, tolong kasih aku ide.”
“Kau meneyerahkannya padaku?”
“Kaulah yang menamaiku sejak awal, jadi.”
Oke, poin bagus. Mari kita lihat... Mengesampingkan sedikit tentang pengetahuan istri, mari kita coba untuk mendapatkan sesuatu dari 695 lagi. Roccuko... Itu agak mengerikan, dan tidak terlalu seperti Malaikat. Lebih mirip Succubus. mehhh...
“Bagaimana dengan Rokufa Eve? Fa-eve itu seperti 'five', dan Eve bisa berupa nama belakang atau nama tengah.”
“Oh, ini 695! Itu sangat bagus. Rokufa itu! Aku mencintaimu, Keima!” Seru Rokuko, dan senyumnya membuat jantungku berdebar.
“Tidak bisakah kau mengatakan itu begitu saja? Itu membuat jantungku berdebar.”
“...Aku mencintaimu!”
Jangan terlalu berisik seperti itu juga! Nyooo!
***
...Dengan demikian Rokufa sang Malaikat lahir, dengan biaya 300.000 DP (termasuk humanifikasi), bersama dengan partnernya Narikin si Living Armor sekaligus Pedagang.
Narikin adalah baju besi seluruh tubuh. Aku telah mengajarinya mantra seperti {Storage} dan {Create Golem} melalui scroll, dan ketika dalam bentuk manusia dia tampak seperti diriku dengan rambut cokelat. Yang tersisa hanyalah memberinya salinan topeng Narikin dan semuanya sempurna. Dia, memang, Narikin yang sebenarnya.
Rokufa sang Malaikat. Dia tampak seperti Rokuko dengan rambut biru, dan memiliki cincin bercahaya samar di samping lingkaran malaikatnya. Dia melayang sedikit di atas tanah, seolah mengabaikan gravitasi. Sayapnya juga melayang sedikit di belakang punggungnya daripada tumbuh langsung dari punggungnya. Sepertinya tidak perlu membuka lubang di bagian belakang baju atau baju besinya. Baik sayap dan lingkaran cahaya menghilang ketika dia berubah menjadi manusia.
“Ngomong-ngomong, Rokuko... Apa kau mengutak-atik sesuatu?”
“...T-Tidak? Semuanya sangat mirip dengan diriku.”
“Kau mengutak-atik pengaturan, bukan?” Rokuko terdiam.
Aku melihat satu bagian tertentu dari tubuh Rokufa. Payudaranya terasa lebih besar. Hal itu pada dasarnya berada di level Haku sekarang.
“...A-Astaga, klo iya memangnya kenapa? Hanya sedikit, apa masalahnya?”
“Hei, itu bukan masalah. Aku hanya menunjukkannya.”
Aku seorang pria kaki, bukan pria payudara, jadi ya. Padahal, uh... Kupikir Rokuko agak terlalu melebih-lebihkan untuk dia mengkhawatirkan hal ini.
“Eh, Master. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya Narikin dengan takut-takut. Rokufa memasang ekspresi prihatin yang sama di sampingnya.
“Oh benar. Narikin, Rokufa. Kalian akan melayani sebagai tubuh kami. Anggap saja seperti melakukan pengintaian di luar dungeon.”
Aku menjelaskan kepada mereka bahwa mereka telah dipanggil agar Rokuko dan aku dapat menyelidiki berbagai hal di luar kota sambil tetap tinggal di kota. Aku juga menambahkan bahwa mereka akan bertindak menurut penilaian mereka sendiri ketika sedang tidak dirasuki.
“Siap pak! Tubuh kami adalah milikmu dan siap diperintah sesukamu,” Kata Narikin.
“Dimengerti, Master. Semoga urusanmu dan Rokuko segera selesai,” Kata Rokufa.
“Oh, ngomong-ngomong, kalian berdua sudah menikah dalam cerita sampulmu. Atau lebih tepatnya, Kalian benar-benar sudah menikah. Mengerti?” Kata Rokuko.
“Eh, Rokuko?” Kataku, tapi Narikin dan Rokufa hanya mengangguk mengiyakan. Nah, jika mereka saja tidak keberatan, kurasa tidak masalah. Namun apakah itu baik-baik saja? Seperti? Apa kau yakin...? Oke...
Kami langsung bergegas dan mencoba merasukinya. Kami memilih monster kami masing-masing dari menu kami dan merasukinya saat mereka dalam bentuk manusia.
“Oh, itu berhasil. Roku... Rokufa, bagaimana denganmu?”
“Sempurna, Ke... Narikin,” Kata Rokufa (dengan Rokuko di dalamnya), menatapku (Narikin) dan tersenyum. Dia memang tampak persis seperti Rokuko yang berbeda warna rambut. Meskipun kesadaran yang ada di dalamnya itu memang dia yang asli. Kebetulan, tubuh asli kami sedang beristirahat di futon.
Ya, sepertinya kami hanya tidur dengan normal.
“Tetap saja, ini cukup mengesankan. Ini benar-benar terasa seperti diriku yang sesungguhnya,” Kataku. “Aku melihat semua orang mengendalikan kelinci di dungeon kelinci, tapi... Wow, ini benar-benar seperti tubuhku sendiri.”
“Ini cukup membantu bahwa tubuh ini pada dasarnya berukuran sama dengan milikmu. Tampaknya rasanya akan sangat berbeda jika kau memiliki ukuran yang benar-benar berbeda,” Kata Rokuko, membatalkan transformasi dan melebarkan sayapnya. “Wah, wah! Ini luar biasa. Aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Juga, um, aku melayang? Apa apaan? Ini sangat menyenangkan.”
“Oh? Biarkan aku mencobanya,” Kataku, membatalkan transformasi manusia Narikin. Daaan... Pada dasarnya tidak ada yang berubah, kecuali penglihatanku. Rupanya begini toh rasanya melihat tanpa mata. Lagipula, Living Armor tidak memiliki mata. Dan aku juga tidak punya mulut untuk merapal mantra, tetapi aku tidak harus merapalkan mantra. Aku menembakkan bola api eksperimental, dengan memfokuskan pikiranku pada frasa {Fireball}, dan keluarlah bola api. Sepertinya menggunakan sihir itu sederhana. Adapun {Storage}... Itu bukan {Storage}ku. Tidak ada apa-apa di dalamnya, dan itu tidak terhubung ke Dungeon {Storage} Soto. Itu benar-benar, {Storage} yang sepenuhnya normal.
Tapi aku tidak bisa berbicara dalam wujud ini, jadi aku kembali ke wujud manusia... setelah mencoba berbicara sekali, hanya untuk melihat apa yang akan terjadi.
“Clink clink clink clink.”
“Keima, itu sangat menyebalkan.”
Ya, sudah kuduga. Kurasa aku akan mencoba menggunakan telepati, kalau begitu. Seperti yang aku gunakan untuk berbicara dengan Kosaki dan Siesta. Kupikir Living Armor pasti mengetahui skill {Telepati}.
“(Tes, Tes, satu dua tiga. Rokufa, bisakah kau mendengarku?)”
“Hm? Oh, Keima, atau lebih tepatnya, Narikin. Menggunakan {Telepati}, kurasa?”
“(Sepertinya kita bisa menggunakan telepati untuk berbicara.)”
Rokufa menepuk pipiku (tepat di pipi berlapis bajaku) dengan sedikit keheranan.
“Jadi, Narikin. Kupikir kita harus berlatih memakaimu, untuk jaga-jaga?”
“(Tentu, tentu. Kurasa kau bisa menangani cara memakaiku?)”
“Seharusnya baik-baik saja, jika kita memasukkan sesuatu ke dalam?”
Skenario terburuk, aku hanya cukup menyilangkan tangan di depan dada, lalu melakukan semua gerakan di sekitar diriku.
“Hyah.”
“(Guh!)”
Dengan dentingan keras, Rokufa mulai mencabik-cabik tubuhku (Narikin). Itu tidak sakit, tapi aku bisa merasakan diriku berantakan.
Whoa, whoa, whooooa. Terasa seperti aku telah terjepit dan aku terbentang hingga tak terhingga. Ada perasaan gatal yang tak biasa dan aneh. Ya, aku tidak pernah merasa seperti ini dalam hidupku.
Rokufa menjulurkan tangannya di bawah lenganku dan mengangkatku. Sekarang aku melihatnya, gauntlet itu benar-benar panjang hingga ke bahuku.
“Ah, kau lebih ringan dari yang kukira. Bisakah kau bergerak bahkan dengan banyak bagianmu yang dicopot?”
“(Sepertinya... aku bisa, ya.)”
“Ooh, bagus juga.”
Salah satu tanganku yang terlepas bergoyang-goyang. Rokufa memukul-mukulnya dan menggosoknya ke seluruh tubuh, tetapi jika dia akan memakainya, aku ingin dia cepat-cepat memakainya. Itu menggelitik.
“Menggabungkan...! Hm, ini terasa agak enak dan dingin.”
“(Ini sangat panas untukku.)”
Dia baru memakai satu tangan, tapi itu longgar seperti yang kuduga. Mungkin aku seharusnya memilih yang satu set baju besi wanita... Hm? Tubuhku agak gemetar... Apa?!
Lenganku dengan cepat menyusut seperti sweter wol yang dibuang sembarangan ke mesin cuci. Itu berlanjut sampai gauntletku pas dengan lengan Rokufa. Hukum kekekalan massa rupanya tak berlaku di sini. Apa-apaan dah?
“Oh, sepertinya berhasil,” Kata Rokufa.
“Rokufa, apakah kau yang melakukan itu? Armor itu menyusut dengan sendirinya secara acak.”
“Itu mungkin skill Malaikatku, {Full-Body Equipment Aptitude}. Kupikir kita akan memiliki kompatibilitas yang bagus, karena kau adalah baju besi seluruh tubuh, tapi aku tidak berpikir itu akan memiliki pengaruh hingga sejauh ini. Wah, keren sekali. Terasa seperti memakai sarung tangan yang kuat, tidak terlalu berbeda dengan pakaian biasa? Mungkin seperti sarung tangan,” Katanya. Rupanya dia memiliki keahlian khusus yang memungkinkan dia memakai baju besi meskipun itu bukan ukuran yang tepat untuknya.
...Terasa seperti RPG yang memungkinkan karakter memakai baju besi ukuran apa pun asalkan sesuai dengan kelasnya atau apa pun. Meskipun kukira tidak ada yang penting tentang itu pada saat ini; Bagaimanapun, ini adalah dunia dengan dewa dan sihir.
Kebetulan, gauntlet itu kembali ke ukuran normalnya setelah Rokufa melepasnya. Wowee, Sungguh mengejutkan.
“Oke, kita harusnya sudah siap sekarang,” Kata Rokufa tanpa basa-basi.
“Mari kita lakukan beberapa persiapan normal juga, oke? Hanya untuk berjaga-jaga. Aku tahu kita bisa membeli apa yang kita butuhkan dengan DP atau mengirim Soto, tapi tetap saja.”
Bagaimana pun, sekarang kami memiliki monster untuk dirasuki, kami bisa melakukan misi pengintaian kami. Kurasa aku akan menggunakan kesempatan ini untuk sedikit bereksperimen.
“Mari kita simpan sekitar seribu koin emas di {Wallet} kita. Yang kita dapatkan dari memalak Wataru,” Kata Rokuko.
“Jangan menyebutnya seperti itulah. Kita mendapatkan uang ini dengan adil,” Balasku. Memang benar bahwa sebagian besar uang tunai kami datang langsung dari dompet Wataru, tetapi sebagian juga dari ekspor beras ke ibukota kekaisaran. Sedemikian rupa sehingga jika bukan karena mantra Ruang-Waktu {Wallet}, kami perlu membangun seluruh ruangan untuk menyimpan semuanya.
“Ngomong-ngomong, apakah Wataru masih belum selesai membayar hutangnya?” Tanya Rokuko.
“...Utangnya naik karena bunga dan Neruneh meminta tambahan.” Aku telah berjanji pada saat itu untuk tidak menagih bunganya atas hutang tipu-tipu yang kubebankan pada Wataru, tetapi ketika aku melihat Neruneh mendorong kontrak ke tangannya dan berkata, “Tapi aku tidak pernah mengatakan aku tidak akan menagihmu dengan bunga” Kupikir dia terlihat kurang seperti Apprentice Witch dan lebih seperti iblis. Meskipun mungkin witches dikaitkan dengan tindakan jahat.
“Aku terkesan dia mau repot-repot untuk membayarnya,” Kata Rokuko.
“Anggap saja itu hadiah pertunangannya begitu dia akhirnya berhasil merayu Neruneh,” Kataku.
Tapi tunggu... Bukankah itu biasanya sesuatu yang dibayar pengantin pria atau apa?
Eh, Jangan hiraukan.
***
Akan lebih baik untuk mengirim kabar kepada Haku tentang rencana kami, karena ini pada kenyataannya adalah pekerjaan yang kami lakukan untuknya. Jadi, aku pergi untuk berbicara dengan Dolce, yang saat ini sedang dalam tugas berjaga di Goren. Dia sedang bersantai di ruang bawah tanah di bawah Gereja Beddhist, jadi aku pergi kesana.
“Jadi, ya. Atas saran Toi, kami menggunakan fungsi merasuki untuk menyusup ke Kerajaan Suci,” Kataku menyimpulkan.
“Begitu… Skill {Possession} akan membutuhkan lebih banyak mana dan teknik semakin jauh targetnya, tetapi fungsi merasuki dari dungeon adalah cara yang cukup mudah bahkan jika kau bermaksud masuk ke Kerajaan Suci dan melakukan perjalanan jauh ke Wakoku. Aku yakin itu ide yang bagus, Keima,” Kata Dolce, melayang dan mengambil sesuatu dari udara untuk dikunyah seperti camilan. Itu mungkin adalah roh-roh jahat yang tampaknya sedang menumpuk di sini. Dan juga, begitu saja, dia menjawab salah satu hal yang telah aku rencanakan untuk diuji.
“Skill {Possession} lebih sulit digunakan pada jarak jauh?” Tanyaku.
“Kau bisa menganggapnya seperti mencoba mengenai target yang lebih jauh dengan panah,” Jawabnya dengan santai. Itu adalah analogi yang sangat mudah dipahami. Apakah Toi telah menyarankan metode itu? Untuk mempermalukan.
“Kau pasti tahu banyak tentang merasuki, ya?”
“Nah, sesuai dugaaanmu kalau kami memang sering menggunakannya... Secara khusus, aku adalah pemimpin mata-mata kekaisaran, dan kau bisa menyebut Hantu sebagai ahli dalam merasuki. Aku juga jauh lebih tua darimu, jadi wajar saja jika aku akan memiliki lebih banyak informasi.”
“...Oke, apakah kau tahu tindakan pencegahan, katakanlah, monster yang dimaksud pingsan saat dirasuki?”
“Heh, pertanyaan pemula yang paling mungkin. Gunakan saja seekor burung... Maksudku, jika Kau menyuruh mereka merasuki seekor burung sebelum kau merasukinya, mereka akan tetap sadar di dalam burung itu. Terbang membuat mereka menjadi pengintai udara yang sempurna juga. Butuh beberapa waktu untuk belajar terbang, tetapi aku merekomendasikannya. Kau harus mengajari mereka {Telepati} juga, saat kau melakukannya.”
“Wow.”
Dan begitu saja, salah satu masalah besar yang aku khawatirkan telah terpecahkan. Yang harus kami lakukan adalah mengirim mereka keluar sebelum kami mengambil alih. Yang benar-benar menakutkan adalah kebijaksanaan orang dahulu.
“Haruskah kita menggunakan {Possession} untuk ini?”
“Itu mulai tidak stabil jika kau berada di luar wilayah dungeon; maksudku itu hanya berfungsi dengan baik jika pemiliknya ada di dalam dungeon. Kau akan lebih baik hanya meminta mereka mempelajari {Possess}. Sekutu tidak akan bisa menolak untuk dirasuki sejak awal, jadi. ”
Sebaliknya, musuh akan melawan, jadi itu adalah praktik standar untuk terlebih dahulu menghancurkan pikiran mereka dengan siksaan dan obat-obatan terlebih dahulu. Ya Tuhan!
“Serta, kau perlu meminimalkan berapa banyak waktu yang kau habiskan untuk menonton monster melalui monitormu begitu mereka pergi. Ini menghabiskan jumlah DP yang mengejutkan,” Kata Dolce.
“Tunggu, itu menggunakan DP?”
“Ya. Ini akan menguras banyak setelah mereka cukup jauh dari Dungeon, jadi berhati-hatilah. Pertukaran informasi umumnya harus bisa dilakukan di mana pun dirimu merasukinya.”
Sepertinya pernah ada kejadian dimana dia tidak sengaja menguras semua DP yang diberikan padanya dan berakhir dengan air mata. Aku tidak tahu itu jika tidak disebutkannya.
“...Terima kasih atas semua bantuannya, Dolce.”
“Tidak masalah. Ini adalah pekerjaan dari Haku, masuk akal jika aku akan membantu.”
Oh, ya. Karena kami sedang melakukan pekerjaan untuk Haku sekarang, kami mungkin juga menjadi rekan kerja Dolce. Meskipun aku tidak akan menyebut diriku yang kelima dari Empat Raja Surgawi.
“Apakah menurutmu musuh kita akan waspada terhadap orang yang dirasuki?” Tanyaku.
“Mereka mungkin akan waspada terhadap mata-mata yang mereka kirim setelah pikiran mereka dihapus dan kemudian dikirim kembali saat dirasuki, tetapi secara umum tidak ada gunanya mencoba berhati-hati atas orang yang dirasuki, jadi tidak. Mereka tidak akan memiliki banyak pertahanan anti-kerasukan.”
“O-Oh, oke.”
Faktanya adalah, orang luar yang dikirim untuk menjadi mata-mata akan tetap dianggap mata-mata terlepas dari apakah mereka sedang dalam proses dirasuki atau tidak. Metode yang paling efektif hanya cukup mencari mata-mata sejak awal.
“Serta, aku akan mengirim kabar agar Narikin dianugerahi gelar baron. Rakyat biasa dan bangsawan diperlakukan sangat berbeda di Kerajaan Suci. Kami bisa menganggapnya sebagi adik laki-lakimu, dengan kau menghibahkan padanya sebagian dari gelar kebangsawanan-mu. Akankah Narikin Goren pantas sebagai namanya?”
“Oh, ya. Terima kasih.”
“Rokuko akan menemanimu, bukan? Seharusnya tidak mengejutkan bahwa aku akan menawarkan bantuanku.”
Cerita latar belakang Narikin baru saja menjadi “baron” ditempelkan ke “rekan Haku” dan “penyihir yang ahli dalam sihir konstruksi”. Baron Narikin... Nah, baiklah, itu nama yang sangat buruk. Bagaimana bisa Narikin menjadi seperti hal yang ada dalam shogi di mana sebuah bidak ditingkatkan menjadi bidak yang lebih kuat, yang seiring waktu menjadi referensi bagi orang-orang yang dicurigai dan tiba-tiba menjadi kaya; hal baron ini hanya mengubah namanya menjadi permainan kata-kata yang mengerikan. Kurasa akulah yang memintanya ketika aku memilih untuk menamainya itu.
“Jangan ragu untuk bertanya jika kau membutuhkan bantuan dengan hal lain,” Kata Dolce.
“Tunggu, benarkah?”
“Tentu saja. Aku bahkan dapat mengatur hingga seribu emas untukmu, atas nama biaya bisnis.”
Mm, ini agak terlalu nyaman. Dia pada dasarnya melemparkan dirinya ke arahku dan mencoba melakukan segala kemungkinan yang dia bisa. Maksudku, Memang sih Haku-lah yang memberikan pekerjaan ini pada kami, jadi bukan tidak mungkin dia akan membantu, tapi sampai sekarang dia selalu menghindari pekerjaan dan menjelaskan bahwa semua ini hanya dipaksakan padanya.
Ada yang mencurigakan di sini...
“Yang bisa aku katakan adalah, pekerjaan ini memang sangat sulit,” Kata Dolce. “Kami juga telah menyelidikinya, jadi pastikan untuk memberi tahu kami jika kau mempelajari sesuatu... Jangan mencoba menyimpan semua prestisenya untuk dirimu sendiri, oke?”
“Okaaay, aku mengerti sekarang. Ya, ya, tentu saja. Aku bahkan tak keberatan jika kau-lah yang mengambil prestisenya.”
Apa, sesederhana fakta dia tahu pekerjaan itu sulit? Semuanya masuk akal sekarang.
“Oh, ngomong-ngomong,” Kata Dolce, mengeluarkan sebuah kerah. Itu adalah kerah budak, seperti yang dikenakan Niku dan Ichika. “Kau akan membawa anjing itu bersamamu ke Kerajaan Suci, kan? Dia tidak akan terlalu menonjol sebagai budak, jadi terimalah dan kenakan ini padanya. Sebenarnya, Haku memberiku ini khusus untuk diberikan kepada si anjing, tapi aku lupa. Jangan mengeluh padaku, oke? Tee hee.”
Itu sepertinya hal yang seharusnya tidak dilupakan begitu saja, tapi bagaimanapun juga aku menerima hadiahnya. Jika bukan karena ini aku akan benar-benar melupakan kerah dan membawa Toi secara normal... Harus memakaikan ini padanya, secepatnya.
***
Kami selesai mempersiapkan perjalanan Narikin, Rokufa, dan Toi, dan sudah waktunya bagi mereka untuk meninggalkan Goren dengan sangkar burung berisi dua burung (Tran dan Ceiver). Mereka adalah burung hitam dengan sayap putih, seperti long-tailed tits, dan sementara mereka benar-benar patuh karena lahir dari dungeon, sangkar hanya ada untuk tujuan penyamaran.
Kebetulan, Toi mengenakan kerah yang kuberikan padanya. Meskipun itu tidak akan benar-benar mengendalikannya. Dia berkata, “Oh, aku akan memakainya, tapi jangan berharap itu akan berhasil,” kemudian melanjutkannya dengan mengatakan, “Aku akan mendemonstrasikan jika kau memerintahkan diriku untuk tidak berbohong—Bagus. Kemudian, jika kau memberiku izin. Kau benar-benar gadis yang menggemaskan, Keima,” untuk menunjukkan bahwa kalung itu tidak akan bereaksi. Tampaknya kalung budak bekerja dengan merasakan niat seseorang, dan dengan Detachment gaya Demon King.
Yang mengingatkanku, bukankah Niku belajar menggunakan Detachment juga? Dia bisa memulai pemberontakan melawanku kapan saja dia mau... Oh tidak! Pokoknya.
Untuk membuat alibiku sendiri dan membuktikan Narikin adalah orang yang berbeda, aku mengantarkan party itu sampai ke Terowongan Gunung Tsia.
“Baiklah, Narikin. Nasib pekerjaan ini ada di tanganmu,” Kataku dengan sungguh-sungguh, memberinya Golem jam. Itu hanya agar dia bisa mengetahui waktu secara umum, dan selebihnya hanya agar dia bisa memberikan laporan rutin.
...Serta, meskipun kami benar-benar memiliki proporsi tubuh yang sama, dia terlihat lebih tinggi dariku karena dia mengenakan jubah di atas armornya. Aku terlihat seperti adik laki-lakinya ketika kami berdiri bersebelahan.
“Dipahami. Kami akan pergi,” Jawab Narikin.
“Master, Rokuko. Kami akan menunggu jam delapan malam ini,” Kata Rokufa.
“Selamat tinggal, Tuan Keima,” Kata Toi. “Sampai kita bertemu lagi. Anda bisa mungkin menantikan laporan kesuksesan saya.”
Maka, kelompok Narikin pergi untuk misi pencarian dan penghancuran di Kerajaan Suci.
...Namun! Aku sama sekali tidak ada kerjaan sampai mereka semua mencapai Kerajaan Suci! Maksudku, itu masuk akal, mengingat inti dari kami memanggil mereka adalah agar mereka bisa melakukan ini untuk kami, tapi pada dasarnya, ini berarti aku punya waktu luang... Aku... punya... waktu luang...?
Ehem! Saatnya untuk segera tidur! Sekarang karena Toi berada di luar kota, aku tidak perlu khawatir lagi, jadi ya! Saatnya bermalas-malasan!
Tapi saat aku berdiri di sana gemetar karena kegembiraan, seseorang mendekatiku—itu adalah Wozma, wakil walikota Goren. Tapi kenapa?
“Siapa yang bersamamu, Walikota? Dia sangat mirip denganmu.”
“Hm? Oh. Itu Narikin, kerabatku. Aku memintanya untuk melakukan sedikit pekerjaan untukku.”
“Ah, keluargamu... Itu akan menjelaskan kemiripannya. Apakah dia adikmu, mungkin?”
“Wah, pengamatanmu bagus juga.”
Kami mengobrol dalam perjalanan kembali ke kediaman walikota. Padahal... Aku tidak begitu tahu kenapa Wozma mengikutiku. Kami masuk ke dalam, dan pada saat itu aku ingat dia benar-benar bekerja hari ini. Aku berharap dia beruntung, dan menuju kamarku, hanya untuk dia meraih bahuku dengan kuat.
“Walikota? Itu bukan jalan menuju kantormu.”
“...Aku berencana untuk memulai tidur siang yang baik.”
“Ahaha, tapi begitu banyak pekerjaan menumpuk saat kau pergi begitu lama,” Kata Wozma dengan senyum yang tidak mencapai matanya.
“Whoa, tunggu dulu, apa maksudnya pekerjaan menumpuk? Aku menyuruhmu untuk menangani semuanya, bukan?”
“Tentu saja aku melakukan semua yang kubisa, tetapi ada banyak hal yang terjadi di sini yang membutuhkan dirimu secara khusus. Ada negosiasi dengan Dragg, masalah archduke Tsia, dan seterusnya yang telah menunggu kepulanganmu.”
“Kau hanya bercanda, kan...?”
“Nah, tentu saja tidak. Kau memiliki segunung pekerjaan, dan aku diberitahu bahwa gereja Beddhist ingin berbicara denganmu juga.”
Oh tidak... Tidak punya pilihan lain, aku pergi ke kantor bersama Wozma.
TL: Gori-Chan EDITOR: Drago Isekai | ||
<<-PREV | TOC | NEXT->> |