Widget HTML #1

Lazy Dungeon Master Light Novel Bahasa Indonesia Vol 16 : Chapter 1 - Part 2

Lazy Dungeon Master Light Novel Bahasa Indonesia Volume 16 : Chapter 1 - Part 2

Font Size : | |

Aku entah bagaimana berhasil menyelesaikan pekerjaanku (untuk hari itu) dan kembali ke kamarku, di mana aku menemukan Rokuko sedang menungguku.

“Kau benar-benar butuh waktu lama, Keima.”

“Oh, hei. Apa yang kau lakukan di sini? Apakah kita memiliki sesuatu yang direncanakan?”

“Tidak, tapi aku sedang menunggu karena ada sesuatu yang ingin kulakukan,” Kata Rokuko, mengendus-endus dengan bangga.

Tapi aku ingin tidur... Aku baru selesai kerja keras...

“Aku mendengar ini dari Rei, tapi rupanya info tentang dungeon menyebar lebih cepat sekarang. Mereka juga harus mulai lebih sering menyetok Golem Blades. Dia datang kepadaku menanyakan apakah kami bisa mengubah keadaan sedikit.”

“Oh ya, aku ingat sebuah dokumen yang mengatakan itu,” Kataku. Itu adalah permintaan untuk memperluas kota, menyatakan bahwa dungeon itu memproduksi lebih banyak Pedang Magis, dan bahwa kami dapat memprediksi masuknya petualang dan mereka yang ingin tinggal di sini yang akan sulit untuk diatur jika tidak diantisipasi. Aku hanya  menyetujuinya begitu saja karena aku tidak melihat ada masalah dengan perluasan tempat tinggalku—semoga itu bukan kesalahan.

“Aku tidak benar-benar merasa menyukai itu. Tidak bisakah kita menjaga hal-hal seperti apa adanya?”

“Eh, Keima? Apakah kau baru saja mengatakan dirimu tidak benar-benar menyukainya, seperti kau tidak peduli? Ini adalah tubuhku yang sedang kita bicarakan... Apakah kau mengatakan bahwa kau tidak keberatan orang lain menaklukkannya?”

“Oh, er, benar, kutarik kembali kata-kataku. Mari kita atur beberapa hal dan perlambat alirannya…”

“Begitulah Keima-ku!” Kata Rokuko dengan senyum berseri-seri. Tampaknya Rokuko tidak khawatir tentang aliran pedang magis, tetapi bagaimana penaklukan dungeonnya dipertimbangkan. Dan tentu saja aku sendiri merasa tidak enak mendengar bahwa tubuh Rokuko sedang ditaklukkan.

“Jadi, kurasa kita harus membangun tempat kencan!” Katanya melanjutkan.

Aku pun berkedip-kedip.

“Kurasa kita harus membangun tempat kencan.”

“Aku sudah mendengarkan kata-katamu sejak awal. Itu ide dari mana...? Tidak, jangan jawab. Aku bisa menebaknya. Saat menghabiskan waktu di Daide, Kau berpikir tentang bagaimana jika kita memiliki tempat kencan seperti itu, kita bisa berkencan kapan pun kita mau, dan juga bahwa kau akan membuat diriku bertekuk lutut melihat betapa menariknya tubuhmu, atau sesuatu, kan?”

“Wah, Keima. Tebakanmu tepat sekali.”

“Kamu sudah cukup sering mengatakan itu sebelumnya, jadi ya. Kupikir dia akan menyerah, tapi ternyata tidak.

“Serta, dengan tempat-tempat seperti itu lebih banyak orang akan menikah dan pindah ke sini, yang berarti lebih banyak DP untuk kami. Dan lebih lagi ketika bayi mereka lahir. Lihat? Ini penting untuk dungeon; itu tidak lain hanyalah hal-hal positif,” Kata Rokuko.

“Itu logika yang cukup aneh, tapi baiklah. Aku akan ikut bermain.”

Aku berbaring di tempat tidur, memutuskan untuk mendengarkan sambil beristirahat setelah semua pekerjaan itu.

“Serta, gimana ya... Aku hanya ingin membuat tempat yang indah!”

“Tempat yang indah, ya? Seperti bukit dengan pemandangan langit malam yang bagus.”

“Benar, benar. Seperti bukit tempat kita berciuman,” Kata Rokuko, yang mengingatkanku pada ciuman itu dan membuat pipiku panas. Melihat lebih dekat mengungkapkan pipinya juga memerah.

“...Keima, pipimu memerah, apa kau menyadarinya?”

“Kamu juga menyadari hal itu, kan.”

Kami berdua berada dalam kesulitan yang sama, jadi kami dengan hormat memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut.

“Ngomong-ngomong, langit malam tidak akan mudah dibuat di dalam dungeon. Lagipula, semuanya di dalam ruangan.”

“Itu hanya sebuah contoh; itu bisa menjadi sesuatu yang lain. Yang penting adalah memiliki suasana hati yang tepat.” Kata Rokuko

“Benar... Tapi itu terasa tidak cukup cocok didalam pikiranku. “Kurasa yang penting adalah kau ingin berciuman ditempat seperti apa?”

“Aku akan mengatakan ini lebih tentang tempat seperti apa yang benar-benar akan membuat dirimu melakukannya. Aku selalu siap, tahu.”

“...Apakah kau mengatakan itu dengan harapan aku akan melakukan sesuatu?”

“Cium saja aku. Mm.” Rokuko merentangkan kedua tangannya lebar-lebar untuk menyambutku ke dalam pelukannya yang penuh kasih.

Apakah kau benar-benar berpikir aku bisa melakukan itu ?! Setelah petunjuk yang sangat aneh ini?!

“...Lihatkan, aku tahu apa yang kau pikirkan sekarang. Aku ingin sesuatu untuk memberimu dorongan terakhir itu. Sudah beres, kita butuh tempat di dalam dungeon yang tidak bisa dilihat Dolce. Hm... Mungkin aku harus pergi ke ruangan dengan dinding yang bergerak mendekat untuk benar-benar menyatukan kita?”

“Dorongan terakhir seharusnya bersifat metaforis. Apakah kau ingin membuat Sandwich Keima?”

Meskipun demikian, aku mengerti apa yang Rokuko maksud. Singkatnya, dia menginginkan tempat yang syahdu di mana kami bisa berduaan yang akan memotivasi diriku untuk menciumnya. Eeeh... Mungkin planetarium? Nah, kami tidak perlu pergi ke dungeon untuk itu; Goren adalah kota pedesaan dan bintang-bintangnya indah di malam hari.

“Serta, tidakkah menurutmu suasana hati akan membaik dengan beberapa jebakan maut di sekitar? Kupikir itu akan disebut efek jembatan gantung.”

“Aku akan lebih fokus pada bertahan hidup daripada berciuman... Meskipun, yah, menggunakan beberapa jebakan untuk mencegah petualang dan menjaga tempat agar tetap cantik mungkin bisa menjadi pilihan.”

“Benar, benar, itulah yang aku bicarakan!” Seru Rokuko, memukul punggungku sambil menyeringai. Baiklah, baiklah, aku akan memikirkannya.

Namun, untuk berjaga-jaga saja, aku akan memenuhi tujuan yang sebenarnya penting juga. (Itu untuk mengurangi aliran Pedang Magis.)

 

***

“Keimaa. Sudah hampir jam delapan,” Terdengar panggilan.

“Whoa, begitu-kah. Aku tidak percaya jika sudah selarut ini.”

Itu berakhir pada waktu untuk laporan harian sementara aku mengutak-atik berbagai hal. Itu tidak masalah. Aku akan meluangkan waktuku dengan konstruksi ini. Itu bukan sesuatu yang mendesak sejak awal.

Hari ini kami berdua mendapatkan laporan, dan memeriksa ulang proses merasuki Narikin dan Rokufa. Rokuko dan aku pindah ke ruang Master yang aman, lalu menghubungi kelompok Narikin.

Kedua monster itu tidak ada di peta kami. Biasanya itu berarti mereka berada di luar jangkauan kami, tetapi karena mereka memiliki nama, kami dapat menghubungi dan merasuki mereka melalui daftar Bernama.

Pertama-tama aku menampilkan penglihatan Narikin di monitor. Sepertinya mereka berada di kamar penginapan. Rokufa dan Toi juga ada di sana. Butuh beberapa detik untuk menyadarinya, tapi dia sebenarnya sedang melihat jam saku yang kuberikan padanya, dan mungkin menungguku untuk menghubunginya kapan saja. Aku pun segera melakukan hal itu.

“Tes, tes, kami akan melakukan proses merasuki tiga puluh detik dari sekarang. Mengangguklah jika kalian mengerti, dan bersiaplah seperti yang sudah didiskusikan,” Kataku. Penglihatan Narikin terangkat saat dia mengangguk. Dia kemudian dengan cepat naik ke tempat tidur dan menutup matanya.

Tiga puluh detik kemudian, Rokuko dan aku melakukan proses merasuki, sambil juga beristirahat di futon di dalam Ruang Master.

Beberapa saat berikutnya aku membuka mata, aku berada di ruangan asing yang diterangi oleh lampu yang berbau amis. Narikin berada di ranjang yang keras, jadi aku bisa menebak kami berada di penginapan Pavella. Di sampingku ada Rokufa, duduk di kursi di samping tempat tidur. Dia berkedip-kedip cepat.

“Whoa. Sepertinya berhasil,” Kataku.

“Hoore, Ke... ahem, Narikin,” Kata Rokuko, setelah berhasil merasuki Rokufa juga. Dia pada dasarnya hanya Rokuko dengan rambut biru di bagian luar, jadi ketika dia adalah Rokuko di dalam, juga adil untuk mengatakan bahwa dia benar-benar Rokuko. Dengan dua pengecualian besar.

“Selamat datang, tuanku dan nyonya. Saya senang melihat proses merasuki itu sukses,” Kata Toi, mengenakan seragam pelayan dan senyum mencurigakan saat dia berdiri di dekat pintu.

“Toi. Ada apa dengan pakaiannya?” Tanyaku. Pakaian pelayan Toi adalah satu lagi yang umum terlihat di dunia ini, pakaian sederhana dengan sedikit embel-embel atau hiasan. Namun, ketika dia pergi, dia mengenakan perlengkapan perjalanan yang sederhana.

“Saya membeli ini di Pavella. Lebih nyaman bagi saya untuk melayani sebagai pengawal dan pelayan. Aku bisa berganti pakaian jika ini membuatmu tidak senang.”

“Tidak, tidak apa-apa... kecuali jika itu menonjol. Serta, mengapa kamu memanggil kami 'tuan' dan 'nyonya' seperti itu?”

“Saya telah memilih untuk tidak menggunakan nama Anda sehingga saya tidak salah mengira mereka. Dan bukankah ceritanya mereka sudah menikah? Dalam hal ini, masuk akal jika sebagai pelayan aku akan memanggil anda seperti itu.”

“Begitu ya, ada benarnya juga,” Jawabku. Itu berarti lebih sedikit insiden seperti dia memanggilku Tuan Narikin dan aku tidak menanggapi, tentu akan mencurigakan.

“Tuan dan Nyonya… Ahaha, aku istrinya. Ya, begitu juga boleh, Toi. Kau juga akan setujukan, Keima? Ups. Aku seharusnya tidak memanggilmu dengan namamu, kan. Mm... Sebagai istrimu, tidak salah jika aku memanggilmu 'ayang' atau ‘sayang’, kan?” Tanya Rokufa (Rokuko) dengan memiringkan kepalanya.

“Eh, kurasa...?”

“Aku tahu kau akan mengerti, sayang. Dalam hal ini, nah, ahem, aku akan memanggilmu sayang saat dalam misi ini. Kau akan memanggilku apa?” Tanya Rokufa (Rokuko) sambil tersenyum. Itu adalah seringai yang memperjelas bahwa itu adalah Rokuko di dalam, berambut biru atau tidak.

Hal ini lagi.”

Kau ingin aku memanggilmu istriku, ya? Huh Baiklah kalau begitu, kau sendiri yang memintaku—

Pikiranku terganggu oleh Toi yang menepuk pundakku. “Kebetulan, Tuanku... Tuan Narikin memanggil Nyonya Rokufa sebagai ‘istriku tercinta’ ketika berbicara dengan penduduk setempat.”

“Itu pasti bohong! Semacam lelucon-kah!”

“(Tidak, aku memang melakukannya. Apakah ada masalah dengan itu?) terdengar suara di kepalaku. Itu adalah telepati. Aku melihat ke meja dan melihat burung di dalam sangkar burung... Tran (Narikin) melihat ke arahku.

“Aah, Narikin. Benar, Kulihat proses merasukimu berhasil juga. ”

“(Memang. Saya di sini bersama istriku tercinta,)” Katanya, yang menginspirasi Ceiver (Rokufa) untuk mengepakkan sayap di sekitar Tran (Narikin) dan memeluknya erat-erat. Apa, jadi selama ini kalian sepasang kekasih?

“Eh, biar kutebak... Rokuko menyuruhmu bicara seperti itu?”

“Ya. Rokuko dengan baik hati mendidik kami.”

Aku melihat ke Rokufa (Rokuko). Dia memberiku seringai puas.

“Eheheh… Sekarang, saaayang? Kamu tahukan harus memanggilku apa...?”

“Ini semua adalah bagian dari rencana jahatmu?! Apa yang kau ajarkan pada monster dungeon muda dan murni ini?!

Kami terganggu oleh desahan berat. Itu terdengar seperti balon yang kempis.

“Tuanku, nyonyaku. Anda boleh saling merayu sesuka anda, tapi tolong jangan lakukan itu sepanjang hari.”

“Eh, benar. Ngomong-ngomong... Mulai sekarang, kita juga akan melakukan proses merasuki seperti ini. Pertahankan pekerjaan baik kalian.”

“Dipahami.” Toi dan burung-burung itu mengangguk.

“Nah, sayangku. Coba katakan kata itu. Istriku tercinta!”

“Bisakah kita setidaknya menyingkirkan bagian ‘tercinta’? Sejujurnya, kau tahulah, itu agak memalukan...”

“Baik, tapi kamu berutang budi padaku.”

Kenapa aku berhutang budi pada Rokuko untuk ini... Kenapa...

Setelah itu, kami melakukan beberapa pemeriksaan yang lebih rinci dan kemudian mengakhiri proses merasuki.

“Melakukan perjalanan dengan tubuh orang lain ternyata sangat menyenangkan,” Kata Rokuko, meregangkan tubuhnya di atas futon di Ruang Master. Peri yang kami panggil untuk mengelola dungeon, salinan terpisah Elka, membawakan kami segelas air, yang aku teguk sekaligus. Fiuh.

“Kau tahu, kita harus membuat beberapa ruang di Ruang Master hanya untuk futon... Mungkin memasang beberapa layar lipat. Agak terlalu luas di sini bagi diriku untuk benar-benar bersantai,” Kataku.

“Oh, kurasa kita bisa, karena kita hanya akan tidur di sini untuk proses merasuki? Atau bagaimana kalau kita membuat ruangan yang hanya kau dan aku yang bisa masuk? Tunggu... Ah!” Mata Rokuko tiba-tiba melebar. Sepertinya kata-katanya sendiri telah membuatnya menyadari sesuatu yang penting. “Keima! Nah itu tuh, di sinilah Haku tidak bisa melihat kita apa pun yang terjadi! Maksudku, itu ada di dalam diriku, jadi Dolce dan yang lainnya tidak bisa memata-matai kita seperti yang kau khawatirkan!”

“Eh, eh, yah, Kurasa…. itu benar?"

“Selain itu, jika kita memberi tahu mereka bahwa kita di sini sehingga kita dapat melakukan proses merasuki dengan aman, kita bahkan dapat memiliki alibi untuk bersembunyi di sini! Faktanya, pada saat ini, kita sendirian bersama di tempat di mana Haku benar-benar tidak bisa melihat kita! Apa pendapatmu tentang itu, Keima?!” Seru Rokuko, menembak dari dekat ke arahku sehingga wajahnya tepat di depan wajahku.

“...Itu benar?”

“Iya kan! Dan apa, jika kau khawatir tentang Elka atau siapa pun yang melihat, kita bisa melangkah melewati layar lipat dan membuat ruangan kecil. Kita tidak harus pergi ke Demon Realm atau Daide untuk menyendiri, seperti, tidak sama sekali!” Dan dengan begitu saja. Rokuko menyeringai bangga.

“Nah, tentang itu, Rokuko.”

“Apa?”          

“Dolce dan yang lainnya tidak perlu masuk ke dalam untuk mengetahui apa yang terjadi. Jika kau menyeringai seperti itu, mereka akan mengetahuinya dalam sekejap,” Kataku, yang membuat Rokuko menutup mulutnya.

Dolce dan yang lainnya tidak kompeten. Sebaliknya, mereka terlalu kompeten. Jika kami mencoba untuk menyembunyikan dan mesra-mesraan secara rahasia, mereka akan dapat mengetahuinya hanya dari suasana hati kami.

“A-aku akan mencoba menahan diri.”

“Kurasa aku sendiri tidak akan bisa melakukannya, jadi aku tidak akan mencobanya. Jelas sekali mereka akan menginterogasiku sepanjang hari sampai aku nggak tahan lagi. Jadi paling tidak, kita harus menunggu sampai kita tidak perlu merasa waspada terhadap Haku, dan kita bisa mengusir mata-matanya.”

“Tunggu, k-kaulah yang tidak akan bisa menyembunyikannya? Kurasa mau bagaimana lagi, kalau begitu... Ehehe.” Rokuko menyeringai lebar.

Dari sana, kami kembali ke penginapan, dan Dolce segera muncul dan memberi kami tatapan datar yang mematikan, menanyakan apakah telah terjadi sesuatu di antara kami. (Matanya bersinar merah, jadi dia mungkin bertanya dengan skill pendeteksi kebohongan.) Sepertinya dia penasaran kenapa Rokuko terlihat sangat bahagia.

...Yeaaah. Aku mengistirahatkan badanku, Rokuko.

 

***

Pokoknya, sementara kelompok Narikin sedang dalam perjalanan ke Kerajaan Suci, aku memutuskan untuk memodifikasi dungeon. Jika aku ingin menata aliran Pedang Magis, aku bisa saja meletakkan pedang normal di ruangan itu alih-alih Pedang Magis, tetapi Rokuko kurang peduli tentang itu dan lebih peduli tentang seberapa jauh penaklukan telah berkembang. Tampaknya dungeon memiliki dorongan instingtual untuk mencegah kemajuan yang dibuat penjajah untuk menaklukkannya, bahkan jika mereka memiliki zona aman yang terkubur jauh di dalam diri mereka yang sama sekali tidak tersentuh.

Dia benar-benar menjadi semakin sombong sejak aku pertama kali bertemu dengannya sebagai dungeon bayi dengan satu lorong dan satu ruangan, ya? Bukan karena aku keberatan. Terasa seperti dia akhirnya dewasa dan belajar sedikit rasa malu.

Jadi, aku tidak memiliki batasan waktu untuk rekonstruksi atau tenggat waktu apa pun. Aku bisa melakukannya sepelan yang aku mau, tanpa harus membuat Rokuko merasa terganggu. Aku ingin berjalan lambat di sini, karena aku tidak ingin membuat begitu banyak perubahan mendadak sehingga orang-orang mulai menyebutnya sebagai Pergeseran Paradigma.

Aku pun bersantai di tempat tidur di Ruang Master, mencoba memikirkan beberapa ide untuk tempat kencan yang bagus, ketika tiba-tiba {Storage}ku terbuka sendiri dan Soto menjulurkan kepalanya.

“Papaaaa! Toi dan yang lainnya sudah pergi?!”

Dungeon {Storage} Soto tetap terhubung bahkan di dalam Ruang Master. Itu masuk akal mengingat aku sendiri adalah sumber Dungeon, tapi tetap saja, aku ingin putriku menghormati privasiku.

“Kenapa kamu membiarkan mereka pergi?!”

“Gimana ya, ya karena mereka sudah siap.”

“Sangat kejam! Niku dan Toi belum memberiku kaus kaki kembar mereka!”

“Aku tahu bahwa kamu telah menarik kaus kaki pelayan mereka yang serasi ke dalam dungeonmu.”

“Itu dari set pelayan, bukan itu yang aku bicarakan di sini! Astaga! Bagaimana bisa kamu bahkan tidak tahu itu, papa?!” Teriak Soto, marah karena alasan yang membingungkan. “Dengar ya, Papa. Set kembar bukanlah seragam mereka, itu pakaian kasual mereka! Singkatnya, kau bisa menyebutnya apa yang mereka kenakan saat kewaspadaan mereka turun, dan mereka lebih menjadi diri mereka yang sebenarnya. Selain itu, mereka mengenakan kaus kaki yang serasi sebagai saudara kembar! Puncak dari ikatan yang erat! Kaus kaki mereka tidak hanya dua kali lebih baik dari biasanya, tetapi dua kali lebih baik, jadi empat kali lebih baik!”

Sepertinya Soto lebih terobsesi dengan pakaian daripada aku. Mungkin itu pengaruh Rokuko.

“Pada titik ini, satu-satunya pilihanku adalah menerobos masuk ke {Storage} mereka dan mengambil sendiri kaus kaki musky mereka yang sudah usang! Aku ingin makan kaus kaki yang penuh lubang!”

“Tidak mungkin, jadi itu rahasianya bahwa kau dapat terhubung ke {Storages} lainnya, iya kan?”

“Grrr!”

Aku mengelus kepala Soto untuk menenangkannya. Rambut hitamnya yang halus benar-benar terasa menyenangkan. “Omong-omong. Rokuko ingin aku membuat tempat kencan yang menakjubkan di Dungeon. Kamu ada ide?” Tanyaku, berharap bisa mengalihkan perhatiannya dari amarahnya yang masih membara.

“Tempat kencan yang menakjubkan? Seperti... toko kaus kaki, mungkin? Kupikir akan luar biasa memiliki tempat di mana aku bisa makan kaus kaki bekas sebanyak yang kumau.”

“Itu akan sangat luar biasa, tetapi cobalah untuk merahasiakan hal semacam itu  karena itu sangat tidak normal,” Jawabku. Orang normal jelas tidak makan kaus kaki.

“Bagaimana dengan sesuatu yang lebih normal, seperti museum seni yang hanya memamerkan kaus kaki?”

“Tidak biasa juga. Meskipun aku mungkin bakal merasa tertarik.”

Oke, sepertinya aku harus mengajari putriku apa arti “normal”.

“Tentu saja, tempat apa pun akan cocok selama kamu dan mama bisa bersama.”

“Aku merasa Rokuko akan mengatakan hal yang sama, tapi…” Aku pun terdiam. Agak sulit untuk memberi tahu putriku bahwa Rokuko telah meminta tempat romantis untuk memberiku dorongan karena aku terlalu perawan untuk melakukannya sendiri.

“Kalau begitu, kau harus bertanya pada yang lain! Aku akan pergi melakukan itu!”

“Eh, eh, apa?”

Sebelum aku bisa mengatakan apa-apa, Soto sudah kembali di {Storage}. Putriku memiliki mobilitas yang sangat tinggi.

Aku tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini...

 

***

“Perhatian, mohon perhatiannya. Sekarang kita akan mulai... kompetisi Dungeon!” Kata Rei menyatakan di Ruang Master pada malam hari, setelah semua orang menyelesaikan pekerjaan mereka di penginapan. Di sampingnya ada papan tulis, dengan kata-kata “Kompetisi Dungeon” tertulis di atasnya dengan spidol.

Yang berkumpul adalah Kinue, Neruneh, Ichika, Niku, Soto, Elka, dan bahkan Silkies. Bisa dibilang semua orang ada di sini selain Rokuko.

“Mengapa ini terjadi?” Teriakku dengan penasaran.

“Anda ingin mengumpulkan masukan tentang memodifikasi Dungeon untuk Rokuko, Master, jadi kami memilih untuk mengerahkan segalanya untuk membantu Anda,” Kata Rei. Rokuko tidak ada di sini karena khawatir akan spoiler; tidak akan menyenangkan jika dia tahu apa yang kami buat sebelumnya. Sebaliknya, aku akan membawanya ke sana setelah itu siap.

“Kami semua memiliki ide yang sangat kami yakini!” Kata Rei menyatakan. “Pasti beberapa di antara ide-ide itu akan menyenangkan Anda, Master. Nah. Ahem... Untuk mempersingkat waktu kita, jadi mari kita mulai dengan Instruktur Ichika dan Kinue.”

Ichika dan Kinue adalah orang yang paling diandalkan, sepertinya. Mereka melangkah maju untuk berdiri di dekat papan tulis.

“Baiklah teman-teman, aku akan mulai terlebih dulu. Tes, tes, satu dua tiga. 'Okey, menurutku, ada satu hal yang kurang dari dungeon ini. Dan hal itu adalah MAKANAN!”

Ichika menulis “MAKANAN” di papan tulis, spidol membuat suara berdebar dengan setiap goresan karena kekuatan yang dia gunakan untuk menulis.

“Apa yang kau bicarakan, Ichika? Kinue punya banyak makanan,” Kataku.

Ichika menggelengkan kepalanya dengan putus asa. “Itu penginapan, tentu saja. Makanan Kinue sebenarnya lezat. Tapi kurasa kita butuh tempat di mana kita bisa benar-benar pergi ke kota!”

Aku cukup yakin dia adalah satu-satunya orang yang membutuhkan atau menginginkan tempat seperti itu.

“Tentu saja, aku mengerti kalau buffet tidak cocok dengan gimmick dungeon kita. Itu sebabnya aku bilang kita harus mempersiapkan segunung makanan, lalu menempatkannya pada sebuah ruangan dengan pintu yang hanya akan terbuka jika kau memakan semuanya! Bagaimana kalau begitu, ya?!”

“Aku akan bertanggung jawab memasak, tentu saja,” Kata Kinue dengan tangan di dadanya. Begitu... Nafsu Ichika untuk makanan dan nafsu Kinue untuk tugas-tugas menyatukan tujuan mereka menjadi satu.

“Bagaimana dengan bahan-bahannya? Sepertinya kita hanya akan membayar makanan para petualang,” Kataku.

“Tch, tch, tch, aku sudah memikirkan itu, duh. Dua kata: Rabbit Spawner. Ingatkan yang ada di tempat Mikan? Kita bisa menspawn kelinci sebanyak-banyaknya dengan hal itu dan memakannya. Kemudian kita bisa menspawn tanaman, sayuran, hasil karya. Apa aku benar atau aku memang benar, Kinue?”

“Memang. Ada juga herb spawners. Kami tidak akan kekurangan rasa.”

Seperti yang Ichika dan Kinue katakan, dengan fungsi spawn dungeon kami bisa mendapatkan bahan sebanyak yang kami inginkan hanya dengan satu biaya awal. Kami juga bisa melakukan ini untuk dapur penginapan.

“Tapi tetap saja, itu akan terlalu membebani Kinue. Kau ingin dia membuat makanan untuk Dungeon saat bekerja? Aku tidak akan membiarkan hal itu.”

“Gr... Tapi aku bisa membuat makanan dalam sekejap dengan skill {Chef}. Itu tidak akan menjadi masalah.”

“Tidak. Belum lagi, kita akan bangkrut jika terjadi sesuatu pada Kinue.”

Skill {Chef} hanya memungkinkan dia membuat makanan dalam sekejap dari sudut pandang kami. Waktu masih berjalan normal baginya, jadi pada dasarnya dia akan terjebak bekerja terus-menerus di penjara waktu yang bagaikan di neraka.

Baiklah, baiklah. Kau bisa mengajari Golem beberapa resep Kinue kalau begitu, bung.”

“Apa?!” Seru Kinue. “I-Ichika, kau mengkhianatiku?!”

“Apa lagi yang bisa aku lakukan? Master saja berkata tidak, Kawan.”

Itu masuk akal. Tidak ada gunanya tidak meminta Golem melakukan gimmick Dungeon, memasak atau tidak. Aku hanya cukup meminta mereka mempelajari resep otomatis seperti yang aku ajarkan kepada mereka untuk bermain musik di Dungeon Mikan.

“Kau punya pekerjaan penginapanmu, Kinue. Akan butuh waktu untuk mengajari Golem, tapi... Itu merupakan pilihan.”

“Ngh... Jika anda bersikeras. Keinginan Anda adalah perintah bagi saya, Master,” Kata Kinue, menerima keputusanku meskipun dia kesal.

“Itu ide bagus yang cocok dengan [Cave of Greed]. Aku akan mengingatnya. Serta... Jika kita mulai memasak lebih banyak makanan dengan lambat, dan menjebak mereka sehingga mereka tidak bisa pergi sampai mereka selesai makan semuanya, itu mungkin akan menghabiskan banyak waktu.”

Begitu ya. Memasak lambat secara menyeluruh bisa bertahan lebih dari setengah hari,” Kata Kinue lalu mengangguk.

“Kejam, Master. Sungguh menyakitkan harus duduk diam selama setengah hari,” Kata Ichika bergidik.

Ichika benar-benar tanpa ampun dalam hal makanan; tidak banyak orang yang menyarankan untuk melahap ribuan kelinci setelah melihat kelinci lucu di dungeon Mikan. Oh ya, mungkin aku bisa membuat jebakan dimana seseorang harus membunuh Minotaur dan membuat makanan dari dagingnya sebelum mereka bisa melanjutkan.

“Panggil aku untuk pengujiannya!”

“Aku akan menangani masalah jika Golem tidak bisa,” Kata Kinue tegas, lalu duduk kembali bersama Ichika. Bukan saran pertama yang buruk, sungguh. Meskipun itu bukan tempat kencan.

“Senang rasanya kita bisa menggunakan kembali darah dari makanan sebagai camilanku; sangat efisien. Dalam hal apapun, berikutnya. Soto dan Niku, tolong maju ke depan.” Dan begitulah yang mereka lakukan.

“Okaay! Ide kami adalah... ruangan yang memamerkan harta karun!” Seru Soto. Dia menghapus teks di papan tulis, dan Niku menulis “Harta Karun” di atasnya. “Singkatnya, ada ruangan dengan harta karun yang diinginkan semua orang di labirin yang sama sekali tidak bisa dimasuki dengan cara apapun! Letakkan jendela sebagai sekatnya, sehingga orang bisa melihat ke dalam!”

“Ooo. Lalu?”

“Nah hanya begitu! Mereka hanya akan sangat penasaran dengan harta karun yang menakjubkan itu!”

“Gangguan bisa berakibat fatal bagi petualang. Idenya adalah untuk mewujudkan hal itu terjadi, Master,” Jelas Niku. Memang benar bahwa pikiran kosong bisa membunuh petualang.

“Bukan ide yang buruk, tapi ada dua masalah. Pertama-tama, apa sebenarnya yang diinginkan semua orang?” Tanyaku.

“Tentu saja, kaus kaki! Kita bisa mendekorasi ruangan dengan kaus kaki yang dipakai semua orang sekarang.”

“Soto. Aku mengatakan sesuatu yang semua orang inginkan. Bukan sekelompok kecil orang dengan fetis tertentu.”

Master,” Kata Rei, mengangkat tangan. “Aku punya satu ide. Para dwarf bereaksi sangat kuat ketika mereka melihat simbol suci paduan orichalcum, bukan?”

Oh ya, itu salah satunya. Dulu ketika pertama kali diriku membuat gereja Beddhist, kupikir. Gozou dan Kantara sebenarnya mencoba keluar dari agama asli mereka hanya untuk bergabung dengan Beddhisme karena hal itu.

“Ingatan yang bagus, Rei.”

“Ohoho, ya, tolong beri aku pujian.”

Namun, aku merasa paduan orichalcum adalah masalah besar. Aku merasa kita mungkin akan berakhir dikerubungi oleh para dwarf dan pandai besi... Segalanya mungkin menjadi tidak terkendali, dengan cepat.

“Apakah ada yang tidak terlalu ekstrim…?” Tanyaku.

“Jika kau mencari sesuatu yang sederhana, kawan, bagaimana dengan tumpukan emas yang sangat besar?” Kata Ichika menyarankan.

“Oh, tidak buruk. Uang memang dicintai oleh semua orang, jadi ya. ”

Dan jika itu hanya untuk dipamerkan, aku bahkan bisa menggunakan koin tembaga dengan cat emas atau semacamnya. Dengan begitu, tidak akan melukai kantong kami bahkan jika seseorang berhasil menerobos dinding atau semacamnya untuk mengambilnya. Mengesampingkan paduan orichalcum sebentar, kami juga bisa meletakkan banyak batu permata kaca berwarna di sekitarnya.

“Oke, masalah pertama selesai. Masalah kedua adalah kemungkinan mereka memecahkan dinding, jendela, atau sesuatu untuk masuk ke dalam. Belum lagi mereka mungkin bisa menggunakan {Teleportation} untuk masuk karena mereka bisa melihatnya.”

“Tidak bisakah kita menggunakan monitor untuk menunjukkannya? Tanya Niku. Itu tidak mengerikan, tapi...

“Itu tidak akan telihat tiga dimensi. Gambar bisa menarik perhatian, tapi yah... Oh, tunggu, tunggu. Kita bisa membuat dua lubang intip dan membuatnya menjadi, seperti, semacam VRgoggle?”

Itu tampaknya benar-benar layak dicoba. Meskipun itu akan membutuhkan sedikit kemahiran dan pengujian.

“Okaaay, bagaimana dengaaaan membuat seluruh ruangan menjadi jebakan pitfall?” Kata Neruneh, membalikkan akal sehatnya. “Jadi jika mereka menggunakan {Teleportasi} untuk mencoba masuk, mereka akan jatuh kedalam jebakan. ”

“Oh, tidak buruk. Itu akan berakhir dengan memancing dan menyingkirkan orang-orang yang mengetahui {Teleportasi}.”

Individu yang mampu menggunakan {Teleportasi} sangat jarang, sampai-sampai aku hanya benar-benar tahu tentang Haku dan bawahannya (tidak termasuk Misha) yang bisa melakukannya tanpa tim yang besar, tapi itulah mengapa jebakan yang menargetkan mereka akan sangat kuat. Jika kami bisa menyingkirkan bahkan satu teleporter tingkat tinggi dengan itu, yah, itu akan menjadi investasi yang murah.

“Aku jadi penasaran apakah kita bisa menggunakan kaca yang diperkuat di dinding...? Akrilik mungkin berfungsi di sini. Kupikir aku melihat bahan untuk itu di katalog. ”

Oh, tapi alih-alih jebakan, aku mungkin bisa mengisinya dengan karbon monoksida dan menjadikannya ruangan tertutup. Ruang Vakum bisa berguna juga, tetapi membuang semua udara terdengar seperti sesuatu yang menyusahkan.

“Ya, ya, itu ide yang bagus. Aku akan mengingatnya,” Kataku sambil membelai rambut Niku dan Soto.

“Aku masih berpikir kaus kaki akan lebih baik daripada koin emas.”

“Soto. Kita bisa menambahkan kaus kaki ke tumpukan, bukan?”

“Kamu jenius, Niku!”

“Biarkan aku menjelaskan bahwa seluruh ruangan akan menjadi jebakan, jadi bahkan jika kau mencoba mampir, kau tidak akan bisa masuk ke dalam,” Kataku. Soto menundukkan kepalanya dengan sedih, tapi aku bergeming. Dia bisa menjadikan dungeonnya sendiri sebagai surga kaus kaki tanpa menginfeksi milikku.

Dengan semua hal yang disebutkan, jebakan itu terasa seperti akan menjadi karakter yang sangat cocok untuk [Cave of Greed]. Harta yang bisa kau lihat dengan aman, tetapi jika ada orang yang mencoba mendekat akan terbunuh secara instan. Ide yang sangat bagus. Satu-satunya masalah adalah, lagi-lagi, segunung koin emas hampir tidak bisa dianggap sebagai tempat kencan yang romantis.

“Oke, lanjutkan. Nerune. Ide kamu?” Kata Rei meminta.

“Okaay.”

Sepertinya akhirnya giliran Neruneh.

“Ideku, pada dasarnya seeeperti, iniiiii,” Kata Neruneh sambil menulis “Erotisisme” di papan tulis. Uhhhh. “Apa yang aku punya di sini, adalah cairan tubuh yang diambil dari biarawati Succubi. Kami akan membuat parfum beraroma dari itu, dan mengisi ruangan dengan itu.”

“Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu. Aku punya firasat buruk tentang ini,” Kataku, menyela perkataannya. Ada apa dengan toples itu? Cairan Succubi apa?

“Ooooh? Apa yang salah?”

“Pertama-tama, ada apa dengan mendasarkan idemu pada erotisme?”

“Ooooh? Aku sudah memeriksanya dengan Rokuko tentang apa modifikasi iniiii, dan mengetahui ini semua untuk membuat tempat kencan yang akan mendorong seorang perawan sepertimu untuk membuat langkah pertama, tapi apakah itu salaaaah?” Tidak, tapi apa?!

“Ah, jurus ahli Neruneh. Aku tidak mengira dia akan berbicara dengan Rokuko secara langsung,” Kata Rei.

“Oh, lalu ada apa?” Kata Ichika.

“Itu sama sepertimu, papa!” Kata Soto.

Ngh, sekarang semua orang tahu. Ini menyebalkan!

“Jadi singkatnya, aku mendapatkan cairan tubuh dari Biarawati Succubi, daaan, asal kau tahu, cairan tubuh Succubi adalah afrodisiaaaak.”

“Aku tidak benar-benar ingin didorong dalam arti dipanas-panasi, oke?!”

Yah, meskipun Nyonya Rokuko menyetujui itu.”

Kenapa dia bisa melakukan itu?! Ini jelas tidak baik!

“Nah, bahkan tanpa membuat parfum, jika kita mewarnai patung mesum dengan itu, efeknya tetap akan bertahan lama. Ini adalah air liurnya, jadi cukup kuat.”

“Ditolak! Aku tidak akan melakukan ini!”

Aku menjabat tanganku, menolak mentah-mentah ide itu. Haku akan menggorok leherku jika ada sesuatu yang mesum di dungeon.

“Kau tahu, harus kuakui, kupikir ini mungkin hal yang sempurna untuk seorang turbo virgin sepertimu,” Kata Ichika.

Diam, Ichika!

“Lagi pulaaa, karena Succubi berutang pada kita, mereka mengatakan mereka akan bersedia memberikan air liur kapan pun kita membutuhkan itu, Anda boleh mengambilnya dan menerima ini,” Kata Neruneh, menyerahkan toples itu kepadaku. Maksudku dia meraih pergelangan tanganku, memaksanya sehingga telapak tanganku terbuka, lalu dengan paksa mendorong toples di atasnya. Bisakah aku membuang ini saja?

“Oke tim, lupakan yang baru saja terjadi,” Kata Rei. “Silkies, giliran kalian.”

“Roger!” Seru mereka bertiga bersamaan, berdiri bersamaan. Hanna, yang memiliki jepit rambut putih, menulis “mini-labirin” di papan tulis.

“Ide kami adalah membuat labirin. Bukan yang besar seperti yang kita punya, tapi yang lebih kecil,” Kata Nicole (jepit rambut merah), dan Pio (jepit rambut kuning) melanjutkan untuknya.

Seperti, kamu membuat semacam alur pada dinding, dan kau harus menyelesaikan labirin itu untuk bergerak maju.”

Seperti biasa, ketiga Silkie benar-benar trio yang cukup akrab.

“Begitu, jadi ini seperti teka-teki.”

“Ya, dan menempatkan alur pada dinding adalah kuncinya.”

“Alurnya akan mengumpulkan banyak debu.”

“Kami ingin membersihkan. Kami ingin membersihkan debunya.”

Ayolah. Jangan hanya melampiaskan nafsumu seperti itu, kalian bertiga. Setidaknya cobalah untuk menyembunyikannya sedikit.

“Tapi itu teka-teki di Dungeon. Kau tidak perlu membersihkannya sejak awal.”

“Nah... apa? Nicole, apa yang harus kita lakukan?”

“Tenanglah, Hana. Kami merencanakan untuk ini. Benarkan, Pio?”

“Benar. Kami akan meminta hak untuk membersihkan satu ruangan ini saja, dan mewujudkan impian kami untuk membersihkan dungeon... Ambisi kami tetap kuat.” Aku bisa mendengar semua ini, tahu.

Saat itulah Kinue menyela dengan senyum tenang. “Hak untuk membersihkan dungeon adalah milikku. Aku tidak akan menyerahkannya.”

“Tolonglah, komandan, biarkan kami membersihkan satu kali saja!”

“Tidak adil bagimu untuk mendapatkan seluruh dungeon! Boo, boo!”

“Ngh, kami sudah membicarakan ini, komandan. Tolong beri bawahanmu beberapa pekerjaan juga...”

Apakah kalian semua serius ingin membersihkan hingga sengotot itu? Menakutkan sekali naluri Silky.

“Nah, tentunya satu ruangan saja tidak akan jadi masalah, kan?” Kataku menyarankan.

“Ngh, jika Anda bersikeras, Master…” Kinue terdiam, tampak tidak puas.

Dengar, aku akan menambahkan ruangan ekstra untuk mengimbanginya. Kuharap itu cukup.

“Tetap saja, memecahkan labirin untuk membuka kunci pintu bisa berguna. Satu-satunya masalah adalah bahwa kesulitannya akan sedikit rendah. Mungkin aku perlu sedikit memodifikasinya.”

“Apa pun dengan alur tertentu akan diterima,” Kata Hanna.

“Kami tidak akan mengeluh selama kami bisa membersihkannya.”

“Sama.”

Aku mendapat kesan bahwa kalian bertiga secara eksklusif peduli dengan bagian pembersihan ini.

“Eh, baiklah. Aku akan menambahkan gimmick yang membutuhkan ketangkasan. Seperti, mungkin... Kau harus menyeret tongkat dari awal ke garis finis, tetapi jika kau menabrak dinding saat kau keluar, atau apalah.”

Aku ingat pernah melihat variety show di Bumi yang melakukan hal seperti itu, kecuali dengan dinding bermuatan listrik. Para kontestan harus melewatinya untuk membuka harta karun. Itu sepertinya mungkin untuk dibuat ulang dengan penggunaan {Create Golem} tingkat tinggi. Tentu saja, aku tidak bisa memicunya sebanyak itu, tapi mungkin aku bisa membuat monster menyerang ketika mereka gagal, atau semacamnya.

“Wah, sepertinya menyenangkan!” Seru Hanna.

“Tongkat di atas punggung bukit! Kumohon, beri kami lebih banyak untuk dibersihkan!”

“Serta, tolong terangi ruangan dengan lampu gantung.”

Mengapa lampu gantung... Karena memiliki begitu banyak area permukaan untuk dibersihkan? Oke, aku mengerti sepenuhnya.

Yah, ini semua terdengar menyenangkan dan seperti permainan, jadi aku akan mengingatnya.”

Terima kasih, Master!”

“Jika sudah selesai, tolong beri kami hak untuk membersihkan semuanya sendiri!”

“Akhiri tirani komandan pelayan!”

Jadi, Silkies menyelesaikan presentasi mereka.

“Ehem. Sekarang. Untuk menyelesaikannya, Elka dan aku akan mengumumkan ide-ide kami,” Kata Rei. Tampaknya bawahannya Elka akan mengisi sebagai asistennya di sini. Dia terbang dengan sayap perinya berkibar dan menulis “Gerbang” di papan tulis.

“Ideku adalah membuat gerbang. Itu saja.”

Aku melihat Rei membuat seringai paling sombong yang pernah kulihat dalam hidupku, tapi, eh, apa? Sebuah gerbang? Itu saja?

“Rei, Rei, kurasa mereka tidak mengerti. Kau perlu menjelaskan lebih banyak,” Kata Elka, berbisik ke telinga Rei.

“O-Oh? Kau pikir begitu?”

Memang. Kami tidak mengerti sama sekali. Kau harus menjelaskan apa yang kau maksud.

“Erm, kalau begitu, biarkan aku mencoba lagi. Aku sarankan kita membuat gerbang. Hanya saja, gerbang ini tidak bisa dibuka.”

“Gerbang yang... tidak bisa dibuka?”

“Memang! Itu akan cukup dihiasi, gambar yang ilahi, dan yang berbicara tentang harta karun tersembunyi dan petualangan yang menunggu tepat di balik pintunya. Namun...! Itu tidak akan pernah bisa dibuka dengan cara apa pun!”

Elka melirik Rei, menyemangatinya. Kami mengerti! Dia sedang menyampaikan ide-idenya.

Tapi singkatnya, ide Rei hanyalah, membuat gerbang palsu.

“Begitu, jadi mereka akan mengerahkan segalanya untuk membuka gerbang, tapi itu tidak akan pernah bisa dibuka. Dengan demikian dapat mengulur waktu.”

Lebih tepatnya! Tidak diragukan lagi para petualang bodoh akan membuang waktu mereka untuk menjelajah dalam upaya untuk membuka gerbang yang menakjubkan. Tapi terlalu buruk bagi mereka! Itu tidak akan pernah terbuka!”

Aku mengerti. Kedengarannya cukup menyenangkan.

“Masalah utamanya adalah tidak akan terjadi apa-apa jika mereka mengabaikannya begitu saja, dan akan berakhir sia-sia jika mereka mengetahuinya bahwa itu tidak bisa dibuka.”

“Ngh!”

Itu adalah jebakan noob yang... yah, tidak selalu menjebak siapa pun, dan hanya berhasil satu kali sebelum seseorang menyelidikinya dan menemukan triknya.

“Tapi aku akan tetap menggunakannya!”

“Apa?! Betulkah?! Ya!” Rei melompat dengan kegembiraan yang nyata.

Master, mengapa kamu menggunakan ide gila Rei?” Tanya Ichika.

“Karena itu yang paling dekat dengan tempat kencan dari semua saran. Dan itu akan mudah dibuat terlepas dari itu.”

“Aaah,” Jawab Ichika sambil mengangguk mengerti. Semua orang tampaknya juga setuju.

“Meski demikian, ide-ide lainnya juga bagus, jadi aku akan membuatnya berurutan. Tidak termasuk milik Neruneh.”

“Awwww? Apa?”

Saat semua orang bersukacita, hanya Neruneh yang memiringkan kepalanya tak percaya. Itu benar-benar tidak sulit untuk dipahami.


TL: Gori-Chan
EDITOR: Drago Isekai
<<-PREV TOC NEXT->>