Arifureta Shokugyou de Sekai Saikyou Light Novel Bahasa Indonesia Vol 12 : Chapter 3 - Part 1
Arifureta: From Commonplace to World's Strongest Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Chapter 3 - Part 1 |
||
---|---|---|
Akhir masing-masing dari Mereka | ||
Font Size :
|
|
|
Beberapa menit sebelum Suzu dan Eri mulai bergegas ke arah mereka, Shizuku dan Ryutarou berjuang untuk bertahan hidup dari serangan Kouki. Dari tujuh puluh Corpse Apostle yang tetap tinggal untuk membantunya, hanya sepuluh yang terbunuh.
Suzu telah meninggalkan familiarnya untuk membantu Shizuku dan Ryutarou, tetapi mereka masih dipukul mundur. Alasannya sederhana: kontrol Kouki atas Divine Wrath of a Thousand Forms-nya tumbuh dari menit ke menit dan naga besarnya sekarang mampu mengeluarkan serangan yang presisi sambil memandikan semua orang dengan napasnya, dan lima puluh naga mini juga menyemburkan serangan napas yang presisi.
“Divine Wrath - Imperial Vortex!”
Imperial Vortex biasanya merupakan mantra angin yang menciptakan tornado yang melesat secara horizontal, tetapi Kouki menciptakan versi mantra cahayanya dengan Divine Wrath. Namun, dia tidak menggunakannya sebagai serangan. Sebaliknya, dia menciptakan terowongan cahaya agar orang tidak mengganggunya. Dan begitu dia menciptakan terowongan cahaya, dia berlari ke belakang Ryutarou dan berteriak, “Divine Wrath - Shining Blade!”
“Whoa!”
Ryutarou segera berbalik dan menyilangkan tangannya yang ogreified untuk memblokir. Dia juga mengaktifkan Diamond Skin dua kali, tetapi meskipun demikian, bilah cahaya yang mengenainya meledak menembus sihir pertahanannya dan meninggalkan alur yang dalam di gauntletnya.
“Jangan meremehkanku!” Serunya saat dia menggunakan sihir khusus ogre, Impact Manipulator, untuk membubarkan kekuatan serangan, memungkinkan dia untuk menerima serangan tanpa didorong mundur. Ryutarou kemudian membalas dengan tendangan depan, namun Kouki langsung melompat ke belakang untuk menghindarinya.
“Divine Wrath - Tenfold!”
Ledakan Divine Wraths yang bagaikan tembakan senapan shotgun ditembakkan dari pedang Kouki, menargetkan Ryutarou.
“Demonic Fists - Thousand Blows!”
Ryutarou menancapkan kakinya dengan kuat di tanah dan melancarkan serangan pukulan pada Divine Wraths, gauntletnya bersinar hijau zamrud dengan mana-nya. Berkat kekuatan ogrenya, setiap pukulan memiliki kekuatan setara bola meriam. Ledakan memekakkan telinga terdengar setiap kali tinju Ryutarou bertabrakan dengan salah satu Divine Wrath milik Kouki. Dalam hal kekuatan, mereka hampir setara, tetapi Kouki memiliki kartu truf yang jauh lebih banyak daripada Ryutarou.
“Sialan!” Teriak Ryutarou saat dia menyadari naga cahaya itu menahannya dari belakang. Rahangnya mengatup di sekitar tubuh Ryutarou, dan dia bisa mendengar armornya retak. Biasanya, Ryutarou akan menguap hanya karena bersentuhan dengan taring naga, yang terbuat dari Divine Wrath yang sangat padat. Hanya karena ketangguhan wujud ogre-nya, dia bisa bertahan, tetapi dalam kondisi ini, dia bahkan tidak bisa menggunakan Diamond Skin-nya.
“Grup Lima, Shock Impact!”
Empat pedang Shizuku muncul entah dari mana dan menusuk kepala naga, memaksanya untuk melepaskan Ryutarou.
“Terima kasih atas penyelamatannya, Shizuku!”
Shizuku tidak menjawab, kebanyakan karena dia tidak punya waktu luang. Dia melesat melintasi medan perang, muncul di satu tempat pada satu detik dan ditempat lain pada detik berikutnya.
Sekarang setelah dia menggunakan Limiter Removal, dia bisa mempertahankan kecepatan gila untuk jangka waktu yang lama, sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh Instant Transcendence, bahkan jika itu jauh lebih efisien. Meskipun dia membakar mana dengan kecepatan yang luar biasa, Shizuku membutuhkan kekuatan sebanyak ini untuk menangani semua Corpse Apostle dan naga mini yang dia lawan secara bersamaan. Dan bahkan kemudian, dia tidak bisa melancarkan serangan yang menentukan, sementara persenjataan Onyx Blades miliknya telah berkurang menjadi setengah dari jumlah aslinya.
Salah satu naga mini Kouki menelan pedang lain, meskipun itu cukup kuat untuk bertahan selama beberapa detik, jadi ia berhasil melepaskan diri dengan irisan pemotong ruang. Sayangnya, memotong satu mini-naga tidak cukup, karena yang lain dengan cepat datang untuk menggantikannya dan akhirnya meleleh melalui perlindungan katana.
Familiar Suzu juga mengalami kesulitan yang sama. Setengah dari mereka sudah jatuh. Belalang sembah semuanya telah dimusnahkan, dan karena naga Kouki telah menghancurkan bangunan di dekatnya, laba-laba tidak punya tempat untuk bersembunyi, hanya menyisakan satu yang masih hidup.
Apakah kau masih belum siap, Shizuku? Aku tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi! Pikir Ryutarou.
Sedetik kemudian, Kouki berteriak, “Celestial Flash Burst!”
Serangkaian tebasan berbentuk bulan sabit melesat ke arah Ryutarou.
“Nuorryaaaaaaaaaaah!”
Mengandalkan kekuatan kasar daripada skill, Ryutarou meraih bongkahan puing setinggi sepuluh meter dan melemparkannya ke serangan itu. Bahkan dengan kekuatannya yang besar, prestasi seperti itu tidak akan mungkin terjadi di luar wujud ogrenya. Celestial Flashes menembus puing-puing seperti keju Swiss, meskipun hanya menghambatnya dan sedikit melemahkannya, namun itulah yang dibutuhkan Ryutarou.
“Doryaaaaaah!”
Ryutarou menerobos Celestial Flashes yang melemah dan menyerang Kouki.
“Metamorph Fist - Armor Penetrator!”
Gauntlet di tangan kanannya berubah bentuk, berubah menjadi tombak. Itu terbakar merah-panas, melelehkan apa pun yang bersentuhan dengannya.
“Aku bisa membacamu seperti buku, Ryutarou,” Kata Kouki, dengan mudah menghindari serangan itu. Dia terlalu cepat untuk Ryutarou. Setelah itu, dia memerintahkan naganya, yang telah berputar ke sisi kiri Ryutarou, untuk menembakkan gelombang nafas lagi padanya.
Ryutarou ingin melompat, tapi kemudian dia merasakan Shizuku di belakangnya dan malah menyilangkan tangannya di depannya lagi untuk berjaga-jaga.
“Shizuku, menghindar!” Teriaknya sedetik sebelum nafas naga itu menghantamnya. Tubuhnya menjerit kesakitan saat napas merobek Diamond Skin bawaannya.
Begitu dia melihat bahwa Shizuku telah melompat ke tempat yang aman, dia sendiri melompat ke samping. Sinar cahaya putih melesat melewatinya, membakar Corpse Apostle yang tidak beruntung dan familiar yang kebetulan berada di jalur tembaknya.
“Koukii! Kau sengaja menjebak kami, kan, dasar bajingan?!”
“Kalian adalah teman masa kecilku. Tidak sulit untuk memancing agar bergerak seperti yang aku inginkan.”
“Hah, itukah yang kau pikirkan!” Jawab Ryutarou saat Shizuku muncul di sampingnya.
“Ryutarou, kau baik-baik saja?!”
“Ya, ini bukan apa-apa!”
Terlepas dari apa yang dia katakan, ada asap yang keluar darinya dan sebagian besar tubuhnya terbakar parah. Jadi, Shizuku mengambil dua ramuan pemulihan dari Treasure Trovenya dan menyerahkan satu kepada Ryutarou sementara dia meminum yang kedua untuk memulihkan mananya sendiri.
“Karena kau di sini, kita punya kabar baik, kan?” Tanya Ryutarou sambil meminum ramuannya.
“Ya. Kerja bagus membuat Kouki teralihkan. Berkat kamu, aku berhasil melihat apa yang aku butuhkan. ”
“Hah, senang mendengarnya,” Jawab Ryutarou riang. “Sepertinya sudah waktunya bagi kita untuk membalikan keadaan! Akan sangat menyedihkan jika kita kalah dua lawan satu, mengingat Suzu menangani pertarungannya sendirian dan sebagainya.”
“Nah aku pun paham tentang itu. Sudah waktunya si idiot itu mendapat pukulan di wajah yang pantas dia dapatkan!”
Setelah mendengar itu, Kouki menggelengkan kepalanya dengan putus asa. Dengan bagaimana pertarungan telah berjalan sejauh ini, dia yakin bahwa dirinya tidak akan kalah. Dia hanya membiarkan mereka berbicara karena dia berharap mereka akan menyadari bahwa nggak ada gunanya melawan dan akhirnya menyerah. Sayangnya, mereka tidak melakukannya.
“Kalian mengejutkanku beberapa kali, tetapi statistikku terlalu tinggi dibandingkan dengan milikmu. Cepatlah menyerah. Aku khawatir tentang Eri, jadi aku ingin menyelesaikan ini secepat mungkin.”
Kouki mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, dan naganya serta semua naga mininya mulai mempersiapkan serangan nafas mereka lagi. Mengabaikan familiar sepenuhnya, dia menyuruh Corpse Apostle mundur ke jarak yang aman. Dia jelas berencana untuk melenyapkan semua yang ada di medan perang dalam satu serangan.
Sebagai tanggapan, Shizuku dan Ryutarou menyiapkan kartu truf mereka sendiri.
“Beri aku kekuatan untuk melampaui surga itu sendiri— Supreme Ascendance!”
“Fusion Transformation - Wereogre!”
Supreme Ascendance adalah mantra sihir evolusi yang bahkan melampaui Limiter Removal, sementara Fusion Transformation adalah mantra sihir metamorfosis yang menggabungkan sifat terbaik dari dua transformasi terkuat Ryutarou tanpa kekurangannya. Mana biru cerah berputar-putar di sekitar Shizuku, sementara Ryutarou berubah menjadi manusia serigala dengan tubuh dan tanduk ogre.
“Kalian masih memiliki teknik rahasia yang tersisa ya?!” Seru Kouki. Shizuku dan Ryutarou tidak repot-repot menanggapi, dan mereka mengabaikan hujan meteor cahaya putih yang juga menuju ke arah mereka.
“Mari kita mulai dengan menyingkirkan Corpse Apostle yang menyebalkan itu!” Kata Shizuku kepada Ryutarou.
“Oke!” Jawabnya, dan mereka berdua menghilang.
Para Corpse Apostle telah mempersiapkan serangan disintegrasi mereka sendiri di tepi medan perang, tapi sekarang Shizuku dan Ryutarou tiba-tiba muncul di sisi mereka, memenggal dua dari mereka bahkan sebelum mereka sempat menganggapnya sebagai ancaman.
“Grup Satu - Menyelam! Grup Dua - Ukir! Grup Empat - Serang!”
“Familiar, perlambat Corpse Apostle!”
Karena seberapa cepat Shizuku dan Ryutarou bergerak, sepertinya perintah mereka datang dari berbagai arah pada saat yang bersamaan.
“Astaga, cepat sekali!” Seru Kouki. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia tidak bisa melacak dengan akurat dan menguci pergerakan pada salah satu dari mereka. Rentetan serangannya hanya berhasil mengenai para Corpse Apostle dan familiar.
Sementara itu, kelompok pertama katana Shizuku menyelam ke bawah tanah, menembak dari titik buta Corpse Apostle untuk menusuk mereka dari bawah. Dan pada saat yang sama, kelompok kedua memotong portal ruang yang terbuka di dekat Corpse Apostle. Portal itu tidak setepat yang dibuat oleh Suzu, tapi itu cukup bagus untuk digunakan oleh kelompok pedang keempat untuk mengiris Corpse Apostle dari sudut yang tidak terduga.
Para Corpse Apostle tidak bisa menghadapi serangan dari begitu banyak arah sekaligus, jadi mereka jatuh satu demi satu secara berurutan.
Tentu saja, Shizuku sendiri juga tidak menganggur pada saat-saat seperti ini.
“Blitz!”
Portal yang dibuka olehnya, tentu saja, jauh lebih persisi, dan dia bisa melancarkan serangan presisi yang kuat. Dan semua teknik baru ini hanya dimungkinkan berkat Supreme Ascendance-nya. Kecepatan barunya begitu hebat sehingga para Corpse Apostle bahkan tidak bisa melawan saat mereka dihancurkan.
Ryutarou juga memiliki saat-saat yang sama mudahnya ketika menghancurkan Corpse Apostle dengan kecepatan manusia serigala dan kekuatan ogrenya.
Beberapa Corpse Apostle yang tersisa mencoba melarikan diri ke langit dan memasang pertahanan terkoordinasi, tetapi para familiar itu terus menghalangi mereka, memungkinkan Ryutarou untuk merobek-robeknya. Namun, sementara kelihatannya mereka menghancurkan semuanya dengan mudah, Shizuku dan Ryutarou agak kesulitan.
Ngh, ini sulit. Aku merasa seperti akan pingsan sebentar lagi.
Menggunakan sihir metamorfosis untuk mengubah dirimu menjadi dua makhluk sekaligus bukanlah hal yang mudah, dan Ryutarou hampir tidak memiliki cukup latihan dengan skill itu. Dia bekerja sebagian besar dari intuisi, dan dengan beban yang ditempatkan di tubuhnya, dia tidak bisa mempertahankan wujudnya tetap aktif selama lebih dari empat puluh detik. Jika dia mencoba melewati batas itu, dia akan kehilangan kemanusiaannya dan benar-benar berubah menjadi monster. Shizuku juga berada di bawah batas waktu yang sama; ketika Supreme Ascendance-nya hilang, dia akan terkena kelelahan yang sebanding dengan efek samping dari penggunaan Limit Break.
Karena itu, Shizuku dan Ryutarou harus bergerak secepat mungkin untuk membunuh semua Corpse Apostle dan mengalahkan Kouki sebelum mereka kehabisan waktu.
“Aku bosan dengan permainan kalian!” Teriak Kouki merasa kesal. Dengan cara dia menembakkan serangan nafas dan Celestial Flashes ke segala arah, dia pada dasarnya adalah benteng bergerak.
Shizuku dan Ryutarou harus menjaga pergerakan mereka se-acak mungkin untuk menghindari serangan yang salah dari Kouki, yang bisa memperlambat kecepatan mereka mengalahkan Corpse Apostle.
Semoga saja waktunya masih cukup! Pikir Shizuku dan Ryutarou secara bersamaan, dan saat itu, sekawanan kupu-kupu hitam muncul di medan perang.
Corpse Apostle yang tersisa menegang, lalu saling menoleh dengan bingung.
“Apa?! Apa yang sedang terjadi?!” Teriak Kouki dalam kebingungan, sementara Shizuku dan Ryutarou menyeringai.
“Semua kelompok, kubur Corpse Apostle yang tersisa!”
“Familiar, kalian pergi juga!”
Masih ada sepuluh detik tersisa sebelum Shizuku dan Ryutarou mencapai batas waktu mereka. Dengan Corpse Apostle kurang lebih sudah ditangani, mereka berdua berbalik dan menyerang target utama mereka.
“Koukiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!” Teriak Ryutarou.
Pada saat Kouki menyadari bahwa dia sedang diserang, itu sudah terlambat. Dia nyaris tidak berbalik tepat waktu untuk melihat Ryutarou, dan dia tidak bisa melakukan satu hal pun untuk melindungi diri sebelum tinju Ryutarou menghantam ulu hatinya.
Ryutarou menggunakan kekuatan ogrenya, kecepatan werewolfnya, Impact Manipulator, dan skill Giant Slayer untuk memaksimalkan kekuatan pukulannya. Tentu saja, semua itu dilengkapi dengan kemampuan karate yang signifikan karena telah ia kembangkan sejak kecil.
Kouki tiba-tiba membungkuk kedepan, batuk darah. Dia kemudian tersandung ke belakang, nyaris tidak bisa berdiri.
“Semoga itu membantumu bangun, kawan,” Kata Ryutarou dengan suara ceria.
“Ngh, Ryuta—”
“Jika tidak, ini terimalah. Sudah waktunya kau kembali ke akal sehatmu!”
“Gah!”
Ryutarou melanjutkan dengan menghujamkan telapak tangannya ke dada Kouki, membuatnya terbang.
Kekuatan pukulan itu mengusir udara dari paru-paru Kouki, menyebabkan penglihatannya kabur.
Saat dia melesat di udara, dia secara refleks mencoba bersiap dengan posisi bertahan dan memerintahkan naganya untuk melindunginya. Bahkan ketika tidak ada waktu untuk berpikir secara sadar, dia secara naluriah tahu Shizuku akan menunggunya di tempat dia mendarat, yang membuatnya ketakutan setengah mati.
Perasaan merinding muncul di kulitnya saat dia berbalik dan memang melihat Shizuku menunggu untuk menebasnya. Ada sekumpulan mana biru yang benar-benar gila yang terkonsentrasi di sekitar pedangnya yang terselubung. Sarung pedangnya menegang di bawah tekanan selagi menampung mana sebanyak itu, dan beberapa di antaranya bocor keluar dari celah antara gagang dan sarungnya.
“Shizukuuu!” Teriak Kouki, bahkan tidak yakin mengapa dia berteriak lagi. Dia kemudian mati-matian menancapkan pedangnya ke tanah dalam upaya darurat untuk menghentikan momentumnya.
“Terimalah hukumanmu— True Strike!”
Setelah mengeluarkan mantra pendek itu, Shizuku menghilang.
Dia kemudian muncul kembali di belakangnya, dan kilatan cahaya tipis membelah Kouki.
“Ah…!”
Sedetik kemudian, Kouki merasakan kekuatan dari tebasan Shizuku melalui dirinya. Dia merosot ke tanah, tetapi yang sangat mengejutkan, dia menyadari bahwa dia tidak merasakan sakit. Panik, dia menepuk dirinya sendiri dan menyadari bahwa tidak ada luka di tubuhnya.
“Shizuku, apakah kau akhirnya…? Tunggu, apa yang terjadi dengan Manaku?!”
Untuk sesaat, Kouki mengira Shizuku tidak bisa memaksakan dirinya untuk menebasnya, tapi kemudian dia menyadari apa yang telah dilakukan oleh tebasan Shizuku.
Naga besarnya mulai runtuh, begitu pula semua naga mininya. Mereka kemudian semua terbelah menjadi dua sebelum bubar menjadi ketiadaan. Namun, Kouki bahkan nyaris tidak menyadarinya. Dia jauh lebih khawatir tentang fakta bahwa semua mananya bocor dari dirinya. Dia seharusnya memiliki persediaan tak terbatas, yang disediakan langsung oleh Ehit, tetapi Mana apapun yang memenuhinya sepertinya mengalir keluar seperti air didalam ember dengan lubang di dalamnya.
“B-Bahkan Limit Breakku…”
Dengan Mananya terkuras, Kouki tidak dapat mempertahankan Limit Break-nya. Dia jatuh ke posisi merangkak, berjuang untuk tidak jatuh sepenuhnya.
Shizuku dan Ryutarou berdiri tidak jauh darinya. Supreme Ascendance Shizuku dan Fusion Transformation Ryutarou keduanya telah memudar, dan mereka terengah-engah, tapi mereka masih tetap waspada untuk berjaga-jaga.
“Shi... zuku... Apa yang kau lakukan padaku?” Tanya Kouki dengan suara gemetar.
Shizuku melepaskan katananya beberapa inci dari sarungnya dan berkata, “Kau tahukan, sihir roh memungkinkan dirimu secara langsung memengaruhi energi tak berwujud yang dimiliki setiap orang? Katana milikku ini bisa memotong tepat pada energi itu.”
Setelah Shizuku memperoleh sihir evolusi, Hajime telah meningkatkan katananya dan memberinya kekuatan untuk memotong jiwa. Shizuku kemudian lebih meningkatkan kemampuan itu dengan sihir evolusinya sendiri, yang menyebabkan lahirnya skill True Strike. True Strike tidak hanya dapat memotong melalui jiwa seseorang, tetapi juga mana, stamina, kondisi mental mereka, dan bahkan berbagai mantra positif dan negatif yang mempengaruhi mereka tanpa membahayakan tubuh mereka sama sekali.
“Butuh beberapa waktu untuk mencari tahu di mana lokasi tepatnya aku harus memotong untuk memutuskan tautanmu ke suplai Manamu dan memotong Spirit Binding, tapi…”
Semua teknik seni bela diri yang hebat membutuhkan ketelitian yang sempurna. Dan untuk mencapai ketepatan itu, Shizuku membutuhkan informasi yang sangat akurat. Untungnya, sifat sebenarnya dari sihir evolusi adalah kemampuan untuk mengganggu informasi pada tingkat abstrak, jadi dia memiliki alat yang diperlukan untuk mengumpulkan informasi itu. Dengan bantuan artefaknya, Shizuku telah mempelajari Kouki dengan hati-hati… dan hanya butuh beberapa detik yang lalu untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan bahkan untuk menggunakan True Strike miliknya.
“Tebasan pendekar pedang sejati hanya memotong apa yang mereka inginkan. Aku sedikit curang untuk mencapai titik itu, tetapi pada akhirnya, aku berhasil sampai di sana.”
“Aku tidak… percaya itu…”
Bahkan setelah mendengar penjelasan Shizuku, Kouki tidak mengerti. Tentu saja, dia jelas mengerti bahwa Shizuku telah mencapai status master swordswoman. Satu tatapan matanya sudah cukup untuk memberitahunya bahwa dia tidak sampai sejauh ini hanya karena artefaknya. Kemauannya yang kuat dan tekadnya untuk memotong hanya apa yang dia inginkan tanpa menghancurkan apa pun telah membawanya sejauh ini. Teman masa kecilnya telah mencapai tingkat penguasaan seperti yang ada di dongeng, di mana dia secara bersamaan setenang air yang tenang dan sekuat api yang mengamuk. Dan meskipun menjadi pahlawan legendaris, Kouki bahkan belum mencapai titik itu.
“Tapi sepertinya aku sedikit meleset. Kupikir aku akan memotong Spirit Bindingmu, tetapi dari kelihatannya, kau masih melamun, bukan?”
Dua puluh pedang golem Shizuku dan empat familiar Suzu— kelabang, seekor lebah, dan dua semut— datang setelah melenyapkan Corpse Apostle terakhir dan berbaris di belakang Shizuku.
Dengan suara memohon, Kouki berkata, “Shizuku… Kau tidak membunuhku karena… kau masih peduli padaku, kan? Aku tahu kau masih di sana… ketika aku tidak merasakan haus darah darimu…”
“Kouki…” Gumam Shizuku.
“Tidak apa-apa… Ryutarou juga tidak mencoba membunuhku. Aku pasti akan menyelamatkan kalian berdua dan—”
Shizuku menghunus pedangnya dalam satu gerakan yang mulus dan mengiris Kouki lagi, memotongnya.
“Apakah kau berhasil kali ini?” Tanya Ryutarou, menepuk bahu Shizuku.
“Ya,” Jawabnya singkat, mengayunkan kembali pedangnya dan menatap Kouki, yang sedang melihat ke tanah, membuatnya mustahil untuk membaca ekspresinya. Namun, Shizuku benar-benar yakin dia akan memotong Spirit Binding kali ini. Semua pencucian otak yang dilakukan Eri padanya telah hilang.
“Kouki. Kau harusnya bebas dari cuci otak sekarang. Kau mengerti apa yang sudah kau lakukan, dan apa yang sebenarnya terjadi di sini… kan?” Kata Shizuku dengan tegas.
“………”
Dengan suara yang sedikit lebih lembut, Ryutarou menambahkan, “Yah, sekarang sudah berakhir, tapi sebaiknya kamu merenungkan apa yang telah kamu lakukan. Serta, kita harus mengejar Nagumo dan mengalahkan dewa bodoh itu sebelum pasukannya membunuh semua orang di Tortus, jadi kembalilah pada kami, Kouki.”
“………”
Untuk sementara, Kouki tidak mengatakan apa-apa. Tapi kemudian dia mulai gemetar, dan dengan bisikan yang paling samar, dia berkata, “Tidak, ini tidak mungkin. Ini pasti semacam kesalahan. Akulah yang di sisi yang benar. Nah, itu-tuh, aku hanya dicuci otak. Tidak mungkin aku… mencoba menyakiti… Ryutarou… atau Shizuku… Tidak seharusnya seperti ini… Aku hanya mencoba melakukan hal yang benar… Aku hanya ingin menjadi pahlawan… seperti kakekku… itu saja … Bagaimana semuanya berakhir seperti ini…? Aku telah kehilangan segalanya… Nagumo mengambil Kaori dan Shizuku dariku… dan sekarang bahkan Ryutarou ada di sisinya…”
“Kouki!”
“H-Hei, Kouki!”
Shizuku dan Ryutarou berteriak, khawatir Kouki akan lepas kendali lagi. Ekspresi mereka menegang ketika mereka melihat dia mencakar tanah cukup keras untuk mematahkan kukunya sendiri, dan mereka menyiapkan senjata mereka sekali lagi.
“Ya… aku bukan orang jahat di sini. Ini semua salah Nagumo. Jika bukan karena dia, semuanya akan berjalan dengan sempurna. Tapi karena dia, Kaori, Shizuku, Ryutarou, Eri, dan yang lainnya... mengkhianatiku. Kalian semua mengkhianatiku!”
Kouki mendongak, matanya— setengah tertutup oleh poninya— bersinar dengan kebencian dan kemarahan. Tapi di balik lapisan tipis kemarahan itu ada kesedihan yang mengakar. Kesedihan yang berasal dari rasa bersalah karena mengetahui apa yang telah dia lakukan, dan bahwa dia tidak akan pernah bisa kembali. Hati nuraninya begitu terbebani sehingga dia perlu mencari orang lain untuk disalahkan, atau dia akan hancur di bawah keputusasaan. Di satu sisi, dia tampak seperti anak kecil yang mengalami serangan panik.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”
Meskipun mana-nya seharusnya sudah habis, itu berkobar lagi saat Kouki berteriak, mengirimkan spiral energi putih murni naik ke langit. Namun—
“Kouki, hentikan! Jika kamu terus melawan, kau hanya akan membunuh dirimu sendiri!” Teriak Shizuku.
“Tunggu, dia akan melakukan apa?! Shizuku, apa yang terjadi?! Kupikir kau memotong aliran mana-nya?!”
“Ya! Aku memotong bersih melalui repositori mananya! Dia tidak menyerap eter terdekat untuk menghasilkan lebih banyak mana!”
“Lalu bagaimana bisa dia mendapatkan lebih banyak?!”
“Dengan mengubah sesuatu yang lain! Aku tidak tahu apakah dia menggunakan kekuatan kehidupannya atau jiwanya atau apa, tapi dia mengubah semuanya menjadi mana! Itu mungkin sesuatu yang bisa dia lakukan karena dia bisa menggunakan Limit Break! Bagaimanapun, ini tidak bagus!”
“Sialan, Kouki, cepatlah kembalilah ke akal sehatmu!”
Memang, Kouki menciptakan mana ini dengan membakar nyawanya sendiri. Kemampuan yang menjungkirbalikkan hukum alam alam semesta selalu datang dengan biaya yang mahal… dan mereka praktis tidak pernah sepadan dengan harganya.
Shizuku dan Ryutarou menutupi wajah mereka dengan tangan mereka saat gelombang kejut yang diciptakan oleh mana Kouki menyapu ke arah mereka, tetapi mereka terus memanggilnya dengan putus asa. Sayangnya, dia terlalu kacau untuk mendengar apa pun. Suara mereka secara fisik mencapainya, tetapi otaknya menolak untuk memproses apa pun yang mereka katakan. Shizuku bahkan tidak tahu apakah dia mencoba untuk menghancurkan kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan atau hanya menghancurkan dirinya sendiri.
“Aku akan mengakhiri semuanya. Mengapa semuanya berakhir seperti ini? Bukankah seharusnya kita mengatasi semua kesulitan di dunia ini bersama-sama? Kaori, Shizuku, Ryutarou, Eri, dan Suzu seharusnya tetap berada di sisiku,” Gumam Kouki pada dirinya sendiri. Namun, suaranya yang kosong dan pasrah bergema dengan jelas di medan perang.
“Ini bukan yang aku inginkan. Jika aku kehilangan segalanya… dan aku bahkan tidak bisa mendapatkannya kembali… maka setidaknya aku akan menghancurkan semuanya dengan kedua tanganku sendiri!”
Reruntuhan di dekatnya dihancurkan saat Mana Kouki berlipat ganda dalam intensitas. Dia mengubah semuanya menjadi Divine Wrath. Dan saat dia melakukannya, Mananya berubah dari spiral yang tidak terkendali menjadi bentuk konkret. Dia tidak membuat naga kali ini, tetapi raksasa berbentuk manusia yang jauh lebih besar. Dan begitu raksasanya mereda, begitu juga kehidupan Kouki.
“Nggak mungkin aku akan membiarkanmu mati di sini!” Teriak Ryutarou, memaksa dirinya maju melalui angin kencang yang diciptakan oleh Divine Wrath milik Kouki.
“Menurutmu mengapa kita datang sejauh ini?” Kata Shizuku, menggertakkan giginya dan mengikuti Ryutarou.
Mereka tidak datang ke sini untuk membalas dendam, atau untuk menghukum Kouki karena dosa-dosanya. Apa pun penebusan dosa yang perlu dia lakukan, itu bisa diurus nanti. Bukan itu alasan mereka mengatasi keputusasaan yang menghancurkan dan menendang logika ke pinggir jalan. Mereka ada di sini untuk satu hal, dan satu hal saja: memberikan pukulan yang bagus ke wajahnya dan membawanya kembali bersama mereka.
“Shizuku, aku akan mengurus Divine Wrath. Kamu sadarkan Kouki!” Teriak Ryutarou.
“Divine Wrath itu jauh lebih berbahaya daripada naga yang kita hadapi sebelumnya. Bahkan transformasi terkuatmu pun tidak akan cukup. Kau akan mati jika mencoba melawannya.”
Ryutarou memberi Shizuku seringai tanpa rasa takut dan menjawab, “Heh, jangan khawatirkan aku. Tidak mungkin aku mati di sini. Aku tidak bisa membiarkan Kouki membunuhku, jadi tidak mungkin aku mati!”
“Dasar bodoh. Logika macam apa itu? Yah… kurasa tidak apa-apa. Logika tidak akan banyak membantu kita di sini. Orang bodoh itu mengamuk untuk terakhir kalinya, jadi kurasa aku harus menghajarnya sampai dia akhirnya meminta maaf!” Kata Shizuku, memberinya seringai tanpa rasa takut.
“Aku mengandalkanmu!” Teriak Ryutarou saat dia melompat ke depan, bertekad untuk membawa temannya kembali ke akal sehatnya tidak peduli apapun resikonya. Tubuhnya kelelahan karena transformasi yang berulang-ulang, tetapi dia melompat ke depan dengan kecepatan yang luar biasa.
“Menjauh-lah! Jangan mendekat padaku!” Teriak Kouki, mengarahkan pedangnya ke Ryutarou dan menembakkan ledakan Divine Wrath padanya.
Dinding cahaya penghancur memenuhi penglihatan Ryutarou, menghapus berbagai hal yang lain. Sihir Kouki memang jauh lebih mematikan dari sebelumnya. Bahkan bentuk wereogre Ryutarou tidak akan mampu bertahan dari serangan sebesar ini. Namun—
“Majulah, pohon jurangku yang memakan cahaya— Transformasi – Treant!”
Ryutarou memiliki satu kartu truf terakhir yang masih disimpan olehnya. Kulitnya menjadi keriput, kasar, dan cokelat, sementara matanya mulai bersinar merah tua. Tepat setelah transformasinya menjadi setengah pohon selesai, Divine Wrath menghantamnya. Itu menghentikan langkahnya, tetapi itu tidak membuatnya menguap. Dia menyilangkan tangannya di depan wajahnya untuk melindungi dirinya sendiri, menahan serangan cahaya yang melenyapkan.
“Mu-Mustahil…” Gumam Kouki, hanya bisa tercengang dengan mulutnya ternganga. Menurut pikirannya, dia mengira Shizuku dan Ryutarou akan menghindar, jadi melihat Ryutarou menhadapi serangannya secara langsung cukup mengejutkan. Terlebih lagi karena itu tampaknya tidak membunuhnya.
“Uoooooooooooooooh!”
Faktanya, Ryutarou berhasil maju perlahan. Sekuat sebatang pohon, dia tetap teguh saat melawan derasnya semburan cahaya putih. Transformasi treant tidak memiliki banyak pertahanan fisik, dan sangat lemah terhadap api. Plus, itu juga tidak memiliki banyak kekuatan ofensif. Dan yang terburuk, itu lambat. Dalam bentuk ini, Ryutarou tidak bisa lebih cepat dari manusia biasa ketika berjalan cepat.
Wujud Treant sama sekali tidak cocok untuk pertempuran jarak dekat. Namun, itu memang memiliki satu properti yang sangat berharga... sihir khusus Photoabsorption, yang memungkinkan pengguna untuk menyerap segala dan semua sihir cahaya lalu mengubahnya menjadi Mana. Ryutarou telah memperoleh transformasi ini semata-mata untuk membuktikan kepada Kouki bahwa dia tidak akan pernah mengabaikan dia, tidak peduli apa yang dilakukan Kouki. Itu biasanya bentuk yang tidak berguna, tetapi dalam hal ini, itu adalah kartu truf terkuat. Ryutarou menjaga pandangannya tetap tertuju pada Kouki, bahkan dengan semburan cahaya yang berputar di sekelilingnya.
Aku datang untukmu. Jangan berani-beraninya kau kabur.
Kekuatan semata dari kemauan Ryutarou menyebabkan Kouki secara tidak sengaja terhuyung mundur. Ketakutan merayap di matanya. Tekad Ryutarou begitu mempesona sehingga membuatnya sangat sadar betapa menyedihkannya dirinya.
“Aku… aku menyuruhmu menjauh! Jika kau mendekat, aku akan benar-benar membunuhmu, kau dengar aku?! Kau mungkin sahabatku, tapi aku tidak akan menahan diri!”
Ryutarou hanya tertawa. Fakta bahwa Kouki mengatakan “benar-benar membunuhmu” hanya membuktikan kepada Ryutarou bahwa dia tidak benar-benar ingin membunuhnya sama sekali. Memang, terlepas dari betapa terangnya Divine Wrath milik Kouki, pancaran pedangnya redup. Itu seperti manifestasi fisik dari keraguan pemiliknya.
Di sisi lain, Ryutarou dipenuhi luka. Seperti yang dikatakan Shizuku, bahkan wujudnya yang seperti ini tidak dapat sepenuhnya menahan serangan Kouki. Cahaya yang menembus sihir spesialnya merobek kulit Ryutarou, membuka luka baru dan langsung menguapkan darah yang keluar. Namun meski begitu, dia menyeringai tanpa rasa takut dan terus mendesak maju.
“A-Aaaaaaaaaaaaaaaaah!” Jerit Kouki bagaikan tercekik, bahkan tidak yakin dengan apa yang dia lakukan lagi... atau mengapa dia melakukannya.
Satu-satunya pikiran yang tersisa di kepalanya adalah, Ini tidak seharusnya jadi seperti ini.
TL: Sui EDITOR: Drago Isekai | ||
<<-PREV | TOC | NEXT->> |