Arifureta Shokugyou de Sekai Saikyou Light Novel Bahasa Indonesia Vol 12 : Chapter 2 - Part 1
Arifureta: From Commonplace to World's Strongest Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Chapter 2 - Part 1 |
||
---|---|---|
Uluran tangan | ||
Font Size :
|
|
|
Bahkan setelah Hajime pergi, Kouki terus memelototi menara jam. Eri juga dengan hati-hati menatap ke atas untuk memastikan dia tidak tiba-tiba kembali.
“Wow… jadi monster itu berhasil melewatinya. Menarik,” Gumam Eri pada dirinya sendiri. Setelah memastikan bahwa Hajime benar-benar pergi, dia menghela nafas lega, meskipun sedikit frustrasi tetap ada di matanya.
Untuk sesaat, Shizuku bingung dengan reaksinya, tapi kemudian semuanya menjadi semakin jelas. Tapi kemudian, dia merenung, “Apakah alasan mereka tidak menggunakan gerbang untuk melarikan diri karena mereka tidak bisa?”
“Hah? Apa maksudmu, Shizuku?” Tanya Ryutarou.
“Ehit menolak mereka… atau lebih tepatnya, dia pikir akan menyenangkan jika kita berkelahi, jadi dia mengatur ini.”
“Jadi dia mengadu kita satu sama lain untuk kesenangannya sendiri? Dasar bajingan.”
Shizuku relatif percaya diri dengan hipotesisnya, terutama mengingat bagaimana Eri memelototinya setelah dia menyuarakannya.
Sambil mendesah, Eri menggelengkan kepalanya dan menyingkirkan permainan Ehit dari pikirannya untuk saat ini. Sementara dia tidak senang tentang itu, sekarang dia punya hal yang lebih penting yang harus dilakukannya. Setidaknya dia tidak harus berurusan dengan satu musuh yang dia tahu tidak akan dia lawan— Hajime. Seringai merendahkannya kembali, dan tidak ada rasa takut lagi di baliknya.
“Kalian memang bodoh. Kalian seharusnya membuang harga dirimu dan memohon bantuan monster itu. Tanpa dia, kalian tidak memiliki peluang melawan kami,” Kata Eri, melebarkan sayapnya dan membuat mana berwarna abu-abu berputar di sekelilingnya dalam upaya untuk mengintimidasi Shizuku dan yang lainnya.
Namun, Suzu tidak tergoyah sama sekali, dan dia dengan santai menjawab, “Kau benar-benar banyak bicara begitu dia pergi, Eri. Jangan khawatir. Apa pun yang terjadi, kami tidak akan mencoba memanggilnya kembali ke sini, jadi kau bisa berhenti gemetaran.”
“Begitu ya jadi kau telah belajar cara berbicara untuk berlagak sombong,” Kata Eri, senyumnya menghilang. Dia kemudian memeriksa Suzu seolah dia adalah makhluk baru yang aneh.
Suzu yang Eri kenal itu naif, sederhana, dan mudah dimanipulasi. Sulit untuk membayangkan orang di hadapannya adalah orang sama yang dia kenal. Suzu tampak lebih bertekad daripada yang pernah dilihat Eri sebelumnya, dan dia juga tampak lebih mendalami dirinya. Eri sama sekali tidak menyukai Suzu baru ini. Dia tidak bisa menjelaskan mengapa tatapan Suzu yang teguh dan tak tergoyahkan begitu mengganggunya, tapi memang begitu yang dirasakannya.
Aura haus darah keluar dari mata Eri, dan sebagai tanggapan, mata Suzu berkobar dengan semangat juang. Keduanya saling menatap begitu intens sehingga terasa seperti percikan api beterbangan dari kekuatan tatapan mereka. Pada saat itulah Kouki akhirnya mengembalikan perhatiannya ke tanah.
“Maukah kalian menyerah? Aku hanya ingin menyelamatkan kalian semua,” Katanya, terdengar sangat tulus. Sayangnya, dia berada di bawah kesalahpahaman yang sangat besar sehingga “bantuan”-nya sama sekali tidak membantu.
Ryutarou mencibir dan menjawab, “Kaulah yang terbalik memahaminya, kawan.”
“Begitukah?”
“Kami di sini untuk menyelamatkanmu.”
“Apa maksudmu?”
“Tidak mengerti ya? Tentu saja tidak. Karena saat ini, kau benar-benar idiot. Kau terlalu bodoh untuk melihat apa yang ada di depan wajah sialanmu itu,” Kata Ryutarou sambil mengambil langkah tegas ke depan, menyeringai seperti serigala liar. Kouki sangat kewalahan sehingga dia menelan protesnya. “Tapi karena itulah aku di sini. Aku terpaksa harus mengajarkan itu padamu! Kau adalah sahabatku, dan itulah mengapa aku akan mengalahkanmu! Gertakan gigimu, karena ini akan menyakitkan!”
Mana hijau zamrud Ryutarou berputar-putar di sekelilingnya. Ada lebih banyak dari sebelumnya, dan jelas bagi Kouki bahwa Ryutarou juga tumbuh lebih kuat. Faktanya, Ryutarou sekarang lebih kuat dari Kouki sebelum penguatan yang diterimanya. Tapi yang lebih menakutkan daripada kekuatannya adalah tekad di matanya. Kouki mengambil langkah mundur secara tidak sengaja bukan karena kekuatan Ryutarou, tetapi karena sorot matanya. Terlepas dari ikatan yang Eri telah tempatkan pada jiwanya, dia masih melirik ke arah Shizuku, alasan sebenarnya mengapa dia jatuh hingga sejauh ini. Meskipun secara fisik dia adalah orang terkuat yang hadir, dia terlihat sangat putus asa dan rentan. Dia berharap bahkan saat dicuci otak, Shizuku, setidaknya, akan menunjukkan simpati padanya. Seperti yang telah dia lakukan berkali-kali sebelumnya, dia mengabaikan kenyataan di depannya dan berdoa agar segala sesuatunya berjalan dengan nyaman untuknya.
Namun, Shizuku langsung memotong harapannya dengan mengatakan, “Aku tidak datang ke sini dengan tekad setengah hati. Jangan mengharapkan belas kasihan dariku!”
Suaranya menggelegar di kota yang hancur, dan saat dia menghunus pedangnya, wajah Kouki memucat. Yang paling membuatnya ngeri adalah bahwa kata-kata Shizuku ditujukan kepada dia dan Eri. Sekarang, bahkan omelan Shizuku tidak lagi ditujukan hanya untuknya. Hati Kouki tenggelam, dan dia perlahan-lahan mulai tenggelam dalam keputusasaan. Dia sangat berharap bahwa Shizuku hanya akan menatapnya dan merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan Shizuku padanya, tetapi tidak ada yang terjadi.
“Jangan khawatir, Kouki-kun. Tidak masalah. Aku akan menyelamatkanmu. Ingat, aku di pihakmu,” Kata Eri dengan suara manis. Kata-katanya mencapai Kouki bahkan saat dia berkubang dalam keputusasaan.
“Eri…”
“Aku satu-satunya yang tidak akan pernah mengkhianatimu. Aku satu-satunya yang akan selalu mendukungmu,” Bisiknya menggoda, mengalihkan perhatian Kouki dari Shizuku.
Kouki berbalik lalu menyadari bahwa wajah Eri beberapa inci dari wajahnya sendiri. “Iya, terima kasih, Eri,” Katanya sambil memberinya senyum miring, matanya yang keruh tidak melihat apa-apa.
Eri balas tersenyum padanya, wajahnya tampak seperti kaca retak, dan menjentikkan jarinya. Raungan memekakkan telinga bergema, dan kemudian banyak sosok melesat keluar dari puing-puing di dekatnya, menyebabkan hujan puing jatuh di sekitar mereka. Percakapan sejauh ini hanyalah tipuan untuk mengulur waktu. Prajurit bersayap abu-abu mengepung Shizuku di setiap sisi kecuali yang telah dilenyapkan Hajime. Mereka semua adalah ksatria Heiligh yang Shizuku kenali, tapi mereka telah berubah menjadi tiruan mengerikan dari diri mereka sendiri setelah Eri mencampurkan darah monster ke dalam tubuh mereka dan mengikat jiwa mereka. Shizuku pernah melihat tentara mayat hidup seperti ini sebelumnya, tetapi mereka memiliki tambahan baru yang mengejutkan kali ini.
“Sayap abu-abu…? Jangan bilang…” Gumamnya pelan.
“Kau tahu itu!” Jawab Eri sambil bertepuk tangan. Semua prajuritnya telah mengalami demiapostleified.
“Aku menyebut mereka Corpse Apostleku. Mereka mungkin tidak bisa menangani tembakan misil secara langsung, tapi mengubur mereka di bawah reruntuhan saja tidak cukup untuk membunuh mereka!”
Ada hampir dua ratus dari mereka, dan sementara mereka tidak sekuat apostles yang asli, mereka masih di antara makhluk paling kuat yang ada. Shizuku akhirnya mengerti dari mana arogansi Eri berasal, terutama mengingat hampir tiga hari telah berlalu sejak pertarungan mereka di kastil Raja Iblis. Dia mungkin menganggap Shizuku dan yang lainnya tidak mungkin jadi lebih kuat dalam waktu sesingkat itu.
“Apakah kau benar-benar berpikir aku akan bertarung dengan adil dan jujur? Tidak. Aku akan menghancurkanmu dengan jumlah dan—”
“Tanda-tanda khas jiwa dianalisis, koordinat terkunci. Hallowed Ground - Immortal Prison.”
Dengan putaran sederhana dari kipasnya, Suzu benar-benar menghancurkan harapan Eri. Geyser dari Mana oranye meledak darinya, mengikuti lengkungan yang telah digambar kipasnya dan menelan seluruh Corpse Apostles. Hallowed Ground - Immortal Prison adalah mantra penghalang asli yang dikembangkan sendiri oleh Suzu. Kipasnya ditingkatkan dengan sihir roh yang memungkinkannya melacak jiwa musuhnya, serta sihir spasial yang memungkinkannya mengunci koordinat tertentu. Akibatnya, dia bisa menentukan beberapa musuh sekaligus dan menjebak mereka di penghalang yang dibuat khusus. Meskipun kemampuan kipasnya sangat mengesankan, yang lebih mengesankan adalah kemampuannya untuk menyimpan koordinat dua ratus musuh dengan kuat di benaknya dan menyegel mereka semua seorang diri. Eri dan Kouki hanya terkejut dengan mulutnya ternganga. Sementara itu, Shizuku dan Ryutarou menekan keunggulan mereka.
“Demonic Steel Fist - Giant Slayer!”
“Instant Transcendence - Flash Slice!”
Ryutarou dan Shizuku berlari ke depan dengan kekuatan yang begitu hebat sehingga puing-puing di bawah mereka hancur. Pada saat Kouki tersadar kembali, tinju Ryutarou sudah beberapa inci dari wajahnya. Kouki dengan cepat mengangkat perisainya, tapi itu tidak cukup.
“Ngh!” dia menggerutu dengan gigi terkatup.
Ryutarou telah berlatih karate selama bertahun-tahun bahkan sebelum datang ke dunia ini, dan Kouki selalu tahu betapa mematikannya tinju temannya. Namun, kekuatan pukulan yang baru saja dia terima jauh lebih hebat dari apa pun yang dia perkirakan. Demonic Steel Fist - Giant Slayer adalah gerakan yang relatif sederhana di mana Ryutarou memusatkan semua mana ke dalam gauntletnya— yang merupakan artefak khusus yang dibuat Hajime untuknya yang disebut Demonic Gauntlets— dan menggunakannya untuk secara eksponensial meningkatkan kekuatan pukulannya. Gauntletnya ditingkatkan dengan Diamond Skin, hal itu bisa menghasilkan gelombang kejut Mana ketika membentur, dan pekerjaannya, biksu, membiarkan dia mengirim benturan itu melalui pertahanan lawannya dan menyerang organ dalam mereka secara langsung.
Pukulan Ryutarou sekarang cukup kuat untuk menghancurkan baja, dan bahkan dengan kekokohan konyol yang diberikan oleh statistik Kouki, butuh semua kekuatannya hanya untuk menahan pedangnya. Dia juga tidak bisa menahan diri dari serangan itu, karena pijakannya yang buruk, jadi dia dikirim terbang. Eri ingin lari untuk membantu Kouki, tapi instingnya berteriak padanya untuk menghindar, jadi dia secara refleks mundur. Dia tidak mendengar suara apapun atau bahkan melihat kilatan pedang, tapi memang ada tebasan, jadi menghindar adalah langkah yang tepat.
“Ngh!”
Melihat ke bawah, Eri melihat bahwa claymore-nya telah terbelah menjadi dua. Seandainya dia tidak melompat mundur dan menggunakan pedang itu untuk memblokir, dia akan mengalami nasib itu sebagai gantinya… dan instingnya hanya bisa menyelamatkannya karena dia telah melihat kemampuan pedang Shizuku berkali-kali saat mereka berada di party yang sama. Bahkan penundaan beberapa nanodetik pun akan mengakhiri pertempuran ini bahkan sebelum benar-benar dimulai. Instant Transcendence adalah bentuk sihir evolusi yang dikembangkan Shizuku. Dengan mengaktifkan sihir evolusi hanya secara instan saat dia menyerang, dia menjaga konsumsi Mananya tetap rendah dan juga membuatnya mustahil untuk mengetahui kapan dia akan menggunakannya. Katana baru yang Hajime berikan padanya membantunya mengendalikan aktivasi seketika dari sihir evolusi, serta meredam ledakan Mana yang biasa menyertai penggunaan sihir kuno.
Terlebih lagi, karena mantra itu diaktifkan hanya dalam sekejap, Shizuku bisa menggunakannya berkali-kali dalam serangan yang sama. Di sini, dia menggunakannya sekali di kakinya saat menyerang ke depan, sekali di lengannya saat menghunuskan pedangnya, dan terakhir kali di pedangnya sendiri untuk memperbesar sifat penghancur-ruangnya. Akibatnya, serangannya senyap, tidak terlihat, dan cukup kuat untuk mengiris claymore buatan Ehit.
“Sepertinya serangan kejutan kecilmu tidak berhasil,” Kata Eri, melawan balik dengan rentetan bulu abu-abu disintegrasi sepanjang waktu. Shizuku tidak mencoba mendorong terlalu jauh dan malah mundur ke tempat Suzu berada dan menebas beberapa bulu yang sampai padanya.
“Aku tahu kau akan bisa bertahan melawannya, meskipun aku berharap untuk memotong tanganmu,” Kata Shizuku dengan suara dingin.
Eri mensummon claymore lain dari udara tipis, sebutir keringat menetes di dahinya, lalu berseru, “Oooh, menakutkan sekali. Kau ingin menyiksaku sebelum membunuhku, kalau begitu?”
Eri tampaknya percaya Shizuku dan yang lainnya ada di sini untuk membalas dendam. Shizuku dan Suzu sama-sama membuka mulut untuk berdebat, tetapi sebelum mereka bisa, Eri mencibir dan berkata, “Tapi sadarkah kalian, Kurasa kalian-lah yang meremehkan diriku di sini."
Mana melonjak keluar dari Corpse Apostles yang telah dijebak Suzu. Mereka memiliki mana berwarna abu-abu yang sama dengan yang dimiliki Eri, tetapi itu bercampur dengan mana berwarna merah tua yang dimiliki monster. Proses demi-apostleifikasi telah membuka potensi penuh dari makhluk buatan Eri.
“Ngh, sudah kuduga mereka juga bisa menggunakannya,” Suzu tersentak saat dia berjuang untuk menjaga penghalangnya agar tidak terkikis dari dalam. Dia menduga Corpse Apostles Eri juga bisa menggunakan sihir disintegration, tapi dia berharap mereka tidak bisa. Dilihat dari fakta bahwa mereka tidak segera menggunakannya setelah dikurung, butuh beberapa waktu bagi para Corpse Apostles untuk mempersiapkannya, tetapi fakta bahwa mereka dapat menggunakannya adalah masalah yang cukup besar. Dan untuk memperburuk keadaan—
“Dowaaaaaah!” Ryutarou dikirim terbang kembali.
“Nimbus!” Teriak Suzu, melambaikan kipasnya. Sebuah jaring yang terbuat dari cincin cahaya kemudian muncul untuk menangkap Ryutarou dan menyelamatkannya dari kejatuhannya.
“Sial, itu tadi nyaris. Penyelamatan yang bagus, Suzu.”
Ryutarou bangkit berdiri saat dia berterima kasih kepada Suzu. Keringat bercucuran di dahinya, dan ada luka sobek yang dalam di pelindung dadanya. Armornya, sama seperti senjatanya, adalah artefak yang dibuat oleh Hajime, dan selain sangat kokoh, itu juga ditingkatkan dengan Diamond Skin. Ryutarou sendiri juga telah mengaktifkan Diamond Skin, tetapi pertahanan rangkap tiganya masih kewalahan menangani satu serangan.
“Apakah kau mengerti sekarang, Ryutarou? Kau tidak bisa mengalahkanku,” Kata Kouki datar, angin berputar di sekelilingnya saat dia turun ke tanah. “Shizuku, Suzu, hentikan ini. Menyerahlah, dan aku tidak perlu menyakiti kalian.”
Mana melonjak di sekelilingnya dan matanya bersinar perak murni, yang merupakan bukti bahwa dia telah mengaktifkan Overload, skill turunan Limit Break. Shizuku dan yang lainnya dapat mengetahui secara naluriah bahwa bahkan dengan semua peningkatan yang mereka miliki dari artefak mereka, statistik Kouki dengan mudah jadi dua kali lipat dari mereka, jika tidak lebih. Dari kelihatannya, semua statistik Kouki lebih dari sepuluh ribu.
“Oh, ngomong-ngomong, baik aku maupun Kouki-kun tidak akan pernah kehabisan mana,” Kata Eri sambil menyeringai. Sama seperti apostles sejati, mereka berdua terus-menerus disuplai dengan mana dari Ehit.
“A-aku tidak ingin membunuh kalian!” Teriak Kouki, mendorong Ryutarou untuk memberinya tatapan bingung.
“Hei, apa yang terjadi dengan membebaskan kami dari cuci otak kami atau apa? Kau jelas-jelas mengincar leherku barusan. Itu menyakitkan, kawan, kukira kita berteman.”
“Jika aku tidak bisa meyakinkanmu dengan kata-kata, aku harus membunuhmu, tapi jangan khawatir…” Gumam Kouki, mengarahkan pedangnya ke Ryutarou dengan ekspresi sedih di wajahnya. Dia benar-benar memainkan sudut pandang “pahlawan tragis” sepenuhnya. “Bahkan jika aku harus membunuhmu, Dewa akan menghidupkanmu kembali. Dan ketika kau bangun lagi, dunia akan kembali seperti semula. Tidak, ini akan menjadi dunia yang lebih adil dari sebelumnya!”
Kouki dengan putus asa memohon agar teman-temannya menyerah sehingga dia tidak perlu membunuh mereka, tetapi Ryutarou hanya menggosok kepalanya seolah-olah untuk mengatasi sakit kepala yang akan datang dan menjawab, “Omong kosong macam apa yang dia masukkan ke dalam kepalamu?”
Setengah untuk keuntungan Kouki, Suzu menoleh ke Eri dan berkata, “Hei, Eri, kau berencana menggunakan Spirit Bindingmu untuk mengubah kita semua menjadi undead setelah kau membunuh kami, bukan? Itu solusi yang paling nyaman untukmu.”
“Apaaaa? Sungguh kejam! Aku bahkan tidak akan pernah kepikiran melakukan hal seperti itu…” Jawab Eri dengan polos, bibirnya berkedut membentuk seringai kecil, merusak tindakan “gadis baik” yang dia lakukan. Meskipun, tentu saja, Kouki tidak menyadarinya. Tentu saja, karena Eri ingin berduaan dengan Kouki, dan Kouki ingin menyelamatkan teman-temannya, itu adalah cara paling efisien untuk mencapai kedua tujuan secara teknis.
“Bagaimana bisa kau mengatakan itu, Suzu?” Tanya Kouki, terlihat kecewa padanya. “Eri adalah sahabatmu…! Tidak, tunggu, ini pasti akibat pencucian otak. Tolong kembali ke akal sehatmu!”
“Itu kalimat kami, Kouki,” Kata Shizuku lembut, menatap mata Kouki. “Ya, jiwamu sedang dikendalikan, tapi kau pasti sudah menyadari kebenarannya sekarang. Tentunya kau dapat mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan Eri, apa yang ingin dilakukan Ehit kepada semua orang, dan bahwa kau hanya menyalahkan Hajime karena kamu tidak ingin menerima kenyataan.”
Nada dingin Shizuku menjelaskan bahwa jika Kouki terus berlagak buta bahkan setelah mendengar semua itu, dia akan berjuang sampai akhir.
“Bukalah matamu. Berhentilah melamun dan hadapi kenyataan,” Kata Shizuku, lalu menarik napas dalam-dalam dan menunggu dengan sabar jawabannya. Dia tidak akan mengalihkan pandangannya, tidak peduli apa keputusan terakhirnya. Dia sudah memutuskan bahwa dia tidak akan pernah berpaling dari kenyataan, tidak peduli itu bakal menjadi sekeras apa. Sebagai satu tamparan verbal terakhir ke wajahnya, dia berbicara kepada temannya yang jatuh, mengatakan, “Berhentilah melarikan diri dari kami.”
Kouki terhuyung mundur, tampak seperti disambar petir. Eri mendecakkan lidahnya kesal.
“Kasihan Kouki-kun. Hajime Nagumo mengambil semuanya darimu! Dan meskipun Shizuku dan yang lainnya telah mengkhianatimu, kau masih mencoba menyelamatkan mereka!”
“Eri…”
“Sayangnya, sepertinya cuci otak berjalan begitu dalam sehingga kita harus membunuh mereka. Tapi jangan khawatir, Kouki-kun. Aku akan mengurus semuanya. Aku tidak akan pernah membuatmu melakukan sesuatu yang kejam seperti membunuh teman-temanmu!”
Setelah mengatakan itu, Eri bersandar pada Kouki dan menyeringai jahat pada Shizuku. Dia memainkan peran “heroine yang setia” sama seperti Kouki memainkan pahlawan yang tragis. Shizuku dan Suzu sama-sama meringis, tetapi tindakan buruk itu tampaknya berhasil dengan sempurna pada Kouki.
“Tidak apa-apa, Eri. Aku tidak akan memintamu untuk mengotori tanganmu demi aku,” Kata Kouki, menoleh ke Eri dengan senyum meyakinkan.
“Sepertinya kita belum bisa menyelesaikan ini dengan kata-kata,” Kata Suzu sedih.
“Iya. Eri masih mengotak-atik kepalanya dan menggunakan Spirit Binding padanya. Sampai kita menyingkirkannya, dia tidak akan mendengarkan sepatah kata pun yang kita ucapkan,” Jawab Ryutarou.
“Tidak apa-apa. Aku tahu sejak awal bahwa kata-kata saja tidak akan cukup,” Kata Shizuku dengan tegas. Mereka sudah mengatakan bagian mereka kepada Kouki, jadi yang tersisa hanyalah melihat siapa yang akan bertahan dalam pertempuran kehendak ini.
Sambil mendesah kecewa, Kouki menatap sedih pada mantan rekannya dan berkata, “Jadi, kau tidak akan mendengarkan alasan, kalau begitu? Baik. Aku tidak akan goyah lagi. aku… aku—”
Kouki mengangkat pedangnya ke atas kepalanya, dan pusaran mana putih dan perak yang berputar muncul di ujungnya. Itu tampak seperti galaksi mini. Mana itu begitu padat dan kuat sehingga menghanguskan udara di sekitarnya.
“Aku akan membunuhmu untuk menyelamatkanmu!”
Sayap putih bersih menyebar dari Mana yang terkumpul. Selanjutnya, ekor tebal tumbuh dari belakang, dan empat anggota badan yang kuat menghantam puing-puing dengan bunyi gedebuk, cakar mencungkil batu. Akhirnya, leher panjang memanjang dari depan, berakhir dengan kepala ganas yang terletak sepuluh meter di atas tanah. Dua tanduk tumbuh dari dahi, dan gigi ganas berjajar di rahang makhluk itu. Itu adalah seekor naga. Naga besar yang terbuat dari cahaya perak. Itu berdiri di belakang Kouki, memelototi Shizuku dan yang lainnya.
“Divine Wrath dari Seribu Bentuk - Bentuk Naga. Naga ini adalah cahaya yang bersinar yang akan menghancurkanmu,” Kata Kouki dengan suara serius. Divine Wrath adalah mantra cahaya terkuat, serta kartu truf utama sang pahlawan. Biasanya, itu hanya ledakan cahaya, tetapi Kouki telah menemukan cara untuk mengubah bentuknya dan membuatnya tetap aktif secara permanen. Itu adalah mantra terkuat Kouki, sesuatu yang hanya bisa dia lakukan berkat statistiknya yang ditingkatkan dan pasokan mana yang tak terbatas.
“Shizuku, Ryutarou, Suzu. Kita akan bertemu lagi ketika dunia sudah diperbaiki.”
Setelah mendengar itu, mereka bertiga tersenyum tanpa rasa takut dan membantah kata-katanya.
“Hmph. Aku ingin melihatmu mencoba, dasar lemah!”
“Hah, jangan ngimpilah!”
“Tekad kami jauh lebih kuat dari yang kau kira!”
Naga itu mengeluarkan raungan pertamanya, membuat Shizuku dan yang lainnya mengerutkan wajah mereka. Mereka mengharapkan serangan segera, tetapi sebaliknya, mereka melihat naga mengumpulkan bola cahaya di mulutnya.
“Shizushizu, Ryutarou-kun!” Teriak Suzu. Mereka berdua mengangguk sebagai jawaban, segera menangkap niatnya tanpa dia perlu mengatakan apa-apa lagi, dan berlari. Sedetik kemudian, mana oranye Suzu menyala.
“Hallowed Ground - Scatter!”
Sebuah penghalang berbentuk kubah muncul di sekitar kelompok itu, tetapi tidak seperti Hallowed Ground biasanya, mana yang terdiri dari penghalang itu berputar-putar dengan kecepatan tinggi. Ini adalah penghalang khusus yang menyerap dan mengarahkan kembali dampak serangan.
Sesaat kemudian, naga itu melepaskan napas perak murninya, dan serangan yang beberapa kali lebih kuat dari Divine Wrath milik Kouki menghantam penghalang. Bagian dari sinar yang dialihkan melenyapkan sekeliling party, tapi bagian yang tidak masih cukup kuat untuk memecahkan penghalang Suzu.
“Nnnnnnnnn!” Erang Suzu dengan gigi terkatup.
Divine Wrath berakhir dalam hitungan detik, jadi tidak terlalu sulit untuk diblokir, tetapi serangan ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Suzu sudah berjuang untuk menahan beam cahaya itu, tetapi kemudian Eri menambahkan serangannya sendiri ke dalam serangan itu.
“Menyedihkan, Suzu. Phantom Pain!” Seru Eri. Suaranya terdengar sangat jelas melalui deru napas naga yang memekakkan telinga.
Tak lama kemudian, seluruh tubuh Suzu didera rasa sakit yang luar biasa. Seolah-olah seribu jarum telah ditusukkan ke setiap pori-pori kulitnya. Suzu meraung kesakitan, dan kendalinya atas penghalangnya goyah. Namun, dia mempertahankan bagian yang menghalangi napas di atas mereka, bertekad untuk setidaknya memastikan bahwa satu serangan tidak akan berhasil menembusnya. Dengan memfokuskan usahanya pada satu titik itu, dia benar-benar berhasil memperkuat penghalangnya.
Sungguh disayangkan bagi mereka, Eri sudah menduga itu akan terjadi.
“Aha! Kalian target yang mudah sekarang. Mati,” Kata Eri, terdengar sangat bersemangat saat dia mengulurkan tangannya dan menembakkan sinar disintegration ke kelompok itu.
Lebih buruk lagi, Corpse Apostles membanjiri dari segala arah tetapi langsung di atas mereka. Mereka membawa berbagai senjata mulai dari pedang, tombak, gada, hingga belati. Dari kelihatannya, mereka diatur menjadi barisan depan dan barisan belakang, dan barisan belakang tetap di belakang untuk mengeluarkan sihir. Dalam hitungan detik, sinar disintegrasi menghujani mereka dari semua sisi; bukan hanya dari Eri. Eri yakin serangan terkonsentrasi ini akan memusnahkan Shizuku dan yang lainnya, tapi kemudian, Eri dan Kouki mendengar mereka bertiga berbicara. Kali ini, suara mereka yang terdengar sangat baik di tengah keributan itu.
“Kemarilah, pedangku yang hidup. Seratus Pedang Onyx!”
“Kemarilah, kawanku pemburu dari jurang maut! Werewolf Prime!”
“Kemarilah, familiarku yang setia! Abyssal Swarm!”
Tiba-tiba, benda hitam yang tak terhitung jumlahnya melesat keluar dari cahaya putih, langsung menuju Kouki.
“Apa yang—?!” Teriaknya, terkejut dengan serangan balik yang tak terduga. Karena kebingungan itu, reaksinya tertunda sepersekian detik, jadi dia tidak bisa menggunakan Divine Wrath-nya untuk melindungi dirinya.
Kouki secara refleks mencoba untuk menjatuhkan benda hitam itu dengan pedangnya, tetapi dia hanya bisa menepis beberapa sebelum dia kewalahan.
“Gah!”
Darah menyembur dari lengan Kouki, dan pedangnya terlepas dari tangannya. Meskipun itu berarti menghentikan serangan naganya, Kouki tahu dia tidak punya pilihan selain melompat. Dia memanggil pedangnya kembali dengan pikirannya dan secara defensif melingkarkan ekor naganya di sekelilingnya.
Sedetik kemudian, sepuluh katana hitam menusuk ekor tebal naga cahaya itu. Hal itu menembus sepenuhnya, tetapi itu hanya berhenti ketika hampir menikam Kouki.
Keringat dingin mengalir di dahi Kouki. Seandainya dia mencoba menggunakan penghalang biasa alih-alih Divine Wrath yang sudah ditingkatkan kekuatannya, dia akan tertusuk bagaikan sate. Menghilangkan rasa dingin yang mengalir di punggungnya, Kouki membuat naganya melecutkan ekornya, melepaskan katana dari ekor itu. Namun, yang mengejutkannya, katana itu terlihat hanya rusak ringan meskipun terkena kekuatan penuh dari naga cahaya yang membakar. Tapi yang lebih mengejutkan adalah— “Me-Mereka terbang?”
Fakta bahwa katana melayang di udara, mengelilinginya, mengejutkan sang pahlawan. Dan tentu saja, dia tahu hanya ada satu orang yang bisa menjadi tuan mereka.
Kouki berbalik ke arah tempat Shizuku berada dan bertanya dengan suara gemetar, “Ba-Bagaimana bisa kau…?”
Di satu tempat ada katana hitam yang menghalangi claymore Corpse Apostle. Di tempat lain, sebuah katana hitam memotong ujung tombak Corpse Apostle lainnya. Dan lagi, katana hitam menusuk tepat melalui mace Corpse Apostle.
Lusinan katana hitam mengelilingi Shizuku dan Suzu, menghentikan serangan Corpse Apostle sepenuhnya. Jika kau menambahkan sepuluh hal lain yang menyerang Kouki, jumlahnya tepat seratus.
Shizuku entah bagaimana membuat penghalang pedang yang sesungguhnya.
“Tebas habis mereka - Instant Transcendence!”
Saat Shizuku memberikan perintahnya, penghalang pedang berubah menjadi angin puyuh kematian. Setiap bilah menghasilkan satu potongan yang sangat presisi. Pada kenyataannya tebasannya sangat presisi, sulit untuk percaya bahwa Shizuku mengendalikan semua ini dari jarak jauh.
Ini adalah hasil dari artefak baru yang Hajime buat untuk Shizuku, Seratus Pedang Onyx. Mereka telah dibuat dengan cetak biru dengan dasar yang sama dari Living Bullets Hajime. Sihir gravitasi memungkinkan mereka terbang di udara, dan mereka memiliki sedikit kecerdasan. Pada dasarnya, mereka adalah golem yang berbentuk seperti katana. Mereka memiliki lebih banyak otonomi yang dikemas ke dalamnya daripada peluru Hajime, dan mereka terhubung secara telepati dengan Shizuku melalui sihir metamorfosisnya sendiri, membuatnya mudah untuk dikoordinasikan. Namun yang paling penting, Shizuku telah menghabiskan sedikit waktu yang dia miliki sebelum pertempuran dengan melatih mereka semua dalam gaya pedang Yaegashi, jadi keterampilan mereka sebanding dengan miliknya. Mereka semua juga ditingkatkan dengan sihir yang bisa memotong ruang, membuat serangannya hampir mustahil untuk diblokir, itulah sebabnya Kouki telah tergores dengan begitu mudah.
Aura biru mengelilingi bilah saat mereka berputar dengan kecepatan gila. Tidak mengherankan, para Corpse Apostles tidak dapat menahan serangannya yang gencar, dan dua puluh dari mereka dipotong-potong bersamaan dengan senjata dan baju besi mereka. Bahkan mereka yang berhasil mundur tepat waktu telah kehilangan beberapa bagian tubuh atau senjatanya.
Setelah serangan berakhir, pedang-pedang itu kembali ke tuannya, ujungnya menghadap ke lantai. Berdiri di tengah formasi, Shizuku tampak seperti salah satu pahlawan yang sangat dikagumi Kouki. Rambut Ponytailnya berkibar tertiup angin dan tatapannya yang dingin dan jernih menawan.
“Cantiknya…” Gumam Kouki tanpa menyadarinya.
Dia begitu terpesona sehingga dia tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya.
“Awoooooooooooooooo!”
Setelah mendengar raungan itu, Kouki menoleh untuk melihat makhluk berbulu hitam dengan mata merah menyala, cakar tajam, dan gigi runcing. Itu adalah Werewolf, dan saat ini sedang menyerang Eri. Itu muncul pada saat yang sama dengan pedang Shizuku, dan itu telah memotong petak kehancuran melalui Corpse Apostles dalam perjalanannya ke Eri.
Werewolf itu bergerak begitu cepat bahkan dengan indranya yang begitu peka seperti apostle, Eri hanya melihatnya sebagai hal yang tampak kabur.
Tapi yang lebih mematikan dari kecepatannya adalah variasi teknik karate yang digunakannya. Hal itu semua mirip dengan teknik Ryutarou, dan serangan werewolf sangat ganas sehingga Eri bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk terbang ke angkasa. Dia mencoba melumpuhkannya dengan rentetan bulu disintegration, tapi pelindung dada kulitnya dan gauntlets werewolf menangkis semuanya dengan mudah. Itu memiliki peralatan yang sama dengan Ryutarou, meskipun itu tumbuh ketika tubuh pemakainya telah berubah, dan bentuknya sedikit berubah untuk menyesuaikan pada perubahan fisiknya.
Pada titik ini, sudah jelas bagi Eri bahwa ini adalah Ryutarou.
“Cih… Kau menggunakan sihir metamorfosis pada dirimu sendiri? Ya ampun, kau benar-benar seorang musclehead ya!”
“Mungkin! Kau mengacaukan kami semua, jadi sekarang aku akan membuatmu menerima balasannya!”
Dugaan Eri memang benar tentang hal itu. Ryutarou telah menggunakan sihir metamorfosis pada dirinya sendiri untuk meningkatkan statistiknya.
Transformasi adalah mantra yang cukup sederhana dalam teori. Perapal menelan kristal mana yang diambil dari monster, yang memberikan tubuh mereka sifat monster itu. Sampai sekarang, Ryutarou telah fokus pada kemampuan pertarungan jarak dekat dan mengabaikan latihan sihirnya, jadi meskipun dia memiliki ketertarikan dengan sihir metamorfosis, dia kesulitan mendapatkan familiar untuk mengikutinya. Namun, setelah berpikir panjang, dia sampai pada kesimpulan bahwa jika dia tidak bisa menaklukkan monster untuk melayaninya, dia hanya akan berubah menjadi monster itu.
Tapi sementara itu terdengar sederhana, transformasi adalah salah satu mantra sihir metamorfosis yang paling sulit untuk dikuasai. Ryutarou cukup beruntung memiliki ketertarikan alami untuk transformasi tubuh, dan dia telah memperkuat pelatihan dengan kekuatan kasar. Eri benar-benar tidak salah mengira ketika dia memanggilnya seorang musclehead.
Untuk transformasi ini, Ryutarou menggunakan kristal mana dari raja werewolf yang tinggal di salah satu lantai terendah dari jurang maut. Transformasi itu memberinya sihir khusus dari monster yang dia gunakan sebagai dasar perubahan, dan dalam hal ini, raja werewolf memiliki Foresight, Peningkatan Persepsi, Flash Step, No Tempo, dan Percepatan. Bentuk ini dikhususkan untuk kecepatan, itulah sebabnya Ryutarou mampu mengungguli Eri.
Ketidaksabaran membuncah dalam diri Eri dan dia melirik Corpse Apostlenya untuk melihat mengapa mereka tidak menembakkan rentetan disintegrasi. Ketika dia melihat apa yang sedang terjadi, dia berteriak, “Apa yang kalian lakukan, orang-orang bodoh yang tidak berguna?! Bagaimana bisa kalian membiarkan beberapa serangga mengalahkan kalian?!”
Memang, segerombolan monster serangga telah menyerang barisan belakang Corpse Apostle tepat sebelum mereka bisa menyelesaikan rapalan mantranya. Kelabang raksasa memuntahkan asam yang sangat korosif yang memakan tubuh Corpse Apostle.
Para Corpse Apostle memang melawan balik, dan kelabang hampir tidak cukup kuat untuk menghadapi palu perang secara langsung, tetapi mereka masih menangani beberapa undead bersama mereka. Ditambah lagi, segerombolan lebah raksasa seukuran bayi menembakkan rentetan sengatan yang meledak saat bersentuhan, menabur lebih banyak perselisihan di antara regu Corpse Apostle.
Sekelompok belalang sembah menerjang kedalam kebingungan, menembakkan bilah angin ke segala arah untuk mendatangkan lebih banyak malapetaka di antara para Corpse Apostle. Sejumlah Corpse Apostle mencoba naik ke langit untuk melarikan diri ke tempat yang aman, tetapi mereka terjebak dalam jaring yang luar biasa kuat yang dipintal oleh sekelompok laba-laba. Namun, jika mereka tetap di tanah, gerombolan semut mulai membuat mereka kewalahan. Mereka semua bergegas keluar dari sekelompok artefak penyimpanan yang Hajime berikan kepada Suzu, yang dia juluki Pokeyballs. Sementara Shizuku dan Ryutarou membuat Kouki dan Eri sibuk, Suzu telah mengeluakan mereka ke setiap sudut medan perang. Bahkan alasan dia menangkap Corpse Apostle dengan penghalangnya adalah untuk mencegah mereka menyadari ancaman yang sebenarnya.
Monster-monster itu jauh lebih kuat dari yang kami lihat di kastil Raja Iblis! Pikir Eri, sedikit panik. Tapi tentu saja, monster yang Suzu gunakan sekarang jauh lebih kuat daripada monster yang tinggal di Hutan Haltina. Bagaimanapun, ini semua adalah monster dari kedalaman jurang... dan ada lima puluh dari mereka.
Sementara itu, Suzu sendiri dilindungi oleh penghalang kedap udara. Ini adalah salah satu penemuannya, Hallowed Ground - Citadel. Dia telah melemparkan dua puluh Hallowed Grounds sekaligus, dan setiap kali salah satu penghalang luar dihancurkan, penghalang lain akan melonjak maju untuk menggantikannya.
Dilindungi oleh penghalang yang begitu kuat, Eri dan Kouki tidak bisa berharap untuk menghentikan serangan monster dengan mencoba menyingkirkannya. Selain itu, karena dia melindungi dirinya sendiri, tidak ada rekannya yang perlu berdiri di belakangnya dan melindunginya. Segera setelah dia selesai menggunakan pertahanannya, Shizuku mengarahkan semua seratus katananya ke Kouki.
“Nomor dua puluh hingga lima puluh, bunuh Shizuku! Enam puluh hingga delapan puluh, dukung aku! Kalian semua harus menyerang Suzu! Barisan belakang, jangan repot-repot mencoba mempersiapkan sihir disintegrasimu, cepatlah turun!” Teriak Eri memerintah dengan suara melengking, topeng kepercayaan dirinya terlepas. Dia bisa merasakan situasinya bergeser menjauh darinya. Seolah-olah semua orang dan segala sesuatu di dunia ini menolaknya, yang merupakan perasaan yang terlalu familier baginya.
“Raaaaaaaaaaaah!” Ryutarou meraung saat dia menyerang Eri.
“Berhenti menggonggong, dasar anjing. Crazed Moon - Kekuatan Penuh!”
Eri melepaskan gelombang sihir disintegrasi ke sekelilingnya, menyebabkan Ryutarou tersandung sesaat, lalu menggunakan mantra sihir hitam pamungkasnya untuk membuat Ryutarou kehilangan kesadaran selama beberapa detik.
Bulan hitam yang berkedip-kedip seukuran bola tenis muncul di antara Eri dan Ryutarou. Ini adalah mantra yang telah berhasil bahkan pada Yue sebelumnya. Saat Ryutarou menatap Crazed Moon, Eri menyeringai, merasa yakin akan kemenangannya.
“Thunderclap Blows!” Teriak Ryutarou, bahkan tidak melambat.
“Apa—?! Gah!”
Tinjunya menghantam cukup keras tepat di ulu hati Eri, mengirimnya terbang kembali ke gunung puing-puing. Dia dengan cepat bangkit kembali tetapi dibiarkan meringis kesakitan.
Demonic Fists Ryutarou ditingkatkan dengan Lightning Field, serta kemampuan bawaannya sendiri untuk membuat pukulannya menembus armor. Berkat itu, dia mengirim gelombang kejutan kuat dari mantra itu ke seluruh tubuh Eri.
Eri tidak bisa mengerti mengapa Crazed Moon miliknya, yang bahkan membuat Yue tak berdaya, entah bagaimana gagal untuk bekerja pada Ryutarou.
“Kau sudah menggunakan trik itu melawan Nagumo!”
Tapi tentu saja, faktanya adalah bahwa Hajime telah mengembangkan tindakan pencegahan untuk itu justru karena itu berhasil di masa lalu.
Apa kau bercanda denganku?! Teriak Eri dalam hati. Dia tidak lupa betapa mudah beradaptasinya Hajime Nagumo, tapi dia tidak mengira dia bisa melawan mantra setelah hanya melihatnya sekali.
Tunggu, tenang. Kami masih mendapat keuntungan di sini!
Ryutarou meluncurkan dirinya ke Eri lagi, percikan terbang dari gauntletnya. Tapi dia hanya mencibir padanya, dan sedetik kemudian, Corpse Apostlenya datang membantunya. Salah satu dari mereka menghentakkan kaki ke tanah, dan sesaat kemudian, tanah di bawah kaki Ryutarou meledak. Pecahan batu membombardir kakinya, menghentikannya sejenak. Kemudian, Corpse Apostle kedua muncul. Dia menyelimuti perisai menaranya dengan mana berwarna merah tua dan meluncurkan dirinya ke Ryutarou. Hantaman perisai yang ditingkatkan dengan Mana membuat Ryutarou terbang, memberi Eri waktu yang sangat dibutuhkan untuk berpikir dan menyembuhkan dirinya sendiri.
Artefak apa pun yang diberikan Nagumo kepada mereka mungkin dimaksudkan untuk benar-benar menjadi tindakan balasan terhadap Perintah Ilahi. Jika itu melindungi jiwa mereka agar tidak terpengaruh dengan cara apa pun, itu mungkin juga memiliki efek samping untuk melindungi mereka dari serangan mental. Namun, Phantom Painku bekerja pada Suzu. Mungkin karena sihir itu secara langsung mempengaruhi indra. Dengan kata lain, sihirku masih efektif selama aku membatasinya supaya mengenai indra mereka.
Ryutarou dengan cepat bangkit kembali, tetapi para Corpse Apostle sudah mengejarnya dalam hitungan detik. Dengan koordinasi yang menakjubkan, mereka mengelilinginya dan menyerangnya, senjata mereka diselubungi dengan sihir khusus milik masing-masing.
Saat Ryutarou mati-matian menghindari tombak merah yang membara, sebuah claymore yang dilapisi petir, dan pedang panjang yang mengeluarkan asap membatu, Eri melemparkan tatapan dinginnya padanya.
“Oblivion.”
Oblivion adalah mantra kegelapan sederhana yang menutupi penglihatan target dengan kabut hitam.
“Apa-apaan ini?!” Teriak Ryutarou. Dia kemudian bergegas menuju tempat terakhir kali dia melihat lawan-lawannya dengan harapan bisa mendekat dan mencegah mereka menggunakan senjata jarak jauhnya, tetapi sulit ketika dia tidak bisa melihat.
Corpse Apostle yang menggunakan tombak dengan mudah menghindarinya dan menusuk ke sisi tubuh Ryutarou yang tidak dilindungi. Dan setelah melihat itu, Eri menyeringai, yakin bahwa Ryutarou sudah tamat.
“Hallowed Ground!” Teriak Suzu, memanggil sekelompok perisai heksagonal berkilauan untuk melindungi Ryutarou. Hal itu juga tidak meluncur ke tempatnya dari tempat lain; Hal itu hanya muncul di tempat yang tepat yang diperlukan untuk memblokir serangan.
Tombak itu meluncur dari perisai miring, sementara dua perisai lainnya menghadang pedang Corpse Apostle lainnya secara langsung. Namun, itu bukanlah akhir dari trik Suzu.
“Burst!”
Dengan mantra satu kata, perisai meledak ke luar, melemparkan Corpse Apostle menjauh. Kemudian, tanpa menyia-nyiakan hal itu, Suzu berteriak, “Etheria!” Etheria adalah mantra sihir ringan yang menyembuhkan semua efek status negatif.
“Terima kasih, Suzu!” Teriak Ryutarou saat dia mendapatkan kembali penglihatannya. Dia menoleh ke Suzu dan memberinya anggukan penghargaan. Sebagai seseorang yang telah bertarung di sisinya selama beberapa waktu, dia tahu sihir penghalang bukanlah satu-satunya keahlian Suzu.
Dengan cara yang sama seperti Kaori yang telah menguasai sihir penghalang dan pendukung setelah berusaha sangat keras meskipun memiliki pekerjaan sebagai pendeta, Suzu juga telah berlatih keras dalam sihir penyembuhan. Dan dia melakukan itu semua untuk mendapatkan kesempatan berbicara dengan Eri lagi.
Suzu mengayunkan kipasnya berulang-ulang dari dalam benteng magisnya, melindungi dan menyembuhkan familiarnya, yang kalah jumlah dengan Corpse Apostles dua banding satu. Selain itu, dia memanfaatkan setiap kesempatan yang dia bisa untuk melemparkan Immortal Prison dan untuk sementara mengurung setiap Corpse Apostle yang terlihat. Jika mereka membutuhkan waktu terlalu lama untuk melarikan diri, dia bisa menambahkan sihir api atau petir ke penghalang pemenjaraannya dan membunuh para Corpse Apostle secara langsung.
Tidak terpengaruh oleh ketangguhan Corpse Apostle yang gila atau berbagai sihir khusus mereka, Suzu terus maju. Sementara dia tidak berhasil mengalahkan terlalu banyak musuh sendirian, kemampuannya yang luar biasa baik sebagai komandan familiar dan pendukung barisan belakang memungkinkan dia untuk menangani dua pertiga dari Corpse Apostle sehingga rekan-rekannya bisa fokus pada Kouki dan Eri.
Setelah beberapa detik, Suzu bertatapan dengan Eri, dan cibiran percaya diri Eri sedikit memudar. Bertentangan dengan harapannya, Suzu melindungi rekan-rekannya bukannya meringkuk ketakutan. Faktanya, tekadnya yang teguh tampaknya paling kuat dari semua orang.
“Jangan bertingkah sombong, Suzuuuuuu!” Teriak Eri, jelas sangat marah.
Suzu hanya membalas dengan tersenyum. Akhirnya, Eri tidak bisa mengabaikannya seperti sebelumnya. Suzu tidak lagi di bawah pertimbangan Eri. Kemarahan Eri membuktikan itu tanpa diragukan lagi. Dia telah diakui dengan baik sebagai musuh.
“Aku akan menghancurkan penghalangmu yang menyedihkan itu!" Seru Eri, menganggap senyum kebahagiaan Suzu yang tulus sebagai provokasi saat dia terbang tinggi ke langit.
Eri dan Corpse Apostlenya adalah ahli pertempuran udara. Bahkan jika, dalam bentuk manusia serigala, Ryutarou bisa mengikuti mereka di tanah, dia tidak memiliki kesempatan di udara. Di atas sana, mereka bisa melepaskan rentetan sihir disintegrasi tanpa gangguan... Atau begitulah pikir Eri, tapi setelah dia naik ke udara, dia merasakan sakit yang membutakan di kepalanya.
“Gaaaah!”
Rasa sakitnya begitu kuat sehingga dia pingsan untuk sesaat.
Apa yang terjadi? Apakah monster naik ke atasku tanpa aku sadari?
Melihat ke atas, Eri tidak melihat apa-apa pada awalnya, tetapi ketika dia menyipitkan mata sedikit lebih keras, dia menyadari apa yang telah mengenainya.
“Sebuah penghalang?!”
Sebuah penghalang kecil transparan seukuran seperempat adalah apa yang menghantam kepalanya. Ini juga merupakan salah satu dari mantra asli Suzu, Barrier Maze. Dengan memasang penghalang kecil dan transparan di sekitar musuhnya, Suzu dapat membatasi jangkauan gerakan mereka. Hal yang benar-benar berbahaya tentang mantra ini adalah semakin cepat pergerakan musuhnya, maka penghalang dapat menimbulkan kerusakan yang semakin besar pada musuhnya saat bertabrakan.
Dengan tergesa-gesa, Eri terbang lebih dulu ke salah satu penghalang.
“Ha ha, Dasar idiot!” Teriak Ryutarou, tertawa terbahak-bahak ketika dia melihat para Corpse Apostle yang mengelilinginya menabrak penghalang yang sama dan jatuh kembali ke tanah. Dia kemudian dengan cepat mulai membantai mereka semua sebelum mereka bisa mendapatkan kembali kesadaran mereka.
Jelas bahwa fokusnya ada pada mereka, tetapi waktu penyerangannya begitu sempurna sehingga Eri merasa seolah-olah itu ditujukan padanya. Seringainya menghilang sepenuhnya dan dia menggeram, “Baiklah, mari kita lihat apakah kau bisa memblokir ini!”
Kemudian, dia membungkus sayap abu-abunya di sekeliling dirinya seperti kepompong, menutupinya dengan sihir disintegrasi untuk melindungi dirinya dari serangan apa pun yang mungkin menghampirinya. Setelah beberapa detik, dia berteriak, “Phantom Pain, Insanity Howl, Oblivion, Decimate!” Eri telah mengucapkan serangkaian mantra sihir gelap secara berurutan. Phantom Pain, yang mendistorsi indera peraba target dan menyebabkan mereka menderita penderitaan yang luar biasa bergegas menuju Shizuku. Insanity Howl, yang menyebabkan halusinasi pendengaran dan mengganggu indera pendengaran target memburu Ryutarou. Oblivion, yang membutakan target, dan Decimate, yang menyebarkan mana dari mantra target, menyerang ke arah Suzu.
Shizuku menggerutu sedikit, sementara Ryutarou, yang pendengarannya telah meningkat pesat karena transformasinya, melolong kesakitan dan menutupi telinganya.
Dibutakan, tetapi sangat sadar bahwa penghalangnya mulai runtuh, Suzu berputar dengan anggun, kipasnya menari di udara.
“Semua target terkunci… Etheria! Berkumpul di sekitarku sekali lagi, Hallowed Ground - Citadel.”
Suzu menyembuhkan dirinya sendiri dan kedua rekannya secara instan sambil secara bersamaan memposisikan kembali bentengnya. Kemudian, dia sekali lagi bertatapan dengan mata Eri dan menjawab, “Sepertinya aku bisa, Eri.”
Akhirnya, Suzu mampu berdiri sejajar dengan Eri, tanpa harus bergantung pada orang lain.
Ada keheningan sesaat, lalu Eri menutupi medan perang dalam cahaya abu-abu yang merusak, yang Suzu hadapi dengan cahaya oranye pelindungnya.
Dua gelombang mana bentrok di sekitar Shizuku, dengan Eri berusaha untuk menghancurkannya dan Suzu berusaha melindunginya.
Kurasa ini dianggap sebagai semacam percakapan... Pikir Shizuku dalam hati sambil tersenyum kecil. Seperti Ryutarou, dia memiliki keyakinan mutlak bahwa Suzu akan mampu melindunginya dari apapun yang mungkin Eri coba lakukan. Ditambah lagi, bahkan jika dia tidak melakukannya, dia sudah sibuk dengan Kouki, jadi dia tidak bisa melakukan apa-apa tentang Eri.
“Instant Transcendence!”
Naga cahaya Kouki menembakkan napasnya ke Shizuku, dan dia menggunakan Instant Transcendence dalam kombinasi dengan Flash Step untuk menghindar tepat pada waktunya. Dia kemudian mendarat sejauh sepuluh meter, memutar kaki kanannya, dan berteriak, “Roar—Lightning Blade!”
Menghunuskan katananya dengan kecepatan kilat, dia mengiris dua Corpse Apostle yang telah mendekatinya dari belakang. Mereka berhasil menghentikan diri tepat pada waktunya untuk menghindari terpotong menjadi dua, tetapi Shizuku sudah memperkirakan mereka akan melakukan itu. Bagaimanapun, kekuatan sebenarnya dari Lightning Blade adalah gelombang kejut pelumpuh yang dilepaskannya, bukan kekuatan dari serangan itu sendiri.
“Flash Slice!”
Memang, gelombang kejut menyebabkan kedua Corpse Apostle menjadi kaku untuk sesaat, dan dua pedang Shizuku terbang dari belakang untuk membelah mereka dari kepala hingga kaki.
Dengan begitu sudah lima!
Tiga Puluh Corpse Apostle telah datang untuk membantu Kouki, dan Shizuku telah membunuh lima dari mereka.
Shizuku telah mengelompokkan seratus pedangnya menjadi sepuluh kelompok yang terdiri dari sepuluh. Kelompok pertama difokuskan untuk melindunginya, sementara sembilan sisanya dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi yang terdiri dari tiga pedang, dengan masing-masing subkelompok menangani seorang Corpse Apostle.
Sayangnya, semakin sulit untuk membunuh mereka hanya dengan Seratus Pedang Onyxku.
Tidak seperti Apostle sejati, Corpse Apostle bukan hanya boneka. Meskipun mereka terikat untuk melayani Eri sebagai budak setianya, mereka masih mempertahankan banyak keterampilan dan pengetahuan taktis yang mereka miliki ketika mereka masih hidup. Dan sebagai hasilnya, mereka bisa beradaptasi dengan teknik Shizuku.
Untungnya, sekarang dia telah mengalahkan lima Corpse Apostle, kelompok ketiganya memiliki beberapa kelonggaran untuk lebih mempengaruhi pertempuran. Namun pada saat yang sama, lima dari pedangnya telah dikalahkan oleh serangan disintegrasi para Corpse Apostle —yang mereka korbankan rekan mereka sendiri untuk mengulur cukup waktu untuk mempersiapkan serangan —dan sihir khusus mereka yang berhubungan dengan osilasi. Tetap saja, Shizuku-lah yang memberikan kerusakan lebih besar secara proporsional.
“Divine Wrath - Ten Celestial Flashes!” Teriak Kouki saat dia melepaskan serangkaian gelombang kejut untuk menjebak Shizuku di tempatnya sementara naganya menghujani beam cahaya ke arahnya.
Di kejauhan, tampilan gemerlap cahaya putih bersih tampak agak indah. Tapi bagi Shizuku, itu adalah cahaya pemusnahan. Jika salah satu dari serangan itu mengenainya, dia akan menjadi abu, itulah mengapa dia memilih maju daripada menghindar. Dia menaruh kepercayaannya pada artefak yang diberikan kekasihnya dan berjalan dengan berani ke depan menuju hujan kematian itu.
“Pedang satu dan tiga, tarik. Pedang tujuh sampai sembilan, tangkis.”
Dua katana Shizuku bergerak secara diagonal di depannya. Sihir gravitasi yang ada di pedangnya memungkinkan mereka untuk menarik benda-benda ke arah mereka, jadi gelombang kejut cahaya Kouki berubah arah saat mereka memasuki medan gravitasi katana. Sementara itu, tiga katana lainnya melayang di atas kepala Shizuku dan, seperti payung, menahan nafas naga supaya jatuh disekeliling Shizuku, bukan padanya.
Menggunakan kombinasi Flash Step dan No Tempo, Shizuku pun bisa bergerak mendekat kearah Kouki dalam sekejap.
“Aku sudah menganalisis semua gerakanmu, Shizuku,” Kata Kouki, mengayunkan pedangnya ke arahnya. Lengannya sudah sembuh. Proses apostleification telah meningkatkan tingkat penyembuhan alaminya secara eksponensial, dan ada seorang Corpse Apostle dengan sihir khusus penyembuhan yang kuat di sisinya juga. Bahkan luka yang cukup dalam yang bisa memutuskan otot-ototnya sembuh dalam hitungan detik.
Saat Kouki mengayunkan pedangnya, naganya juga mencoba menginjak Shizuku dengan kaki depannya. Masing-masing cakarnya adalah Celestial Flash tersendiri, tetapi dengan betapa padatnya mana yang ada di dalamnya, Shizuku akan hancur jauh sebelum dia dipotong-potong.
Kouki sepertinya berpikir dia bisa membawa teman-temannya kembali setelah membunuh mereka, tapi Shizuku penasaran apakah itu masih mungkin jika mereka dimusnahkan pada tingkat molekuler.
Aku yakin dia bahkan tidak mempertimbangkan itu. Lagi pula, dia hanya mengabaikan kebenaran apa pun yang mungkin membuatnya tidak nyaman. Maaf, Kouki, tapi Akulah yang menganalisismu.
“Kelompok Tiga, lindungi aku! Shock Impact!”
Katana Shizuku membentuk perisai bundar di atasnya, dan aura biru azurenya berdenyut dengan kekuatan. Katana ditingkatkan dengan kemampuan untuk mengubah mana menjadi gelombang kejut, yang memungkinkan mereka untuk menahan serangan berdensitas tinggi.
Tentu saja, mereka hanya bisa bertahan sesaat melawan kekuatan Mana Kouki yang terkumpul, tapi hanya sekejap yang dia butuhkan.
“Limiter Removal!” Seru Shizuku, menggunakan sihir evolusi untuk meningkatkan kekuatannya lebih jauh dan melonjak ke depan sementara katananya dihancurkan di belakangnya. Dia kemudian berkelok-kelok melewati rentetan serangan Kouki dan mencapainya dengan sangat cepat sehingga dia tampak seperti berteleportasi.
“Flash Lightning!”
Shizuku menghunus pedangnya dengan kecepatan tinggi, memperkuat irisan iai-nya dengan sihir petir untuk melepaskan tebasan yang cukup kuat untuk membelah bahkan armor suci Kouki.
Tapi tentu saja, Kouki bereaksi tepat waktu untuk menghindar supaya tidak terbelah dua. Sebuah dentang logam keras bergema dan percikan api terbang saat dia memblokir serangan Shizuku dengan pedang sucinya. Petir yang keluar dari pedangnya juga diserap oleh armornya, membuatnya tidak terpengaruh sama sekali.
Namun, Shizuku telah menduga hal itu. Dia sudah tahu seberapa besar statistik Kouki yang sangat jauh dari miliknya. Jadi, dia memiringkan katananya dan menggelincirkannya disepanjang pedang Kouki untuk mengiris kepalanya.
“Ngh!” Kouki mendengus. Dia menyentakkan kembali kepalanya tepat pada waktunya, tapi katana Shizuku masih menyerempet pipinya.
Namun, Shizuku melanjutkan dengan menyerang lutut Kouki dengan sarung pedangnya.
“Force Impact!”
Kouki nyaris tidak sempat menurunkan pedangnya tepat waktu untuk mencegah tempurung lututnya hancur. Sayangnya, kekuatan pukulan itu menyebabkan lengan pedangnya menegang sejenak, dan Shizuku melakukan tebasan ke bawah dengan katananya. Tapi tepat sebelum pedangnya mengenai bahu Kouki, instingnya berteriak padanya untuk menghindar, jadi dia memaksa dirinya untuk melompat mundur. Kakinya mengerang kesakitan karena pengerahan tenaga, tapi itu sepadan, karena seberkas cahaya meledak tepat di tempat dia berada beberapa detik yang lalu.
Naga Kouki telah menundukkan kepalanya ke tanah dan menembakkan hembusan napas horizontal ke arahnya. Itu membuat serangannya kecil agar tidak secara tidak sengaja mengenai Kouki juga, tetapi dengan memfokuskan napasnya, itu membuatnya lebih mematikan. Sinar itu mengenai sebuah bangunan beberapa kilometer jauhnya, melewatinya, dan kemudian melewati selusin bangunan lain di belakangnya.
“Kau kuat, Shizuku. Kau hampir mengalahkanku barusan.”
“Kau saja yang tumbuh lebih lemah. Kau memalukan bagi Gaya Pedang Yaegashi.”
Shizuku dan Kouki mengunci mata. Tatapan Kouki hampir lembut, sementara Shizuku sedingin es. Dia seharusnya bisa merespon serangan Shizuku menggunakan teknik Gaya Pedang Yaegashi miliknya sendiri. Seperti dia, dia bisa menggunakan sarungnya sebagai pedang lain. Tapi alih-alih mengandalkan keterampilan yang dia kembangkan sendiri, dia berpegang teguh pada kekuatan yang telah diberikan Ehit kepadanya dan menggunakan statistik superiornya untuk mengatasi serangan Shizuku.
Sayangnya, omelan Shizuku hanya dianggap omong kosong. Menggosok luka di pipinya, Kouki menyipitkan matanya pada Shizuku dan berkata, “Kasihan. Kau telah dicuci otak sampai begitu parah sehingga kau bahkan tidak tahu seberapa besar kesenjangan kekuatan di antara kita.”
Dia jelas memiliki keyakinan mutlak pada naga cahayanya. Pasokan mana yang tak terbatas dan peningkatan kekuatan yang dia terima telah membuatnya terlalu percaya diri. Dia bahkan tidak menyadari fakta bahwa permainan pedang Shizuku jauh lebih unggul dari miliknya.
“Tapi semuanya akan baik-baik saja segera. Aku tidak akan membiarkan Nagumo menyakitimu lagi. Setelah aku menghidupkan kembali dirimu dan menghapus cuci otak, aku akan melindungimu dari dia.”
Kata-kata Kouki begitu hampa, tanpa emosi, sehingga sulit untuk diterima. Shizuku menghela nafas kecewa. Dia benci melihat teman masa kecilnya seperti ini. Bahkan mengetahui kata-katanya tidak akan sampai padanya, dia tidak bisa berbuat apa-apa tetapi tatap mencoba untuk menyampaikan perasaannya kepadanya.
“Melindungi aku, ya? Kau juga mengatakan itu sebelumnya, tapi sejujurnya, aku tidak berpikir kau pernah benar-benar melindungiku sekali pun.”
“Begitu ya… Jadi Nagumo bahkan mengacaukan ingatanmu, kan? Yah, kau mungkin tidak ingat, tapi aku selalu ada di sisimu, melindungimu. Meskipun kukira kata-kataku tidak dapat mencapaimu sekarang.”
“Itu kalimatku!” Seru Shizuku. Dia tahu bahwa Kouki benar-benar berpikir bahwa bahkan sebelum pencucian otak Eri, yang membuatnya kesal lebih dari apa pun.
Kouki mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan berkata, “Aku akhirnya terbiasa dengan kekuatan ini.”
Sesaat kemudian, cahaya naganya semakin kuat. Seperti Eri, dia tidak punya banyak waktu untuk membiasakan diri dengan kekuatan barunya. Untungnya baginya, dia memiliki bakat bawaan untuk bertarung, jadi dia akhirnya menemukan cara untuk menggunakan kekuatannya secara optimal untuk memperkuat naganya.
Tentu saja, Shizuku tidak hanya akan berdiam diri di sana dan membiarkannya meningkatkan kekuatannya. Dia mengumpulkan sepuluh pedang dari grup pertamanya di sekelilingnya dan bersiap untuk menyerangnya sekali lagi. Tapi sebelum dia bisa, dia merasakan hawa dingin menjalar di tulang punggungnya.
“Ngh!”
Hanya dengan mengandalkan insting, dia berguling tepat pada waktunya untuk mendengar sesuatu menderu di atas kepalanya. Berbalik, dia melihat salah satu katananya menunjuk ke arahnya. Dia mencoba untuk berbalik sebelum itu bisa menusuk kepalanya, tapi untungnya, sebuah penghalang muncul untuk melindunginya.
Melihat sekeliling, Shizuku melihat sejumlah pedangnya yang lain juga diblokir oleh penghalang. Tetapi sementara dia aman untuk saat ini, dia tidak bisa merasa santai. Tidak ada alasan pedangnya akan menyerangnya, jadi situasi yang dihadapi tidak masuk akal baginya. Tapi kemudian, dia melihat lapisan mana abu-abu menutupi bilahnya saat mereka bergetar, dan semuanya sudah jelas kalau begitu. Sedetik kemudian, gelombang mana oranye datang untuk membersihkan pedangnya.
“Maaf, Shizushizu! Aku tidak bisa menghentikannya tepat waktu!” Kata Suzu melalui telepati.
“Yah, kau menyelamatkan hidupku, jadi menurutku kau masih berhasil tepat waktu,” Jawab Shizuku, dengan cara yang sama melalui telepati.
Karena katana Shizuku adalah golem biologis, mereka rentan terhadap efek status seperti organisme hidup lainnya. Tentu saja, Hajime telah memastikan untuk melindungi mereka dari Perintah Ilahi dan sihir roh lainnya, tetapi mereka masih mengandalkan indra visual dan pendengaran mereka. Dia bisa membuat mereka hanya mengandalkan penglihatan jiwa, tetapi kemudian mereka tidak akan bisa merasakan makhluk yang tidak memiliki jiwa, seperti para apostle. Jadi, sementara mereka tidak memiliki mata atau telinga dalam pengertian tradisional, mereka diilhami dengan sihir yang memberi mereka semua panca indera manusia.
Eri cukup pintar untuk mengetahui hal itu dan memanfaatkan kelemahan itu. Dan sayangnya, Suzu tidak menduga serangan seperti itu.
TL: Sui EDITOR: Drago Isekai | ||
<<-PREV | TOC | NEXT->> |