Arifureta Shokugyou de Sekai Saikyou Light Novel Bahasa Indonesia Vol 12 : Epilog
Arifureta: From Commonplace to World's Strongest Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Epilog |
||
---|---|---|
Font Size :
|
|
|
Sebuah sinar cahaya perak platinum tunggal menembus tempat kosong gelap yang mengingatkan-nya pada dasar jurang. Tampaknya datang entah dari mana dan menciptakan garis lurus menuju tanah— yang merupakan pilar putih besar. Saat itu mengenai bagian atas pilar, cahaya menyebar... dan sosok berlutut muncul di tengah pilar— Hajime.
Hajime mengeluarkan Donner dan Schlag, lalu melihat sekeliling dengan waspada. Bahkan tanpa menggunakan skill penglihatan malamnya, dia bisa melihat dengan sangat jelas.
Ada satu jalan putih yang memanjang dari pilar, yang berubah menjadi tangga panjang. Hajime tidak bisa merasakan siapa pun atau apa pun di dekatnya, dia juga tidak mendeteksi sumber panas atau tanda-tanda Mana. Sejauh yang dia tahu, tidak ada jebakan di tangga atau jalan setapak. Jadi, dia perlahan bangkit dan mulai berjalan ke depan.
Kegelapan murni di sekelilingnya berasa nostalgia. Bagaimanapun, Hajime pertama kali bertemu Yue di kedalaman jurang yang gelap. Ketika dia membuka pintu segelnya, satu sinar cahaya yang telah menyinari putri vampir emas itu. Satu-satunya jalan putih yang memotong kegelapan di sekitarnya mengingatkan Hajime pada pertemuan itu... dan pengingat itu membawa semua kenangan lain teringat kembali.
Mata merahnya, yang menatapnya dengan tak tergoyahkan. Suaranya yang tenang, yang pada awalnya terdengar tidak memihak, tetapi Hajime dengan cepat mengetahui bahwa itu penuh dengan emosi. Tatapannya yang menggoda dan bibirnya yang indah, dan cara dia sedikit tersipu setiap kali dia memanggil namanya. Fasad penyendirinya, yang dengan cepat hancur disebabkan oleh sesungguhnya dia suka menggoda orang. Profilnya yang cantik saat dia bertarung, diliputi cahaya keemasan. Cara dia membusungkan dadanya dengan bangga setiap kali dia mencapai sesuatu. Kasih sayang yang dia tuangkan ke dalam suaranya setiap kali dia memanggil namanya.
Mata Hajime berkilauan dengan emosi saat dia dengan hati-hati berjalan menyusuri lorong yang sunyi. Dia sekaligus dipenuhi dengan kerinduan untuk kekasihnya dan keinginan membara untuk membunuh musuhnya dengan cara yang paling brutal.
Tak lama, Hajime mencapai tangga dan mulai melakukan pendakian panjang ke atas.
Dengan setiap langkah yang dia ambil, dua keinginannya yang membara tumbuh semakin kuat.
Ketika sampai di puncak tangga yang diliputi cahaya redup. Hajime melangkah ke cahaya itu tanpa ragu-ragu.
Dunia putih yang menyilaukan memenuhi penglihatannya saat dia melangkah ke dimensi baru. Segala sesuatu di sekitarnya, sejauh yang bisa dilihatnya, hanya putih bersih. Itu membuat mengukur jarak menjadi sulit, dan meskipun lantai di bawahnya adalah tanah yang kokoh, sulit untuk benar-benar mengetahui kapan dia melihat ke bawah karena itu terlihat tidak berbeda dari lingkungan sekitarnya. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa dia akan mulai jatuh tanpa henti setiap saat.
Hanya ada setitik hitam di seluruh dimensi putih-murni ini.
“Selamat datang di pusat dari Sanctuaryku,” Kata sebuah suara yang dipenuhi dengan kegembiraan dan kemarahan yang setara. Suara itu milik orang yang telah bersama Hajime begitu lama untuk diingat-ingat kembali. Tetapi pada saat yang sama, itu terdengar sangat berbeda darinya. Seolah-olah suara yang tidak diinginkan telah mengganggu simfoni yang sempurna.
Ada altar berjenjang beberapa puluh meter di depannya. Di atasnya ada singgasana, dan pemilik suara itu sedang duduk di singgasana. Dia tersenyum tipis, dagunya bertumpu di tangannya saat dia menyilangkan kakinya. Ada sesuatu yang mempesona dari senyum itu, tapi itu tidak semempesona seperti yang diingat Hajime.
“Kau melakukannya dengan baik karena bisa sampai sejauh ini.”
Dia mengenakan gaun hitam yang memperlihatkan bahu putih porselennya dan memiliki garis leher yang sangat curam yang memamerkan payudara yang sangat besar. Itu juga terbelah di bagian bawah untuk mengungkapkan kakinya yang ramping. Dan, meskipun dia relatif ramping, dia masih memiliki lekuk tubuh di semua tempat yang seharusnya.
Hajime sedang menatap Yue versi dewasa.
TL: Sui EDITOR: Drago Isekai | ||
<<-PREV | TOC | NEXT->> |